Home / Fantasi / A Wish / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of A Wish: Chapter 31 - Chapter 40

61 Chapters

BAB XXX

Di bawah lautan bintang El berjalan dengan raut wajahnya yang sendu. Hanya ada beberapa batu nisan di padang rumput yang luas ini.  "Apa kabar?" Tanyanya pada sebuah batu nisan yang sangat terawat.  Diletaknya buket bunga mawar merah kesukaan gadis yang telah tiada itu di depan batu nisan.  Begitu banyak yang ingin El sampaikan. Tentang hari-harinya di sekolah, tentang manusia-manusia yang mengikat kontrak dengannya, segalanya. Dia ingin menceritakan segalanya. Tapi El tahu gadis itu tidak akan mendengar ceritanya, bahkan arwah gadis itu sekalipun.  Bayang-bayang masa lalu yang buruk itu muncul begitu saja begitu El menatap batu nisan itu. (Flashback on) Kala itu semuanya tampak hancur di matanya. Barang-barang di kamar yang besar itu hancur dan berantakan. El langsing berlari ke arah tubuh seorang gadis yang sudah terkulai lemas. "Apa yang terjadi?!" Teriak El, terdengar jelas bahwa dia sangat khawatir
last updateLast Updated : 2021-11-21
Read more

BAB XXXI

Tangan berkulit pucat itu menengadah ke arah matahari yang menyinari bumi guna menghalau sinarnya yang menyilaukan. Matahari begitu terik di tengah hutan ini, seakan dia sangat semangat untuk memberikan cahayanya pada bumi. Sangking semangatnya, awan bahkan sulit untuk menutupi cahaya itu. Dan begitulah cara matahari hari ini menyinari bumi. Kaki tanpa alas itu terus menginjak rumput dan tanah yang kering. Sesekali pemiliknya menatap jalan apa yang akan dia lalui, berjaga-jaga agar tidak menginjak sesuatu yang dapat melukai telapak kakinya.  Burung berkicau begitu tenang dan riang, berbanding terbalik dengan Violet yang kini terlihat begitu resah. Pasalnya sudah lebih dari satu jam dia terus mengitari hutan ini, tapi tak kunjung menemukan jalan keluarnya.  "Gue dimana, sih?" itulah kalimat yang sedari tadi ia lontarkan pada angin. Dirinya merasa asing tidak asing dengan hutan ini. Dan juga
last updateLast Updated : 2021-11-27
Read more

BAB XXXII

El berada beberapa meter di depannya, berdiri dengan wajah angkuh sambil menatap dirinya yang terus melangkah mendekat. Diantara kerumunan para siswa dan siswi yang masuk, pria itu seolah menantang arus dengan berdiri membelakangi mereka. Berdiri tepat di tengah lapangan sekolah.  Awalnya Violet hendak melangkah lurus dan tak menghiraukan pria aneh itu, tapi seperti bisa ditebak, suara aneh nan misterius itu muncul di saat yang seperti ini. Dia sempat heran, kenapa suara si misterius tidak muncul padahal sudah lewat 10 hari. Rupanya dia mengincar situasi ini agar dapat mempermalukan Violet di tengah keramaian.  "Akh!" Violet berhenti berjalan saat dirasanya sakit luar biasa di telinga yang menjalar sampai ke kepala.  "Hai! Udah lama kan lo ngga denger suara gue?" suara itu terdengar cekikikan, "Kangen nggak?" "Pergi lo!" Violet berbisik, "Lagian lo nggak bakalan bisa ngapa-ngapain."
last updateLast Updated : 2021-11-28
Read more

BAB XXXIII

Langit yang berwarna merah bagai sedang dilahap api yang membara cukup membuat siapapun merinding dengan keanehan tersebut. Tidak ada hawa positif dari langit dan tanah ini, hanya ada hawa negatif yang seakan-akan mengatakan tempat ini hanya untuk orang-orang yang berdosa.  Neraka. Nama tanah yang gersang serta langit berwarna merah bagai darah yang sedang El pijaki ini adalah neraka.  Setelah beratus-ratus tahun lamanya, akhirnya El menjejakkan kakinya di neraka. Tanah yang sudah membuangnya ke dasar bumi.  "Tuan muda?"  El berhenti melangkahkan kakinya di sebuah istana megah berwarna hitam kala seseorang memanggilnya. Dengan angkuh El menatap makhluk berkaki 4 dan bertangan dua yang sedang menundukkan badannya dengan sopan. "Sudah begitu lama tuan tidak kemari." "Tidak usah berbasa-basi. Bawa aku ke tempat Amon." ketus El. Menjijikkan se
last updateLast Updated : 2021-12-11
Read more

BAB XXXIV

Violet yakin 100% kalau keluarganya sedang mengalami kekerasan dalam rumah tangga yang biasa dia lihat di televisi. Itulah kesimpulan yang dia dapat setelah bertengkar dengan ayahnya tadi dan melihat bukti yang ia lihat dari tubuh sang ibu. Otaknya sudah berputar-putar, berusaha untuk menyangkal itu tapi dia tetap sampai pada titik kesimpulan itu. Keluarganya mengalami KDRT. "Gue bahkan nggak bisa nangis lagi." gumamnya. Orang bilang menangis tidak akan menyelesaikan masalah, tapi bukankah menangis setidaknya dapat membuat hati menjadi lega? Violet tidur menyamping, menghadap pintu balkon yang sedang memperlihatkan bulan purnama yang bersinar dengan indahnya. Bersamaan dengan matanya yang melihat ke arah bulan, pikirannya sibuk mempertanyakan ini dan itu.  Sejak kapan ini semua terjadi? Apa ini salah satu efek samping dari permintaannya pada El hari itu? Apa ini semua salahn
last updateLast Updated : 2021-12-15
Read more

BAB XXXV

"Tidur di rumah saya saja."  Violet, gadis 17 tahun yang baru saja kabur dari rumahnya. Mendapatkan bantuan tempat tinggal dari orang yang selalu mengaku sebagai pacarnya.  Violet yang baru saja memikirkan dimana dia akan tinggal seolah terbantu dengan tawaran itu. Dan tanpa ragu dia mengiyakan tawaran El. "Oke." Dan begitulah caranya mereka bisa duduk di ruang tamu rumah bertingkat dua yang berseberangan dengan rumah orang tua Violet. Takut ketahuan? Justru mungkin rumah ini yang paling tidak mereka duga kalau ada putri mereka di sini. Eh, tapi ibunya tahu kan kalau ini rumah El? El melihat ke arah jam dinding. Jarum pendek sudah menunjuk ke angka 10, "Hari sudah malam. Apa kamu mau tidur?"  Violet yang sedari tadi hanya melamun menoleh ke arah El yang sedang menatapnya, "Iya."  "Biar saya tunjukkan kamar yang dapat k
last updateLast Updated : 2021-12-16
Read more

BAB XXXVI

El membanting tubuhnya dengan kasar di atas kasur. Dia berusaha sekuat tenaga menahan emosi yang hampir saja meluap, kalau saja dia tidak menyingkirkan Amon secara cepat tadi. Mungkin kalau Amon masih ada di sana, rumahnya sudah hancur sekarang. Lalu siapa yang akan bertanggung jawab kalau rumahnya benar-benar hancur? Amon sialan itu kanntidak punya harta benda di bumi untuk membayarnya. Dengan tubuh telentang, El kembali mengingat percakapan Amon dan Violet tadi. Violet berkata dia sudah tidak sanggup lagi. Dan kata-kata itu terus terulang di kepalanya.  "Apa ini akhirnya? Akhir hidupku?" gumamnya pelan.  El menutup matanya menggunakan lengan. Pikirannya berkelana jauh pada beribu-ribu tahun yang lalu. Hari dimana ia masih berusia 100 tahun.  Saat itu fisiknya masih berupa anak kecil yang berusia 3 tahun. Tapi kekuatannya luar biasa hebatnya. El kecil dapat menyaingi berbagai macam ib
last updateLast Updated : 2021-12-16
Read more

BAB XXXVII

(flashback on)  Mawar menjalani hari-harinya sebagai pelayan dengan ceria dan bahagua. Rekan kerjanya baik padanya, tidak seperti orang-orang jahat di tempat pub ia bekerja dulu. Bahkan mereka senang sekali memuji Mawar, tentang betapa bagusnya kerja dia. Dulu sebelum bekerja di kediaman ini, dia bekerja di sebuah pub. Dimana para tentara yang lelah sehabis bekerja atau berperang yang ingin bersantai menghabiskan waktu mereka di sana. Pub itu bisa dibilang neraka, setidaknya bagi Mawar.  Para tentara yang kejam itu sering melecehkannya, bahkan beberapa kali memaksanya untuk tidur bersama. Mereka menyebutnya "Hoer" atau pelacur ketika ingin melampiaskan hasrat mereka yang menjijikkan itu. Apalagi dia satu-satunya wanita dewasa yang melayani tamu di pub itu. Karena tenaganya, Mawar tidak dapat menolak. Belum lagi pemilik pub itu semakin diuntungkan kalau Mawar tidur dengan para tentara itu, pemilik pub itu akan m
last updateLast Updated : 2021-12-16
Read more

BAB XXXVIII

(flashback on)  Mawar bersenandung riang dengan tangan yang fokus menggerakkan sapu, membersihkan halaman belakang yang dipenuhi dedaunan kering.  "Tampaknya kau sangat senang."  Mawar langsung menoleh saat mendengar suara lembut seorang wanita. Itu Luna. Seperti biasa dia tampak anggun dan begitu cantik dengan setelan pakaiannya yang sederhana. "Iya, nona."  "Apa pekerjaan di kediaman ini membuatmu lelah? Bukankah ada begitu banyak pekerjaan yang menumpuk?" Mawar menggeleng pelan, "Tidak, nona. Saya sama sekali tidak kelelahan. Justru saya senang bekerja di sini."  "Apa karena tuan El?"  Mendadak suasana menjadi kaku dan canggung karena pertanyaan dengan nada serius yang Luna lontarkan untuk Mawar.  Mawar tersenyum canggung, "Maksud nona ap--"&nb
last updateLast Updated : 2021-12-16
Read more

BAB XXXIX

El tampak khawatir pada Violet. Dia memegang pinggang Violet dengan erat. "L-lepas..."  "Mawar, aku--!"  Violet mendorong tubuh El menjauh dengan kencang. Air mata sudah memaksa untuk turun saat dia berteriak, "Gue bukan Mawar! Gue Violet!"  "M-maaf- saya..."  Tanpa mendengar perkataan El, Violet berlari keluar rumah pria itu dan menghampiri sebuah taksi. Tanpa pikir panjang dia menyuruh supir taksi itu untuk melaju dengan kencang.  Kepala Violet masih sakit rasanya. Belum lagi hatinya yang ikut merasa sakit, teringat akan luka lama. Kenapa dia harus mengingat itu sekarang? Apa inti dari semua permainan ini? "Neng, mau kemana?"  Violet menyebutkan alamat yang ingin dituju. Supir taksi langsung melajukan mobilnya sesuai alamat yang diberikan Violet.  Di perjalanan
last updateLast Updated : 2021-12-17
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status