Share

Tujuh

Penulis: Ayunisaurus
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-24 10:07:13

Bahagia Setelah Berpisah

 

 

🍁🍁🍁

 

Jam menunjukkan pukul 9 pagi saat Mas Sunar mengantar kami ke terminal Kota, ku ucapkan beribu terimakasih atas kebaikannya, Mbak Sulis serta yang lainnya. Tak butuh waktu lama untuk mendapatkan Bus yang ku tunggu.

 

Setelah berpamitan pada Mas Sunar aku lantas segera naik. Ia bahkan masih memberikan sebuah kantong plastik besar berisikan air mineral dan beberapa camilan serta roti untuk anak-anakku. 

 

Dalam hati aku berjanji suatu saat nanti, aku akan kembali dan membalas kebaikan mereka semua.

 

"Bismillah, semoga ini akan jadi awal yang baik untuk kita semua ya, Nak." gumamku pelan saat kami telah mendapatkan tempat duduk.

 

Mas Sunar melambaikan tangan ketika Bus mulai berjalan. Ku dekap tubuh Utari yang tengah memainkan sebuah snack di tangannya. Wangi minyak telon segera memenuhi indra penciuman saat aku menciumi pipinya yang gembul. Entah kenapa, ada perasaan bahagia saat menatapi wajah kedua anakku. Mereka semua sama sekali tak mirip dengan Mas Farhan, wajah mereka lebih mirip dengan wajahku. Yang menurun dari Mas Farhan hanyalah bentuk rambut, warna mata, serta warna kulit mereka. Utara dan Utari memiliki rambut hitam yang lurus, kulit putih, serta bola mata hitam yang indah.

 

"Kita akan tinggal di rumah Ibu teruskan? Nggak akan balik kesini lagi?" Utara bertanya dengan wajah serius.

 

Aku mengelus rambutnya lembut. "Tara nggak mau ketemu Bapak lagi? Kok nggak mau kesini lagi Nak?" tanyaku kembali pada pria kecilku itu.

 

Ia tampak berpikir sejenak. Lalu lalang jalanan Kota menarik perhatiannya.

 

"Nggak, Tara nggak butuh Bapak. Selama ini Bapak cuma bisa buat Ibu nangis, semua kebutuhan Tara juga cuma Ibu yang urusin. Tara lebih baik nggak punya Bapak." 

 

Aku sedikit tersentak mendengar ucapannya. Sesakit itukah hati dan batin anakku?

 

Ku tarik putraku ke dalam pelukan, bagaimanapun Utara tak boleh menyimpan dendam pada Mas Farhan. Apapun alasannya.

 

"Dengar Ibu baik-baik, Tara boleh marah sama Bapak dan Nenek, tapi ... Tara nggak boleh dendam karena sampai kapanpun Bapak tetap akan menjadi Bapaknya Tara, begitu pula Nenek ...,"

 

Utara menarik kepalanya dari pelukanku.

 

"Bapak aja nggak sayang sama Tara, kenapa Tara nggak boleh dendam?" ia mengerutkan dahinya.

 

Fisik Utara memang sangat mirip denganku, namun sifat dan wataknya amatlah persis dengan Mas Farhan.

 

"Karena Allah saja maha pemaaf Nak, suatu hari nanti Tara bakalan mengerti apa yang Ibu maksud."

 

Pria kecilku itu hanya diam, bagaimanapun keburukan Mas Farhan tak dibenarkan jika aku mengizinkan anak-anak membenci dirinya.  Ia tetaplah akan menjadi Ayah dari anak-anakku. 

 

Namun, Utara juga berhak menyimpan perasaan marah, kecewa, bahkan benci pada Mas Farhan. Itu semua ulah Mas Farhan sendiri. Tugasku hanya menjaga hatinya agar tak semakin terluka. Menyimpan dendam itu akan menjadi penyakit hati yang sangatlah berbahaya, ia layaknya bom waktu. Bisa meledak kapan saja. Aku tak ingin Utara terluka lebih dalam lagi. 

 

"Bu ...," panggil Utara lirih, ia menggenggam erat jemariku.

 

Aku menatapnya lekat, "Iya Le?" 

 

"Suatu hari nanti kalau Tara udah besar, Tara janji akan bahagiain Ibu, jagain Ibu, sayang dan nggak akan biarin satu orangpun di dunia ini nyakitin Ibu ataupun Tari ...," 

 

Air mataku tumpah mendengar ucapan Utara, anak laki-laki yang berumur 6 tahun itu harus dipaksa dewasa sebelum waktunya. Disaat anak-anak lain seusianya masih mendapat limpahan kasih sayang dari orang tua mereka, Utara justru telah menelan banyak pil pahit dari orang-orang terdekatnya. 

 

Di satu sisi hatiku merasa sangat terharu ... namun disisi yang lainnya aku juga merasa malu. Malu karena ternyata dampak dari pertengkaran dan lingkungan kehidupan rumah yang tak sehat selama kami tinggal di rumah Mas Farhan kini telah mempengaruhi kepribadian Utara. Aku merasa semakin yakin, berpisah dengan Mas Farhan memang keputusan terbaik yang telah aku ambil. Demi kebaikanku, kebaikan dan masa depan anak-anakku juga.

 

"Ibu nggak boleh nangis lagi ya? Ibu kan kuat, kata Ibu kalau kita punya Gusti Allah, kita nggak perlu khawatir apa-apa lagi. Tara cuma mau Ibu terus muda kayak sekarang." Utara tersenyum memamerkan giginya.

 

Aku cukup tergelitik mendengar ucapannya yang terakhir.

 

"Kenapa Ibu harus muda terus Nak? Namanya manusia pasti akan menua Le...," 

 

Utara tiba-tiba memelukku erat, pelukannya bahkan membuat Utari terkejut. 

 

"Soalnya kalau Ibu tua nanti Ibu bakalan sakit-sakitan terus meninggal. Tara nggak mau hidup di tempat yang Ibu nggak ada di dalamnya." gumam Utara lirih.

 

Aku mengulum senyum mendengar ucapannya. Perasaan bangga, dan terharu menjadi satu. Ku cium puncak kepalanya berkali-kali. Utari menggeliat dalam dekapanku. Mungkin bayi gembulku itu merasa gerah akibat pelukan kami. Ia mengoceh tak jelas, mengundang tawaku serta Utara. 

 

"Inshaa Allah meskipun Ibu kelak menjadi tua, Ibu bakalan tetap ada di dekat Tara, di dekat Tari juga. Ibu nggak akan meninggalkan kalian, soalnya Ibukan ada di hati Tara." ku tunjuk bagian dada Utara, dengan sengaja sedikit ku gelitik tubuh putraku itu. Ia tertawa menerima perlakuanku barusan. Melihat Mas-nya tertawa membuat putri kecilku juga ikut tertawa, binar mata mereka yang riang membawa semangat baru dalam diriku.

 

Benar, teruslah tertawa dan bahagia anak-anakku. Mulai sekarang, tak akan Ibu biarkan kalian menangis lagi. Apapun akan Ibu lakukan demi masa depan kalian. 

 

Akan Ibu tunjukkan pada mereka yang menghina, jika Ibu mampu membesarkan kalian berdua. Punggung Ibu masih kuat, kaki serta tangan Ibu masih mampu digunakan mencari rezeki halal untuk masa depan kalian. Ibu pastikan orang yang telah menyia-nyiakan kalian hari ini akan sangat menyesal di kemudian hari ... kalian adalah permata Ibu, penguat hati Ibu.

 

Semoga Gusti Allah meridhoi setiap langkahku, dan semua langkah para orang tua yang saat ini tengah mencari rezeki demi membahagiakan anak-anak mereka.

 

 

 

 

Terimakasih 🤗

Komen (9)
goodnovel comment avatar
Tati Sahati
manaaaa lanjuutt thoorr
goodnovel comment avatar
Tati Sahati
manaaaa thoorr
goodnovel comment avatar
Tati Sahati
manaaaaa thoooor ku tunggu lanjuuttt
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bahagia Setelah Berpisah   Satu

    Bahagia setelah Berpisah***Hanin berjalan terseok sambil menggandeng lengan putranya yang berusia 6 tahun, dalam dekapannya menggeliat bayi 8 bulan yang sedang tertidur lelap. Sesekali mulut mungilnya bergerak-gerak seolah tengah menghisap susu dari pay*d*ra sang Ibu."Bu, Tara haus." rengek Utara putranya. Hanin berhenti sejenak, mengeluarkan botol air mineral yang isinya tinggal separuh. Ia berikan botol itu pada Utara dan bocah itu segera membuka tutup dan meneguk isinya cepat."Alhamdulillah," ucap Utara penuh rasa syukur.Melihat itu Hanin tersentuh, bawah matanya terasa panas. Ia menggigit kuat bibir bawahnya agar air mata tak jatuh membasahi pipinya."Yuk, kita jalan lagi Bu. Kasihan dede Utari." ajak Utara pelan. Ia kembali menggandeng tangan sang Ibu.Hanin mengangguk lemah lantas Ibu dan anak itu melanjutkan perjalanan mereka kembali.Hari semakin terang, matahari mulai menyinari jalan yang dilalui oleh Hanin bese

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-18
  • Bahagia Setelah Berpisah   Dua

    Bahagia Setelah Berpisah(POV Hanin)***"Bu, Tara minta uang mau beli es boba ... boleh?" tanya Putraku saat aku baru selesai menidurkan bayiku.Aku mengambil sebuah tas kecil yang telah usang, hadiah 2 tahun lalu saat Mas Farhan membelikan kalung di ulang tahun pernikahan kami yang ke sepuluh tahun. Hanya ada uang berwarna abu-abu 2 lembar di dalam sana."Harganya berapa Le?" aku bertanya balik pada Utara yang masih menunggu."Lima ribu Bu."Aku menghela nafas, jika meminta pada Mas Farhan tentu Utara akan dimarahi. Seingatku aku belum mengambil uang hasil menjual kue brownis di warung Mak Narti."Le, Ibu minta tolong dulu ya, coba kamu ke warungnya Mak Narti minta hasil penjualan kue Ibu yang kemarin." ucapku pada Utara. Pria kecilku itu mengangguk paham, dengan cepat ia segera keluar dengan wajah bahagia.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-18
  • Bahagia Setelah Berpisah   Tiga

    Bahagia Setelah Berpisah(POV Hanin)***Sore itu aku sama sekali tak keluar dari kamar, aku berdiam diri bersama dua buah hatiku. Sejak pertengkaran antara aku, Mas Farhan dan Ibu siang tadi, ku putuskan untuk mengurung diri di dalam kamar. Perubahan Mas Farhan dimulai sejak 2 tahun yang lalu saat aku dan Ibu bertengkar hanya karena Ibu meminta agar aku meminjamkan kalung emas milikku. Ibu bersikukuh akan menggunakan kalungku demi menambah modal warung kelontong, sementara sepengetahuanku penghasilan warung kelontong Ibu sudah sudah semakin maju.Aku tetap bersikeras mempertahankan hak milikku, bukannya aku pelit pada Ibu tapi aku hanya takut Ibu menggunakan kalung emas milikku demi membeli barang yang tidak penting, apalagi Ibu mertuaku selalu menindas aku dan anakku sejak hari pertama kami datang kemari. Berawal dari sana entah apa yang ia berikan dan ia katakan pada Mas Farhan hingga suamiku yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-18
  • Bahagia Setelah Berpisah   Empat

    Bahagia Usai Berpisah(POV Hanin)🍁🍁🍁Sejak saat itu Mas Farhan terus memaksa agar aku mengizinkannya menikah dengan Rita. Aku mengenal anak itu dan sering kali bertemu dengannya saat aku membeli beras. Ku akui, parasnya cantik serta tutur katanya lembut, namun disisi lain aku juga tak menyangka jika ia mau dinikahi oleh laki-laki yang sudah memiliki anak dan istri.Aku dan Mas Farhan sudah menikah hampir 12 tahun lamanya, kami tidak dijodohkan. Dulu, Mas Farhan adalah sosok Ayah yang perhatian, suami yang baik juga bertanggung jawab. Kami bertemu dan berkenalan saat sama-sama bekerja menjadi buruh pabrik. Sifat Ibu mertuaku dulu juga tak seperti sekarang, Ibu berubah saat Ayah tiri Mas Farhan meninggal dunia. Sejak dulu Ibu memang menunjukkan ketidaksukaannya padaku secara terang-terangan. Kala itu ia selalu mengeluh karena aku tak kunjung hamil. Aku dan Mas Farhan pun sempat putus asa karena di

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-18
  • Bahagia Setelah Berpisah   Lima

    Bahagia Usai Berpisah5🍁🍁🍁"CUKUP MAS!"Aku dapat merasakan getaran suaraku sendiri. Dari awal kenal, hingga menikah dan memiliki anak tak pernah satu kali pun aku berteriak di depan Mas Farhan. Mimik wajahnya seketika berubah. Ia tampak tak percaya jika aku baru saja meninggikan suaraku di hadapannya."Apa-apaan itu Hanin?!" Ibu mertuaku tergopoh-gopoh menghampiri aku dan Mas Farhan yang sama-sama diam. Utara bahkan terbangun akibat teriakan ku barusan."Kau ... sudah berani melawanku?" tanya Mas Farhan, tatap matanya begitu menusuk. Ada kekecewaan yang ku temukan di dalam sana."Aku capek Mas, aku lelah! Apa yang aku lakukan selalu salah di mata kamu, di mata Ibu. Aku ini istrimu Mas, wajib kamu nafkahi, kamu bimbing, kamu arahkan. Tapi apa? Apa yang aku dapat selama ini? Sejak kita pindah kemari, kamu berubah drastis. Tak lagi perhatian padaku,

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-18
  • Bahagia Setelah Berpisah   Enam

    Bahagia setelah Berpisah(POV Hanin)🍁🍁🍁Aku sedikit terkejut ketika merasa seseorang menepuk lenganku. Ku usap wajah dengan punggung tanganku cepat."Bu ...," panggil Utara lirih."Eh--iya, ada apa Nak? Maaf Ibu ngelamun tadi." jawabku.Utara tak menyahut lagi, ia hanya menunjuk ke arah sebelahku. Segera ku ikuti arah yang ia tunjukkan. Ternyata, di sampingku telah berdiri Mbak Sulis dan Mas Sunar, tetangga Ibu mertuaku."Kamu ngapain disini pagi-pagi sama anak-anak kamu Han?" tanya Mbak Sulis khawatir. Ia segera mengulurkan tangannya untuk menggendong Utari yang telah tertidur lagi."Eh--anu Mbak ...," lidahku kelu, bingung akan menjawab apa.Mbak Sulis tampak mengerti, ia meminta Mas Sunar membawa Utara agar kami dapat berbicara lebih leluasa."Kamu mau kemana Han?" tany

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-18

Bab terbaru

  • Bahagia Setelah Berpisah   Tujuh

    Bahagia Setelah Berpisah🍁🍁🍁Jam menunjukkan pukul 9 pagi saat Mas Sunar mengantar kami ke terminal Kota, ku ucapkan beribu terimakasih atas kebaikannya, Mbak Sulis serta yang lainnya. Tak butuh waktu lama untuk mendapatkan Bus yang ku tunggu.Setelah berpamitan pada Mas Sunar aku lantas segera naik. Ia bahkan masih memberikan sebuah kantong plastik besar berisikan air mineral dan beberapa camilan serta roti untuk anak-anakku.Dalam hati aku berjanji suatu saat nanti, aku akan kembali dan membalas kebaikan mereka semua."Bismillah, semoga ini akan jadi awal yang baik untuk kita semua ya, Nak." gumamku pelan saat kami telah mendapatkan tempat duduk.Mas Sunar melambaikan tangan ketika Bus mulai berjalan. Ku dekap tubuh Utari yang tengah memainkan sebuah snack di tangannya. Wangi minya

  • Bahagia Setelah Berpisah   Enam

    Bahagia setelah Berpisah(POV Hanin)🍁🍁🍁Aku sedikit terkejut ketika merasa seseorang menepuk lenganku. Ku usap wajah dengan punggung tanganku cepat."Bu ...," panggil Utara lirih."Eh--iya, ada apa Nak? Maaf Ibu ngelamun tadi." jawabku.Utara tak menyahut lagi, ia hanya menunjuk ke arah sebelahku. Segera ku ikuti arah yang ia tunjukkan. Ternyata, di sampingku telah berdiri Mbak Sulis dan Mas Sunar, tetangga Ibu mertuaku."Kamu ngapain disini pagi-pagi sama anak-anak kamu Han?" tanya Mbak Sulis khawatir. Ia segera mengulurkan tangannya untuk menggendong Utari yang telah tertidur lagi."Eh--anu Mbak ...," lidahku kelu, bingung akan menjawab apa.Mbak Sulis tampak mengerti, ia meminta Mas Sunar membawa Utara agar kami dapat berbicara lebih leluasa."Kamu mau kemana Han?" tany

  • Bahagia Setelah Berpisah   Lima

    Bahagia Usai Berpisah5🍁🍁🍁"CUKUP MAS!"Aku dapat merasakan getaran suaraku sendiri. Dari awal kenal, hingga menikah dan memiliki anak tak pernah satu kali pun aku berteriak di depan Mas Farhan. Mimik wajahnya seketika berubah. Ia tampak tak percaya jika aku baru saja meninggikan suaraku di hadapannya."Apa-apaan itu Hanin?!" Ibu mertuaku tergopoh-gopoh menghampiri aku dan Mas Farhan yang sama-sama diam. Utara bahkan terbangun akibat teriakan ku barusan."Kau ... sudah berani melawanku?" tanya Mas Farhan, tatap matanya begitu menusuk. Ada kekecewaan yang ku temukan di dalam sana."Aku capek Mas, aku lelah! Apa yang aku lakukan selalu salah di mata kamu, di mata Ibu. Aku ini istrimu Mas, wajib kamu nafkahi, kamu bimbing, kamu arahkan. Tapi apa? Apa yang aku dapat selama ini? Sejak kita pindah kemari, kamu berubah drastis. Tak lagi perhatian padaku,

  • Bahagia Setelah Berpisah   Empat

    Bahagia Usai Berpisah(POV Hanin)🍁🍁🍁Sejak saat itu Mas Farhan terus memaksa agar aku mengizinkannya menikah dengan Rita. Aku mengenal anak itu dan sering kali bertemu dengannya saat aku membeli beras. Ku akui, parasnya cantik serta tutur katanya lembut, namun disisi lain aku juga tak menyangka jika ia mau dinikahi oleh laki-laki yang sudah memiliki anak dan istri.Aku dan Mas Farhan sudah menikah hampir 12 tahun lamanya, kami tidak dijodohkan. Dulu, Mas Farhan adalah sosok Ayah yang perhatian, suami yang baik juga bertanggung jawab. Kami bertemu dan berkenalan saat sama-sama bekerja menjadi buruh pabrik. Sifat Ibu mertuaku dulu juga tak seperti sekarang, Ibu berubah saat Ayah tiri Mas Farhan meninggal dunia. Sejak dulu Ibu memang menunjukkan ketidaksukaannya padaku secara terang-terangan. Kala itu ia selalu mengeluh karena aku tak kunjung hamil. Aku dan Mas Farhan pun sempat putus asa karena di

  • Bahagia Setelah Berpisah   Tiga

    Bahagia Setelah Berpisah(POV Hanin)***Sore itu aku sama sekali tak keluar dari kamar, aku berdiam diri bersama dua buah hatiku. Sejak pertengkaran antara aku, Mas Farhan dan Ibu siang tadi, ku putuskan untuk mengurung diri di dalam kamar. Perubahan Mas Farhan dimulai sejak 2 tahun yang lalu saat aku dan Ibu bertengkar hanya karena Ibu meminta agar aku meminjamkan kalung emas milikku. Ibu bersikukuh akan menggunakan kalungku demi menambah modal warung kelontong, sementara sepengetahuanku penghasilan warung kelontong Ibu sudah sudah semakin maju.Aku tetap bersikeras mempertahankan hak milikku, bukannya aku pelit pada Ibu tapi aku hanya takut Ibu menggunakan kalung emas milikku demi membeli barang yang tidak penting, apalagi Ibu mertuaku selalu menindas aku dan anakku sejak hari pertama kami datang kemari. Berawal dari sana entah apa yang ia berikan dan ia katakan pada Mas Farhan hingga suamiku yang

  • Bahagia Setelah Berpisah   Dua

    Bahagia Setelah Berpisah(POV Hanin)***"Bu, Tara minta uang mau beli es boba ... boleh?" tanya Putraku saat aku baru selesai menidurkan bayiku.Aku mengambil sebuah tas kecil yang telah usang, hadiah 2 tahun lalu saat Mas Farhan membelikan kalung di ulang tahun pernikahan kami yang ke sepuluh tahun. Hanya ada uang berwarna abu-abu 2 lembar di dalam sana."Harganya berapa Le?" aku bertanya balik pada Utara yang masih menunggu."Lima ribu Bu."Aku menghela nafas, jika meminta pada Mas Farhan tentu Utara akan dimarahi. Seingatku aku belum mengambil uang hasil menjual kue brownis di warung Mak Narti."Le, Ibu minta tolong dulu ya, coba kamu ke warungnya Mak Narti minta hasil penjualan kue Ibu yang kemarin." ucapku pada Utara. Pria kecilku itu mengangguk paham, dengan cepat ia segera keluar dengan wajah bahagia.

  • Bahagia Setelah Berpisah   Satu

    Bahagia setelah Berpisah***Hanin berjalan terseok sambil menggandeng lengan putranya yang berusia 6 tahun, dalam dekapannya menggeliat bayi 8 bulan yang sedang tertidur lelap. Sesekali mulut mungilnya bergerak-gerak seolah tengah menghisap susu dari pay*d*ra sang Ibu."Bu, Tara haus." rengek Utara putranya. Hanin berhenti sejenak, mengeluarkan botol air mineral yang isinya tinggal separuh. Ia berikan botol itu pada Utara dan bocah itu segera membuka tutup dan meneguk isinya cepat."Alhamdulillah," ucap Utara penuh rasa syukur.Melihat itu Hanin tersentuh, bawah matanya terasa panas. Ia menggigit kuat bibir bawahnya agar air mata tak jatuh membasahi pipinya."Yuk, kita jalan lagi Bu. Kasihan dede Utari." ajak Utara pelan. Ia kembali menggandeng tangan sang Ibu.Hanin mengangguk lemah lantas Ibu dan anak itu melanjutkan perjalanan mereka kembali.Hari semakin terang, matahari mulai menyinari jalan yang dilalui oleh Hanin bese

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status