Semua Bab Terjebak Cinta Artis Tenar: Bab 11 - Bab 20

40 Bab

11. Kamu Selalu Cantik di Mata Saya

Andara pulang sambil membawa oleh-oleh untuk kami. Andara menarik saya menuju ke kamarnya. Saya heran. Setiba di kamarnya, Andara mencari sesuatu di rak bukunya, kemudian dia mengeluarkan sebuah album foto dan menunjukkannya satu persatu kepada saya. "Ini waktu aku SMA, kak. Jangan diketawain ya," pinta Andara pada saya. Saya sebenarnya terkejut. Di foto itu Andara tampak berkulit agak gelap dan hidungnya agak pesek. Tapi biar begitu Andara masih terlihat sangat manis. "Kok beda banget sama sekarang?" tanya saya heran. "Tuntutan, Kak. Waktu aku jadi model, managerku yang lama nyuruh aku operasi hidung biar makin mancung, terus nyuruh aku suntik putih juga," ucap Andara jujur pada saya. Ya, sebagaimana yang saya ketahui, memang banyak artis-artis yang melakukan hal itu. Walau tidak semuanya, tapi kebanyakan memang begitu. Tujuannya tidak lain agar bisa terlihat menarik di layar kaca atau layar lebar. "Padahal kamu nggak operasi hidung d
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-06
Baca selengkapnya

12. Pacarnya yang Baru

Di dalam kostan, saya merenung cukup lama. Saya tidak bisa seperti ini dengan Andara. Saya sudah kelewat batas. Akhirnya, hari itu juga saya blokir nomor Andara dan saya berjanji untuk tidak menghubunginya dan menemuinya lagi. Saya mengabaikan janji saya pada mamahnya. Ini demi kebaikan. Apakah saya bisa? Sudah hampir tiga hari, saya benar-benar menghindari Andara. Saya sengaja tidur di kostan Andi untuk menghindarinya. Nomornya masih saya blokir. Saya yakin, dia pasti mendatangi kostan saya. Sebenarnya saya sedih dan merasa bersalah karena sudah mengabaikannya. Tapi sebagai manusia yang masih berjuang untuk beriman, saya paham bahwa yang saya lakukan ke Andara adalah sebuah kesalahan. Saya tidak ingin kesalahan itu berlarut-larut. Hari itu saya datang ke kantor PH untuk mengikuti rutinitas seperti biasa ; yaitu setiap dua kali dalam seminggu saya harus brainstorming dengan headwriter saya untuk mengajukan sinopsis dan membuat plot untuk episode lan
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-06
Baca selengkapnya

13. Patah Hati

Akhirnya saya terpaksa buru-buru mengganti pakaian dan langsung menemuinya di depan gang. Benar saja, Andara sudah menunggu saya dalam mobilnya. Kami pun pergi menuju cafe. Saya diam saja. Andara fokus menyetir sambil teleponan dengan managernya si Ira. "Ini aku lagi di jalan sama Kakak." Selanjutnya, dia masih teleponan dengan Ira sampai kami tiba di parkiran. Sebagaimana dirinya dan Ira yang sesama perempuan, mereka mengobrol ngalor ngidul tak ada putus-putusnya, tapi tak ada satupun bahasan mengenai seseorang yang akan dikenalkan Andara pada saya. Padahal saya sangat perlu kisi-kisi itu. Saat itu juga Andara menyudahi teleponnya dengan Ira. Andara mengajak saya menuju lift. Ketakutan saya semakin menjadi. Sungguh saya tidak siap jika benar bahwa Andara akan mengenalkan pacar barunya kepada saya nanti. Kami pun tiba di lantai paling atas di gedung itu. Sesaat kemudian saya melihat pelayan perempuan yang bekerja di café langganan kami tiba-tiba ada di sana m
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-06
Baca selengkapnya

14. Masih Ada Kesempatan

Setelah itu, pergilah kami ke tempat yang tidak seharusnya saya kunjungi. Alex memesan minuman di ruangan gelap penuh cahaya laser itu. Musik DJ mengalun, memekakkan gendang telinga. Saya pun minum. Segelas, dua gelas, tiga gelas hingga saya ambruk bersama rasa sakit hati saya melihat Andara yang tampak mesra dengan Alex. Andara tampak panik melihat saya ambruk. Setelah itu saya tidak tahu lagi apa yang terjadi. Saya tersadar saat mobil yang dikendarai Alex bersama Andara tiba di depan gang kostan saya. Alex mencoba menuntun saya. "Nggak usah, saya bisa jalan sendiri," ucap saya pada Alex. "Nggak apa-apa kak, biar aku anter sampai rumah kakak," ucap Alex pada saya. Saya merasa jijik mendengarnya memanggil saya kakak. "Iya, Kak. Biar Alex anterin kakak ya?" Jujur, kepala saya masih berat rasanya. Saya pun mengangguk. Membiarkan Alex menuntun saya berjalan menuju kostan. Di tengah jalan saya berhenti. "Di sini aja," pinta saya pada Alex.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-06
Baca selengkapnya

15. Aku Harus Bagaimana, Kak?

Hari-hari berikutnya saya kembali diteror via telepon oleh Andara. Teleponnya tentang Alex semua. "Kak tau nggak, tadi Andara ngasih bunga." "Kak, Alex ngajak aku jalan-jalan ke Bali." "Kak, kok telepon aku nggak di angkat sama Alex sih." "Kak, Alex mau ngenalin aku sama papa mamanya." "Kak!" "Kaak!" "Kaaak! Saya pun menjerit di pinggir sungai Ciliwung. Membangunkan para tetangga yang sedang terlelap tidur. Saya benar-benar tidak tahu apa yang harus saya lakukan kepada hati saya yang terluka. Saya benar-benar sudah tidak tahan menahan kecemburuan itu. Kepada bintang dan rembulan di malam itu saya utarakan semua isi hati saya. Sebagaimana kita tahu, mereka tak dapat memberi saya solusi karena tak bisa bicara apalagi mendengar. Dan esoknya, saya utarakan isi hati saya ke pada pohon-pohon di taman kota. Di sana malah saya disangka orang gila. Juga pada
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-06
Baca selengkapnya

16. Saya Tidak Bodoh

Hari minggu yang tenang. Hari itu saya diajak Andara pergi ke Ancol. Andara membawa Ira. Kebetulan hari itu kami sama-sama sedang bebas dari pekerjaan. Kata Ira, di Ancol adalah rutinitas wajib bagi Andara bila putus cinta. "Kenapa harus Ancol?" tanya saya pada Ira sebelum kami berangkat, saat sedang menunggu Andara selesai berdandan di kamarnya. "Biar dia bisa teriak-teriak." "Wahana Dufan?" Saya memastikan. "Iya." Mendadak saya menjadi ngeri. Karena sedari dulu, dunia fantasi lah tempat yang paling saya hindari. Bukan karena saya tidak suka tempat itu, tapi karena saya takut untuk menaiki semua wahana ekstrim di sana. "Takut, ya?" ledek Ira sambil mentertawai saya. "Iya," jawab saya dengan jujurnya. Ira tertawa lagi, "Dulu aku juga begitu, tapi karena dipaksa sama Andara, lama-lama jadi biasa." "Andara maksa?" "Iya. Kakak juga nanti bakal dipaksa naik wahana juga kok, liat aja," ucap Ira menakuti saya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-06
Baca selengkapnya

17. Ternyata Memang Saya Bodoh

Setelahnya saya mulai menyiapkan diri untuk menyatakan cinta pada Andara. Tapi selalu saja tak sanggup untuk mengatakannya bila berada di hadapan Andara. Dan Andi yang selalu penasaran dengan kisah saya ini selalu menekan saya untuk cepat-cepat menembaknya. "Kapan lagi?" tanya Andi pada saya dengan kecewa. "Saya masih nggak sanggup sob," ucap saya. Kali itu kami bicara di teras kostan saya. "Berarti elo beneran bodoh." "Belum." "Udah." "Belum." "Udah." "Belum udah apaan sih?" tanya Andara yang mendadak muncul di hadapan kami. Saya dan Andi kaget. "Nggak kok," ucap saya pada Andara, lalu saya tarik Andara ke dalam kost sambil bicara ke Andi. "Kamu udah mau pulang kan? Yaudah sana pulang." Saya tak ingin Andi memberitahukan perihal obrolan kami tadi pada Andara. Andi menghela napas. Saat saya dan Andara sudah di dalam kost. Terdengar suara Andi berteriak di luar sana. "Andar
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-06
Baca selengkapnya

18. Tak Bisa Lagi Kabur Darinya

"Ayah!" Lirihku dalam hati. Iya, pria yang sedang duduk bersama Andara itu adalah ayah saya. Apa yang Andara lakukan bersama ayah? Apakah dia lelaki baru yang sedang dipacari Andara yang ingin dikenalkannya pada saya? Saya benar-benar tidak percaya itu. Sesaat Andara melihat ke arah saya dan tampak senang dengan ketadangan saya. "Kakak?" Ayah juga menoleh pada saya lalu berdiri. Saya tak sanggup jika benar kalau ayah adalah kekasih baru Andara. Kemana ibu? Apa ayah sudah pisah dengan ibu? Saya pun memilih pergi dari sana. Kisah macam apa jika benar seperti dugaan saya? Andara mengejar saya. Di depan cafe, Andara menarik tangan saya. "Kakak mau kemana?" Saya menoleh pada Andara dengan marah. "Itu lelaki baru yang mau kamu kenalin ke kakak?" Saya mengucap kata ini dengan berteriak. "Jangan negative thiking dulu, Kak." "Mau cowok manapun yang mau kamu kenalin ke kakak, kakak bakal dukung, kecuali d
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-06
Baca selengkapnya

19. Mengenalkan Dia ke Ibu

Tak berapa lama kami tiba di depan sebuah rumah. Ya, rumah itu memang megah. Gerbang langsung dibuka satpam saat dia melihat saya. Andara langsung memarkirkan mobil di depan garasi. Saya dan Andara turun. Saya terdiam. Andara menarik tangan saya untuk masuk ke dalam. "Ayo, Kak." "Iya." “Iya-nya jalan dong.” Kenapa Andara yang paling semangat? Pikir saya. Saya pun terpaksa berjalan menuju pintu masuk. Sudah lima tahun lebih saya meninggalkan rumah itu. Menghilang tanpa jejak. Kini dengan kekalahan dan tanpa bisa membuktikan kalau saya bisa sukses dengan menjadi penulis, saya kembali lagi. Kalau bukan karena mendengar ibu sering sakit gara-gara saya menghilang dan karena Andara, saya mungkin tak akan pulang lagi ke sini. Pintu rumah terbuka. Bibi Ijah, pembantu kesayangan saya datang dengan ternganga saat melihat saya. "Tuan ganteng!" Bibi Ijah menangis melihat saya. "Nyonya! Tuan ganteng pulang!" teriak Bibi Ijah sambil
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-06
Baca selengkapnya

20. Terpaksa Pindah

Di dalam mobil Andara bicara banyak pada saya. “Keluarga kakak baik-baik kok. Kok bisa sih kakak kabur dari rumah?” tanya Andara penasaran lagi, padahal semua alasannya sudah saya jelasan semuanya. “Semuanya memang baik, cuman ayah doang kok yang dulunya jahat,” jawab saya. Andara menurunkan saya di depan gang ke arah kostan saya. Saya turun dari mobil. Andara kemudian dadah kepada saya lalu melajukan mobilnya menuju rumahnya. Saya masih mematung di sana, memastikan mobil Andara benar-benar menghilang dari pandangan saya. Saya pun melangkah pulang dengan lega. Lega karena ayah sudah bisa berdamai dengan mimpi-mimpi saya. Di pagi hari dan bertepatan dengan saat saya terbangun, saya langsung mencari handphone untuk memeriksa group chatting dari team penulis. Ini rutinitas yang biasa saya lakukan agar tidak ketinggalan update terbaru dari pekerjaan saya. Dan benar saja ada update terbaru di sana. Saya langsung membaca di group bahwa sitkom yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-06
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status