Home / Thriller / Terjerat Skandal Istri Bos / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Terjerat Skandal Istri Bos: Chapter 71 - Chapter 80

111 Chapters

71. Kebohongan Linda

"Ya ampun, aku lupa menutup pintu!" pekik Linda berujar dengan gerakan bibir tanpa suara. Lekas ia memakai pakaiannya yang berserakan di lantai, lalu berjalan dengan sedikit payah untuk menjumpai Rucita. Tangguh bersembunyi di balik lemari kamar dengan napas yang terengah-engah. Ia takut Rucita memergokinya sedang bermesraan dengan Linda. "Ada apa, Cita?" tanya Linda saat menghampiri Rucita yang masih berdiri dengan sopan di depan rumah Linda. "Aku tidak melihat Kang Tangguh," adu Rucita dengan suara cemas. Mata gadis itu sembab sehingga membuat Linda sedikit aneh, apa yang disediakan Rucita?"Kamu menangis?" tanya Linda."Eh, tidak, Nyonya, saya hanya sempat tertidur sebentar dan terbangun melihat Kang Tangguh tidak ada di kamar. Untuk ke kamar mandi saja susah, bagaimana dia bisa pergi dari rumah jika tidak dibantu oleh seseorang," ujar Rucita dengan wajah yang teramat bingung."Aku juga baru saja ketiduran dan kamu mengganggu waktu t
Read more

72. Rucita Pulang ke Garut

"Hem ... jadi kamu sekarang pandai bersandiwara juga? Dengar, aku berbincang dengan Rucita, dia menanyakan kabarmu dan berharap kamu baik-baik saja. Dia heran kenapa aku pulang, sudah aku hilang aku mengambil baju ganti."Mendengar Linda menyebut nama Rucita, betapa berbunga-bunganya hari Steve. Pria dewasa itu tersenyum di balik wajah yang ia tekuk begitu dalam di depan Linda. Amarahnya menguap begitu saja begitu mendengar nama Rucita. Berarti istri mudanya itu tidak marah padanya, buktinya Rucita menanyakan kabarnya. Gadis itu hanya merajuk saja karena salah paham."Ya sudah, bisa kamu buatkan aku teh, tenggorokanku sangat kering. Ingin sesuatu yang sedikit manis," pinta Steve pada istrinya. "Kamu tidak boleh minum manis, Pa," tegur Linda mengingatkan. Steve menggeleng keras."Sedikit saja. Seujung sendok teh," pinta Steve lagi dengan suara memerintah dengan tegas. Linda tak bisa melarang jika intonasi suaminya sudah seperti tadi. Lekas ia membuat
Read more

73. Steve Ketiduran

"Aku mau ke Pak Wahyu dulu," kata Steve pada Linda. Pria dewasa itu terus berjalan keluar rumah sambil menggenggam ponselnya. Linda mengangkat bahunya, lalu membereskan sisa makanan yang ada di atas meja. Ingin sekali ia mendatangi Tangguh dan memeluk kekasihnya, tetapi tidak mungkin, suaminya jika ke rumah Pak Wahyu;tetangga mereka tidak pernah lama. Linda hanya bermain ponsel saja sampai rasa bosan bersarang di kepalanya. Steve bukan pergi ke rumah Pak Wahyu, melainkan duduk di pos jaga yang tidak jauh dari rumahnya. Pos jaga dalam keadaan sepi, karena petugas keamanan memang berjaga di dua titik pos mulai pukul sembilan malam, sedangkan sekarang baru pukul delapan. Steve mengeluarkan ponselnya, lalu dengan tak sabar menekan kontak Rucita. Beberapa kali melakukan panggilan, Rucita tak juga mengangkat panggilannya. Hal itu membuat Steve semakin kesal saja. Steve mengisap rokoknya dalam, lalu meniupkan asapnya ke udara. Rasa rindu
Read more

74. Honeymoon Ke Bandung

"Memangnya tidak punya rumah sampai harus tidur di pos jaga? Malah dikipasin satpam lagi, seperti menidurkan anak bayi. Ada-ada saja kamu, Pa," omel Linda sambil menatap suaminya dengan penuh tanda tanya. Steve ingin tertawa, tetapi ia menahannya.  Steve menyadari kekonyolannya seperti anak ABG yang sedang jatuh cinta saja. Ia langsung berbaring tanpa menjawab Omelan istrinya. "Pa, ish! Kamu aneh sekali sekarang!" Linda kembali menggerutu, lalu ia mematikan lampu kamar dan ikut berbaring bersama Steve. Lima menit kemudian, suara dengkuran suaminya mulai terdengar, itu tandanya Steve sudah benar-benar pulas. Satu hal yang sangat aneh dan ia ingin menanyakan langsung pada suaminya, kenapa hampir satu bulan sudah Steve tidak meminta haknya. Padahal ia tahu tipe suaminya yang rutin berhubungan dengannya walau 1 menit saja. Linda berbalik menghadap suaminya yang kebetulan juga tengah menghadapnya. Mulut Steve setengah terbuka karena ter
Read more

75. Dari Bandung, Berakhir Di Bali

Steve dan Rucita masih bergelung di dalam selimut bulu tebal. Bercinta dengan penuh kerinduan membuat keduanya cukup kelelahan, terutama Steve. Ia bahkan sengaja menyalakan timer untuk memastikan berapa durasi yang bisa ia tempuh saat bercinta bersama istrinya. Memang tidak lama, tetapi Rucita selalu mendapat pelabuhannya. Mungkin karena ia dengan sungguh-sungguh melakukan foreplay, sehingga istri mudanya mudah untuk sampai di tujuan. Mungkin karena baru sembuh, sehingga Steve tidak bisa sampai setengah jam mencumbu istrinya, untunglah Cita tidak masalah. Gadis itu masih asik memeluk suaminya dengan erat. Hujan di luar rintik-rintik, menambah sahdu malam menjelang subuh. Kokok ayam sudah terdengar dari kejauhan membangunkan penduduk bumi untuk segera melepas mimpi. "Apa tidak apa-apa Bu Linda ditinggal sendiri di hotel?" tanya Rucita dengan mata tertutup. "Tidak, Linda biasa sendiri dan memang lebih suka sendiri. Lagian saya sudah
Read more

76. Gagal Maning

Linda mondar-mandir di dalam kamarnya. Steve tidak bisa dihubungi padahal ini sudah malam ketiga. Satu hal yang aneh, semenjak ia tiba hotel, tidak pernah sekali pun ia merasa tidur seranjang dengan suaminya. Ke mana sebenarnya Steve? Pukul dua belas malam dan ia terpaksa melewati  malam dengan sendiri.Bep! Bep!Linda tersentak saat ponselnya berdering. Ada nama Tangguh di sana. Cepat ia menggeser layar untuk menerima video call dari kekasihnya itu. "Halo, gimana? Apa sudah dapat kabar dari Pak Steve?" "Gak ada, Guh. Aku juga bingung, ke mana dia? Sebenarnya aku tidak masalah kalau dia bepergian, tetapi ia sepertinya tidak pernah pulang ke hotel. Apa jangan-jangan dia ada di kota lain?""Mungkin memang sedang sibuk, Bu. Sabar aja dulu. Tunggu sampai besok, jika tidak ada kabar juga, Ibu coba cari ke rumah sakit di sekitaran Bandung. Semoga Pak Steve gak apa-apa.""Iya, Guh, makasih ya. Percuma aku ikut kalau begitu. Mending
Read more

77. Tangguh dan Linda yang Malang

Benar saja, Steve tiba di rumahnya pukul delapan malam. Wajahnya terlihat lelah, tetapi ia memaksakan berbincang dengan lelaki yang mengaku calon pembeli itu. Steve memberikan kode dengan kedipan mata, saat Tangguh tidak berkonsentrasi pada pembicaraan mereka perihal pembelian mobil yang sedang diperbaiki oleh Tangguh. "Baiklah kalau begitu, saya pamit dan lusa akan saya hubungi lagi. Maafkan saya yang menggangu waktu istirahat Pak Steve," kata Pria itu sambil tersenyum."Gak papa, Mas, saya yang justru minta maaf karena Mas lama menunggu," kata Steve berpura-pura sungkan. Tamu itu pun pergi dengan berpamitan pada Steve dan juga Tangguh. "Guh, jangan lupa kunci pagarnya." Steve pun masuk ke dalam rumah setelah berpesan pada Tangguh. Wajah pemuda itu masam bercampur kesal, seharusnya hari ini bisa ia lewatkan dengan Linda, tetapi gagal karena ada tamu. Mau marah tentunya tak bisa. Tangguh akhirnya mengunci pagar, lalu berjalan dengan kedu
Read more

78. Kamera Pengintai

Seharian ini Steve sama sekali tidak keluar rumah. Alasannya adalah lelah. Pria itu sibuk memandori Tangguh bekerja di gudang. Makan siang pun Steve di gudang bersama Tangguh. Linda hanya bisa mengintip sambil berdoa suaminya pergi keluar sebentar agar ia dapat memeluk kekasihnya. Namun hingga sore menjelang, Steve masih betah di gudang bersama Tangguh. Ia hanya pergi sebentar untuk buang air kecil yang hanya satu menit saja. Karena Steve menggunakan kamar mandi Tangguh untuk buang air kecil. Linda baru saja hendak menghampiri Tangguh saat melihat suaminya tidak ada di sana, namun baru saja ia dua langkah keluar dari rumah, suaminya muncul dari rumah Tangguh dan berjalan santai menuju gudang. "Pa, mau makan sore pakai apa?" tanya Linda pada suaminya sekedar berbasa-basi. Ia menghampiri Steve dan Tangguh di gudang, agar bisa melihat kekasihnya barang sejenak. "Beli baso di Mang Husni saja. Naik motor atau naik ojek online juga gak p
Read more

79. Baju Kaus untuk Tangguh

Steve tertawa sambil menggelengkan kepalanya. Pintu rumah Tangguh masih tertutup dan terkunci, ia berdiri di sini sambil terus mengetuk pintu, tetapi tidak juga ada jawaban. Luar biasa efek obat yang dimasukkan istrinya ke dalam mangkuk baso. Jika dia yang menyantapnya, tentu saja sampai jam sembilan pagi ini dia belum juga bangun. Itu tandanya Linda dan Tangguh bisa berkali-kali bercinta. Steve merasa sangat puas dengan apa yang ia lakukan. Kakinya ringan melangkah menuju gudang, lalu membuka rolling door dengan kunci yang ia pegang. "Pa, tumben karyawan kamu belum buka pintu," sapa Linda berbasa-basi. Steve tertawa, lalu menoleh pada istrinya."Ya, tidurnya seperti orang yang dikasih obat tidur, sangat pulas. Aku ketuk-ketuk daritadi tidak juga terbangun. Mungkin Tangguh akan terus tidur sampai siang, ha ha ha ..." Steve menertawakan kekasih istrinya sekaligus raut wajah terkejut Linda. "Oh, emm ... mungkin dia memang habis begadang, P
Read more

80. Balasan untuk Pebinor

"I-itu baju untuk si Aji, Pa. Ya, untuk Aji. Mbak Dea tahu saya lagi di mal, terus dia nitip baju untuk Aji," jawab Linda dengan wajah pucat."Benar seperti itu?" Steve menurunkan suaranya. "Benar, jika Papa tidak percaya, telepon saja Mbak Dea." Linda berpura-pura sibuk memakai cream wajahnya. Sekilas Steve pada tangan istrinya yang tengah gemetar. Jelas sekali Linda berbohong. Jika tidak, wanita itu tidak perlu gugup. "Oke, kali ini saya percaya." Steve berjalan masuk ke kamar mandi untuk mengguyur tubuhnya yang panas akibat ulah Linda. Ia tahu baju-baju bagus itu, akan ia berikan pada Tangguh. Ukurannya sama persis dengan baju-baju kaus yang sering dipakai pemuda itu. Dominan warna hitam, ada enam buah kaus berwarna hitam dengan aneka motif yang ia taksir harga per bajunya dua ratus ribu rupiah. Bahkan sampai menjual nama keponakan sendiri untuk menutupi kebohongannya. Linda tidak berani keluar kamar setelah ditegur oleh
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status