Beranda / Romansa / Mantan Istri / Bab 91 - Bab 100

Semua Bab Mantan Istri: Bab 91 - Bab 100

186 Bab

Karena Cinta

"Baiklah ayah, seharusnya ayah memang tidak berselingkuh waktu itu sehingga ayah tidak terbebani sekarang ini. Bisa saja ayah melupakan sebuah janji kepada bibi tadi, Yah?"Intan memeluk Abraham, ia tahu ayahnya sedang bimbang karena kehadiran wanita tadi."Maafkan, ayah merasa sangat bersalah kepadamu dan juga ibumu. Ayah rasa, kehadirannya hanya akan merusak hubungan kita. Ayah tidak mau itu terjadi?""Apakah bibi tadi adalah kekasih ayah sebelum mengenal ibu?"Abraham terkekeh, "apa pentingnya sekarang wanita sialan itu hah? Jangan mendesak ayahmu yang sudah tua ini putriku," iapun menoel pipi Intan karena gemas.Intan memberengut, "ayah memang semakin kelihatan tua, kalau ayah ingin awet muda ayah harus bahagia. Ayah, ayah harus menolong orang yang membutuhkan, karena itu adalah kebahagiaan, ayah.""Baiklah, ayah akan menolong orang yang membutuhkan, tapi tidak dengan wanita tadi.""Ayah keras kepala.""Dan kamu?""Tidak, aku tidak ak
Baca selengkapnya

Kapan Kamu Menikahiku?

Mereka menikmati keindahan taman yang luas yang berada di sekeliling tugu, tugu Monas memiliki puncak dengan bentuk lidah api, di mana lidah api ujung tugu tersebut dilapisi dengan lapisan emas dengan berat 45 kg.Untuk naik ke puncak Monas, mereka harus antre karena jumlah pengunjung di puncak Monas dibatasi agar tidak melebihi kapasitas. Pengunjung juga harus antre naik lift karena kapasitasnya hanya 800 kilogram.Mereka bergerak ke lantai tiga. Begitu pintu lift terbuka, suasana sejuk angin malam segera terasa. Dari sela teralis monas, gemerlap lampu kota terlihat begitu mengagumkan.Puncak Monas berada di ketinggian 132 meter. Dari tempat ia bisa melihat pemandangan Jakarta yang dipenuhi gedung-gedung pencakar langit. Di sana juga tersedia empat teropong yang dipasang berdasarkan arah mata angin. Baskoro dan Intan menggandeng Bastian di kanan kirinya. Orang akan mengira mereka adalah keluarga yang sempurna, padahal mereka berstatus mantan istri dan mant
Baca selengkapnya

Pengemis Lampu Merah

"Kata-kata tidak bermutu!" sungut Intan dengan bibir mengerucut. Baskoro tersenyum genit dan menggemaskan. Sebenarnya ia memang sedang mencari cara agar ayah Intan menerimanya dengan baik. Akan tetapi ia belum sempat bertemu empat mata."Apakah aku akan menemuinya di mansion atau di perusahaan? Kau tahu, aku tak punya pengalaman melamar. Dua kali pernikahan aku sungguh berjalan mulus tanpa kendala, tanpa harus melamar. Semua sudah disiapkan calon istri. Benar bukan?""Enak saja!" Intan mencibir, karena Baskoro menyindirnya. Dulu memang Baskoro tidak perlu bersusah payah, semua sudah dia yang menyiapkan. Dan pernikahan kedua dengan Wulan, pasti karena desakan keluarga Wulan yang meminta tolong agar Baskoro menikahi putrinya secara kontrak. Jadi, Baskoro juga tidak bersusah payah."Aku sedikit jantungan kalau melamarnya pada ayahmu," keluhnya. "Bagaimana kalau kau saja yang mengatakan pada ayahmu?""Baiklah, tapi ada syaratnya!""Syarat?"
Baca selengkapnya

Menyalahkan Diri

Semakin dekat,  Intan membuka kaca mobil dan menyerahkan tiga lembar uang seratus ribuan. Matanya terus menatapnya sehingga mereka bertemu mata. Intan sangat terkejut setelah tahu siapa sebenarnya wanita itu."Bibi Anita?" gumamnya bersamaan dengan wanita itu menyahut uang yang ia serahkan sambil melengos pergi."Apakah aku tak salah melihat?" gumamnya lagi merasa tak percaya.Mereka telah berlalu dari perempatan itu, tapi hati dan pikiran Intan masih tertinggal di sana."Bolehkah Intan tahu, dimana saja wanita itu mengemis, Pak?" Intan mencoba bertanya kepada asisten ayahnya."Hmm, saya hanya pernah melihatnya di  Gunung Sahari, di Cempaka putih dan Pasar Baru, Non. Selain itu saya tidak tahu," jawab pria itu.Abraham sedikit merasa aneh dengan pertanyaan Intan."Sejak kapan kamu merasa tertarik dengan kehidupan pengemis, putriku?"Intan menatap ayahnya, rasanya tak tega mengatakan yang sebenarnya."Benar ayah, seorang wanita y
Baca selengkapnya

Berdamai dengan Masa Lalu

"Tidak ayah, ayah harus berdamai dengan masa lalu," Intan menatap lekat ayahnya. "Intan tidak mau ayah seperti ini, ayah harus bisa bahagia dan hidup dengan damai," ujarnya sambil memeluk ayahnya erat.Abraham hanya terdiam, ia belum bisa memaafkan dirinya, ia menyesali membuat ibu dari putrinya menderita sendirian.Tak terasa mereka telah sampai di perusahaan.Mereka melangkah di atas koridor perusahaan. Beberapa karyawan berhenti dan memberikan salam penghormatan kepada mereka. Beberapa orang diantaranya mengulas senyum saat melihat kehadiran Intan di sisi ayahnya."Selamat pagi dan selamat datang Nona," sekretaris Intan menyambutnya di ruang kerja."Selamat pagi Mila, apakah kau merindukanku?" Intan bercanda dengan sekretarisnya, telah lama mereka tak bertemu."Tentu saja, sudah lama anda tidak mengomeliku, rasanya sangat sepi dan membosankan, nyonya," Mila mengembangkan senyumnya.Meskipun itu tampak klasik, Mila memang jujur merindukan Intan,
Baca selengkapnya

Wanita Tiga Miliar

"Wanita itu telah menerima tiga miliar untuk pergi dari sisi ayahmu lima belas tahun yang lalu, rasanya dia sudah tidak pernah kembali lagi," ujar pak Joko pelan."Apa? Tiga miliar? Tapi..." Intan hanya bisa menggantung kata-katanya. "Bukankah itu jumlah yang besar, Pak?""Benar, Non. Ketika baru saja ibumu meninggal, ayahmu mengusirnya dari kota ini dan Anita berangkat ke Surabaya untuk membuka usaha toko pakaian," terangnya. "Setelah itu, ia tidak pernah muncul." Ketika itu, Pak Joko juga sempat melacak keberadaan Anita di Surabaya, dan ternyata memang Anita membuka toko pakaian dan tidak menikah dengan siapapun."Apakah dia wanita yang baik?" Intan mencoba ingin tahu lebih banyak."Bagaimana mungkin selingkuhan disebut wanita yang baik, Nona?" Pak Joko membantah pertanyaan tersebut."Tapi ayah, bukankah ayah sangat mencintainya?""Awalnya, wanita itulah yang menyukai ayahmu semenjak belum menikah. Akan tetapi setelah lama ia muncul kembali seperti ga
Baca selengkapnya

Kami akan Menikah

Kegugupan Baskoro terlihat di mata Abraham. Ia bisa tahu bagaimana pandangan Baskoro menghindari tatapannya. Bagaimana bisa pria itu datang kepadanya dan mengintimidasi dengan garang saat itu, dan sekarang menatapnya saja tak bisa. Hatinya tertawa melihat tingkah Baskoro yang sering salah tingkah.Seorang pramusaji membawa beberapa menu pesanan mereka."Katakan, apa ada maksud lain selain mengajakku makan siang?" Abraham menyendok nasi dan menunggu Baskoro berbicara.Baskoro melihat Abraham, ia juga bingung apa kata yang tepat untuk mulai mengatakannya?"Anda tahu, hubungan semacam apa antara saya dan Intan, eh...""Tentu saja aku tahu, jadi?""Ehmmm, dan juga Bastian adalah anak kami...""Iya, aku tahu kalau Bastian adalah anak kalian," kata Abraham sambil menyeruput tulang iga di mangkuknya."Jadi, maksud kami..."Abraham berhenti menggigit daging yang menempel pada tulang iga tersebut, menatap tajam Baskoro 
Baca selengkapnya

Diamankan

Pak Joko terus menghubungi Intan hingga terdengar sahutan di sana."Non Intan, saya menemukan Anita," Pak Joko langsung memberitahukan kepada Intan bahwa dirinya memang benar-benar melihat Anita."Jadi, saya tidak salah melihatnya bukan? Saya sangat yakin kalau wanita itu adalah dia.""Benar Non, tapi ada kejadian yang tak terduga.""Apa itu, Pak?""Aparat membawanya ke kantor polisi, saya rasa Anita ditangkap razia pembersihan kota," jelas Pak Joko."Benarkah? Kalau begitu, kita harus mencarinya, Pak. Tolong jemput saya."" Baik Non."Pak Joko dan Intan sepakat untuk mencari keberadaan Intan. Mereka mendatangi kantor polisi di beberapa tempat. Sampai akhirnya mereka menemukan Anita sedang di interogasi."Jadi kartu tanda penduduk anda menunjukkan berasal dari Surabaya?"tanya polisi itu lembut. Anita mengangguk dengan pasrah."Apa motivasi anda untuk meminta-minta?""Saya kehabisan uang Pak, dan tidak punya sanak saudara d
Baca selengkapnya

Hati Malaikat

Intan tidak membawa Anita mansion ayahnya, melainkan membawanya ke vila dimana Bastian tinggal. Ada banyak hal yang ingin Intan ketahui terutama bagaimana wanita yang mencintai ayahnya ini meminta-minta di jalan-jalan ibukota."Ini adalah kediamanku, bibi."Anita berjalan mengikuti langkah Intan. Matanya menyusuri sudut-sudut yang asri dengan aneka tanaman hias."Kamu seperti ibumu, selain cantik dan baik, kamu juga menyukai tanaman-tanaman bunga yang indah."Intan menanggapi dengan senyuman yang mengembang."Hanya itu yang bisa membuatku melepaskan kerinduan dengan ibu, kami berpisah di saat aku sangat membutuhkannya, akan tetapi aku masih memiliki kenangan yang selalu bisa kuingat."Anita menerima secangkir teh hangat yang disuguhkan Intan. Netranya selalu memperhatikan senyuman yang mengukir indah Putri Abraham."Apa yang membuatmu menolongku?" suara paraunya menyapa Intan setelah keheningan beberapa lama."Entahlah, aku hanya mer
Baca selengkapnya

Hadiah

"Apa yang membuatmu tersenyum sendiri sejak tadi? Kurasa kau salah minum obat."Intan mencibir Baskoro."Eh itu, masalah tantangan itu. Aku sudah melamar ke ayahmu. Jadi, setelah menikah aku tidak harus dihukum bukan?'Intan menatapnya setengah curiga, masalahnya tingkah Baskoro semakin aneh dan menyebalkan."Memangnya, apa keputusan ayahku?""Hmm, masalah itu... anehnya ayahmu belum mengatakan apapun. Aku jadi segan untuk bertanya lagi kepadanya."Wanita mana yang tidak merasa kesal, kalau calon suami tak punya nyali untuk memperjuangkan dirinya."Kau pikir ayah akan menerima begitu saja? Dia bahkan belum mengatakan apapun kepadaku. Kurasa lamaranmu teranggap tidak sah, Bas."Baskoro mengacak rambutnya, bagaimana mungkin Abraham mengabaikan dirinya begitu saja? Ataukah memang pria tajir melintir seperti Abraham masih mengharapkan sebuah hadiah darinya seperti ucapan Bobby?"Jadi bagaimana menurutmu? Haruskah aku menemuinya lagi?""Mungkin!" Intan menge
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
19
DMCA.com Protection Status