Home / Sci-Fi / Tafsir Waktu / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Tafsir Waktu: Chapter 61 - Chapter 70

102 Chapters

Chapter 61

Detik demi detik terus berlalu. Mengiringi tiap desah napas yang kuhirup dan kuhembuskan. Waktu terus merangkak. Tanpa terasa bilangan hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Dan di setiap bulan yang tergenapi dan terganti. Sudah 2 tahun sepeninggalan sahabatku Mario yang telah pergi menyusul orang-orang yang kusayangi pergi ke surga, sekarang aku hidup berbahagia bersama Belinda. Aku pun menikahinya dan memiliki satu orang anak laki-laki yang begitu lucu, namanya Aero.Dan juga berkat perperangan itu aku bisa menyelamatkan ibuku, senang rasanya bisa berkumpul lagi. Sayangnya keluarga kami tidak utuh. Aku sangat berterimakasih sekali dengan sahabatku dan profesor Javier, sekarang hidupku menjadi membaik. Walaupun terkadang batin ini selalu merasa ada yang kurang.Hidup memberi banyak pengalaman..Pengalaman yang paling tidak bisa dilupakan bahkan diterima sekalipun adalah pengalaman ketika harus menerima kenyataan yang sebenarnya dan melewati itu dengan
last updateLast Updated : 2021-08-25
Read more

Chapter 62

“Kau berubah banyak sejak Aero lahir. Lebih sabar. Lebih tenang. Terkadang, aku berpikir, kau jauh lebih siap menerima kepergian Mario dibandingkan aku,” aku berkata terus terang. Memikirkan, bagaimana perasaan terempas, kesedihan, dan tak berdaya, datang tak terelakkan dalam hari-hariku.“Benarkah?” istriku tersenyum. “Terkadang isi hatiku pun berontak. Namun, aku ingat suatu hari saat aku merasa begitu sedih melihat wajahnya. Ia menghapus air mataku, lalu berkata ia mencintaiku dan bahagia menjadi istriku. Sejak itu, aku bertekad tidak akan lagi muram dan berpikir negatif akan hidup ini.”“Mario adalah anugerah. Ia guru kehidupan kita,” aku bergumam.Mata istriku bercahaya. “Beberapa tahun yang penuh cinta. Ia hadir menguatkan kita. Aku harap, ia melihat kita makan malam berdua di sini.”Aku termenung menatap piring kosong di hadapanku, lalu beralih pada wajah istriku. “Cekungan itu belum ada
last updateLast Updated : 2021-08-25
Read more

Chapter 63

"Sebenarnya apa yang kau lakukan di tempat ini Lyara!?" tanyaku. Lyara bergidik, tidak mungkin rasanya bila dia datang untuk menemuiku tanpa sebab. "Jika kau ingin tahu, ikutlah denganku sebentar!" ajak Lyara. "Kemana!? apakah aku bisa mempercayaimu." tanyaku. "Kau khawatir denganku, hal ini akan membuatmu tertarik." ucap Lyara. "Baiklah kalau begitu, tapi jika kau macam-macam aku akan membunuhmu!" geretak aku. Lyara hanya mengangguk, lalu ia berjalan. Aku pun melanjutkan perjalananku. Hanya saja kini aku telah ditemani oleh seorang wanita petarung berzirah yang masih belum aku ketahui, ia akan membawaku kemana. Kami terus berjalan menyusuri lembah terjal dipenuhi bebatuan yang kapan saja dapat runtuh menimpah atau menyeret kami ke dasar jurang yang hampir tak dapat terlihat di mana ujungnya itu. Aku berjalan di belakang sambil terus memperhatikan sekeliling. “Sebenarnya berada di tempat macam apa aku ini?” Tiba-tiba sebuah seruan membuyarkan
last updateLast Updated : 2021-08-25
Read more

Chapter 64

Langkahku ringan, nyaris melayang di atas tanah. Bohlam di sisi jalan berkedip seolah menyapa saat kulewati. Hari ini semakin sepi dan dingin, tampak dari butir salju yang makin menggunung menutupi jalanan.  Aku tidak bisa mengabaikannya ketika Lyara menceritakan semua kejadian yang terjadi pada tempat tinggalnya, pikiran ini tidak bisa diajak kompromi untuk berhenti berpikir sebentar saja. Setelah beberapa saat aku sampai dirumah, ternyata disana sudah ada profesor Javier yang datang untuk berkunjung. "Aku pulang!!" berseru aku. "Akira... sudah lama aku menunggumu." ucap profesor. "Prof, ada apa kau sampai datang kesini!?" tanyaku. "Hanya untuk makan malam bersama keluarga lamaku.." kata profesor, aku pun duduk di dekatnya. "Profesor ingin melihat anak kita.." ucap istriku memotong pembicaraan. "Benarkah!?" "Ya sekalian, lagi pula aku sedang merasa bosan belakangan hari ini, tidak banyak yang kukerjakan." kata profesor.
last updateLast Updated : 2021-08-25
Read more

Chapter 65

Air yang sangat jernih. Banyak bebatuan yang menambah keindahan sungai itu. Bahkan dengan ikan-ikan kecil sekali pun. Setelah kami menghindari bola api yang menyerangku tadi, kami melanjutkan perjalanan dengan mengikuti aliran air menuju ke hulu, "Kenapa kau ingin menolongku sekarang!?" tanya Lyara. Aku mengernyitkan dahi ketika Lyara tiba-tiba bertanya seperti itu, "Apa kau sudah tidak butuh bantuanku sekarang? sebelumnya kau memaksaku untuk pergi mengikutimu, bukan?" ujar aku. "Bukan seperti itu, aku hanya ingin mengetahui alasanmu saja!?" lirih Lyara. "Tentu saja karena aku peduli dengan orang-orang di tempat tinggalmu. Sudalah jangan berpikir aneh-aneh, apa tujuan kita masih jauh!?" kataku dengan tegas. "Tidak sebentar lagi!" jawab Lyara. Sementara itu, gemuruh suara air terjun di hadapan kami terdengar merdu. Tapi saat itu tidak ada jalan lagi yang kulihat, seolah kami sudah menemui jalan buntu. "Mau kemana kita sekarang, disini sudah tid
last updateLast Updated : 2021-08-25
Read more

Chapter 66

Lyara masih disana. Duduk di sebuah tempat sambil memeluk lututnya, air matanya masih setia membasahi wajah cantiknya itu, meski berkali-kali diseka dengan kasar, cairan bening itu tetap tak jera mengalir dari sudut matanya. Dia mendesah pelan, sepertinya ia sedang menyesali karena tidak bisa banyak membantu sebab rekan-rekannya yang telah terbunuh. Dia tengah berada di sebuah tempat, dengan rumput yang menghampar bak permadani hijau di setiap jengkal matanya memandang, di beberapa sisi terdapat sekumpulan bunga mawar putih yang sangat indah, dia tersenyum kecil. Kemudian dia mendongak sedikit keatas, melihat langit yang mulai berwarna kemerahan. Tiba-tiba saja Lyara menghentikan langkahnya, ia merasakan nyeri menerjang sekujur tubuhnya. Dia berjongkok sambil berteriak kesakitan, tubuhnya seperti dihujani ribuan panah berapi, begitu panas dan perih.  Aku yang tak sengaja melihatnya, langsung menghampirinya ketika itu. "Ada apa! kau kenapa Lyara!?" tanyak
last updateLast Updated : 2021-08-25
Read more

Chapter 67

Aku dan Alvar mencari sumber suara yang sepertinya berasal dari tempat penyimpanan Agate. Dan malam ini juga, aku harus segera pergi ke sana untuk menghentikan semua ini sebelum terlambat. Aku tahu aku tak punya cukup waktu lagi untuk berlari. Bahkan kudengar suara derap langkah kaki tak kurang dari 3 anak tangga yang berarti mereka lebih dekat dan mungkin saja bisa melihat wajahku. “Tangkap dia! Tembak di kakinya! Buat dia lumpuh!” aku mendengar suara-suara perintah yang entah datang dari mana asalnya. Aku tak bisa melihat sekeliling. Gelap. Penuh debu —sepertinya. Mataku tak biasa dengan keadaan gelap seperti ini. Meskipun aku pernah tinggal di gua yang gelap tapi itu masih tak seberapa dibanding saat ini. Aku tak tahu di mana aku sekarang. Aku juga tak bisa melihat siapapun sampai kudengar derap langkah orang dan sebuah percakapan yang membuatku geram. “Dia ada di sini.” Suara lelaki. Tapi aku tak tahu dengan siapa atau untuk siapa dia berb
last updateLast Updated : 2021-08-25
Read more

Chapter 68

Saat sosok itu semakin mendekat, ia merubah bentuknya menjadi seorang wanita cantik. Wanita itu amat aku kenali, kawan lama yang telah membantuku selama ini. "Allura!!" ucap aku yang tak menyangka kalau sekarang dia ada di hadapanku. "Apa kabar Akira, sudah lama kita tidak bertemu.." kata Allura. "Mengapa kau ada disini, bukankah kau seharusnya berada di hutan Epping!?" tanyaku. "Itu tidak penting, sebaiknya kita selamatkan temanmu terlebih dahulu.." dengan sihirnya Allura berusaha untuk menyembuhkan luka Alvar, lama-kelamaan terlihat Alvar menjadi pulih kembali setelah pengobatan yang di lakukan oleh Allura. Alvar membuka matanya dan semakin kian sadar, "Terimakasih sudah membantuku.. bukankah kau seorang peri!?" ucap Alvar yang sudah terlihat baik-baik saja. "Ya, kau benar. Aku datang kesini karena Akira sedang membutuhkan bantuan." jawab Allura. "Benarkah, kenapa kau bisa tau kalau aku ada disini!?" tanyaku. "Aku bisa merasa
last updateLast Updated : 2021-08-25
Read more

Chapter 69

Pukulan itu terayun. ”Blughh!!” Tepat di ulu hatiku… Cairan kental muntah dari mulutku.Belum lagi aku luruh. Sebuah tendangan melontarkanku keatas disusul tonjokan yang membanting tubuhku ke samping. "Bruggg!!” giliran Alvar yang terkena pukulan makhluk itu. Kami sama-sama tumbang karena sekelebat bayangan yang kuat itu. Aku berdebam keras, mulutku menghantam lantai, asin terasa di bibirku yang rengkah. Aku tak bisa menghindari pertarungan ini, karma  yang harus ku genapi, takdir yang harus ku hadapi. Segera kubersiap.Yang harus kulakukan adalah merangkak bangun lalu kembali pasang kuda-kuda.Tetapi aku kalah cepat.Diinjaknya punggungku sambil mengayunkan pukulan bertubi ke belakang kepalaku. Kali ini aku tak diam, liat kucoba melempar tubuh kesamping. Pukulan berhasil kuhindari.  "Apa yang kau lakukan Akira, cepat lawan aku jangan terus menghindar.." ucap Dracula. "Kau tahu
last updateLast Updated : 2021-08-25
Read more

Chapter 80

Kami tiba di sebuah rumah besar. Lalu kami segera masuk ke dalam rumah. Di bawanya kami berada di ruangan besar dengan meja dan bangku panjang yang berjajar di sisi kanan dan kirinya. Namun sebuah meja lebih besar berada di ujung aula. “Mendekatlah,” perintah sang penyihir. Kali ini rasa curiga kami berangsur hilang. Kami mendengar suara yang berbeda dari sang penyihir. Kami pun langsung duduk di hadapan penyihir itu. “Jangan takut kepadaku, aku bukan penyihir yang banyak diceritakan orang-orang. Aku tidak membunuh manusia. Aku sendiri juga manusia seperti mereka,” katanya lembut. Aneh sekali tiba-tiba terasa suasana berbeda di dalam rumah ini. Tidak tampak mencekam seperti baru saja tiba di depan pintu. Seorang wanita lainnya berjalan mendekati sang penyihir. “Pelayan, siapkan makanan, juga kamar terbaik untuk tamu kita,” seru sang penyihir kepada wanita itu yang ternyata adalah pelayan rumahnya. Tanpa berbicara, ia menganggukkan kepala dan segera pergi. Tenang saja
last updateLast Updated : 2021-08-30
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status