Home / Romansa / Istri Kecil Suami Galak / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Istri Kecil Suami Galak: Chapter 1 - Chapter 10

45 Chapters

Bab 01 - Dijual

"Ada yang ingin Papa bicarakan kepada kalian," ucap Hermawan seraya menaruh alat makan yang digenggamnya. Ia menatap anak-anak serta istrinya yang detik itu juga menghentikan aktivitas mereka. Istrinya, Marisa, menyentuh lengan pria tersebut, memberi kode agar sang suami tidak mengatakan apa yang ingin disampaikan detik ini juga.Marisa sudah mengetahui apa yang akan suaminya bicarakan, setidaknya selesaikan terlebih dahulu makan malam mereka baru berbicara. Marisa takut pembicaraan suaminya justru akan mempengaruhi suasana hati kedua putrinya sehingga tidak menyelesaikan kebutuhan mereka.Hermawan tidak menghiraukan peringatan sang istri, ia justru memberi kode kepada istrinya bahwa ia tidak akan menghentikan apa yang akan ia lakukan. Ia menatap putri sulungnya yang bernama Clarissa, juga putri bungsunya Amanda. Kedua perempuan itu juga sedari tadi memusatkan
Read more

Bab 02 - Makan Malam

"Apa sih kak?!" sentak Amanda. Ia sungguh tidak menyukai kalimat yang kakaknya lontarkan, seperti tengah merendahkan dirinya saja. Memang selama ini kakaknya itu membantu keluarga yang sedang krisis ekonomi, kakaknya membantu bekerja di perusahaan, selain itu ia juga adalah seorang model, namanya sudah malang melintang, wajahnya banyak terpampang di berbagai majalah, pendapatannya sebagai model juga cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.Namun kakaknya itu tidak seharusnya merendahkannya seperti ini. Lagi pula bukan keinginannya untuk tidak membantu keluarga, justru ayah dan ibunya yang menyuruh untuk fokus pada kuliahnya saja. Kemudian kakaknya sendiri pun menyuruhnya demikian, apakah ia lupa atau memang sengaja menyanjungnya selama ini untuk kemudian dijadikan tumbal pada situasi seperti saat ini?Kalau benar demikian, berarti kakaknya sangat licik."Benar kan apa yang Kakak omongin, kamu itu cuma bisanya foya-foya aja, ngerepotin keluarga!"Amanda me
Read more

Bab 03 - Pasrah

Wanita itu menarik napas dalam-dalam, kemudian mengembuskannya secara perlahan berharap perasaannya jauh lebih tenang. Sudah ada keluarga calon besannya di bawah, akan menjadi tidak enak kalau mereka mendengar pertengkaran keluarganya.Marissa melembutkan tatapan saat menatap Amanda yang masih bergelut di atas kasur dengan pakaian yang sama seperti yang terakhir dirinya lihat saat membawakan pakaian serta alat-alat make up untuk anak gadisnya itu kenakan pada acara makan malam bersama keluarga Hartanto.Amanda belum bersiap sama sekali, Marissa sangsi bahwa anaknya itu bahkan sudah membersihkan diri atau belum."Kenapa kamu belum pakai pakaian yang Mama kasih?" tanyanya seraya menatap Amanda bergantian pada gaun putih yang terletak di meja rias, posisi gaun itu masih sama seperti saat pertama ia meletakkannya. Amanda belum menyentuh gaun itu sama sekali."Males!" jawab gadis itu sinis, lagi-lagi Marissa menarik napas panjang, kali ini supaya emosinya tida
Read more

Bab 04 - Pembahasan Pernikahan

Gadis itu menghela napas pasrah, kemudian mencoba kembali melangkah mengikuti pijakan ibunya. Amanda menyemangati diri sendiri, meyakinkan pada dirinya sendiri bahwa dirinya harus hadir ke acara ini agar cepat berakhir, Amanda meyakinkan diri bahwa jika dirinya terus mengulur waktu, maka pertemuan ini tidak akan pernah selesai. Amanda berjalan seraya menunduk, hingga tanpa sadar bahwa kini ada empat pasang mata yang tengah menatapnya. Merasa diperhatikan, Amanda mengangkat secara perlahan pandangannya hingga indra penglihatannya itu menatap sang ayah yang menatapnya tajam, pria itu pasti marah karena dirinya sangat lama. Amanda dibuat tersentak oleh tatapan ayahnya itu, kemudian tatapannya tanpa sengaja menatap wanita itu yang tengah tersenyum ramah juga pria tua di sebelahnya, kemudian di pria di sebelahnya lagi yang tanpa terlihat lebih muda. 
Read more

Bab 05 - Tidak Adil

"Amanda nggak mau nikah sama laki-laki itu, Pa!" Pekikan menggema di seluruh sudut-sudut ruangan, gadis itu tidak terima atas keputusan sepihak yang diambil oleh keluarganya dan keluarga Hartanto tanpa meminta pertimbangannya terlebih dahulu.Keluarga Hartanto sudah meninggalkan kediaman keluarga Hermawan beberapa menit yang lalu, menyisakan anggota pemilik rumah yang kini tengah duduk di ruang keluarga. Semula tampak tenang dengan putri sulung mereka yang ikut bergabung sebelum akhirnya suara putri bungsu mereka memecah ketenangan ini.Amanda sudah tidak tahan lagi, ingin memprotes atas hasil pembicaraan beberapa menit yang lalu bersama keluarga Hartanto. Banyak hal yang sudah disepakati, tetapi tidak ada satu pun kesepakatan yang dirinya setujui. Mereka mengambil kesepakatan tanpa meminta persetujuannya, bahkan ayahnya memaksa ia untuk tidak berbicara.
Read more

Bab 06 - Kekuatan

"Kenapa. Hmm?" Amanda tidak kunjung menjawab membuat Alex kembali membuka suara.Walau sebentar, tetapi Amanda cukup puas karena sudah bisa sedikit menumpahkan kesedihan dan rasa sesak di dadanya dengan menangis. Gadis itu mengelap air matanya sendiri kemudian menatap Alex dengan kedua sudut bibir yang tersungging tipis. Perasaannya kini sudah jauh lebih membaik.Amanda sudah memikirkan ini semalaman, ia harus memberitahukan Alex tentang permasalahanya, bagaimanapun nanti tanggapan laki-laki itu walau dirinya yakin sudah pasti Alex akan mengakhiri hubungan mereka. Namun itu hal yang baik bukan, Alex berhak bahagia bersama wanita yang lebih baik darinya."Bisa kita bicara di tempat yang agak sepi?"Alex menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya, kemudian kembali
Read more

Bab 07 - Hari yang Menyebalkan

Amanda menatap tidak suka pada orang-orang yang berjaga di depan rumahnya, orang-orang bertubuh besar dengan pakaian serba hitam serta wajahnya yang bagi Amanda sangat menyeramkan. Orang-orang tersebut adalah orang suruhan keluarga Hartanto untuk menjaga rumahnya, lebih tepatnya adalah orang suruhan nyonya Alina, jumlahnya kalau Amanda hitung ada dua puluh orang. Mereka tersebar ke seluruh penjuru rumahnya, mulai dari halaman depan hingga halaman belakang, kemudian sisi kanan dan sisi kiri, serta setiap lekuk bentuk rumahnya.Amanda heran mengapa kedua orang tua serta kakaknya tidak merasa risi akan keberadaan orang-orang tersebut, berbanding terbalik dengan dirinya yang benar-benar tidak nyaman juga ketakutan. Mengapa orang tuanya mau-mau saja dikirimi penjaga oleh Nyonya Alina, dan untuk apa pula Nyonya Alina mengirim penjaga sebanyak itu ke rumahnya.Kalau Nyonya Alina tahu, tidak ada satu pun harta benda berharga yang tersisa di rumahn
Read more

Bab 08 - Sahabat

Pria pemilik nama panjang Narendra Hartanto tersebut tersentak mendengar suara pintu mobil yang ditutup secara kasar, pelaku tentu adalah gadis yang beberapa hari lagi akan resmi menjadi istrinya. Seperti itu perlakuan Amanda kepadanya setiap mereka bertemu, seperti tidak ada hal baik yang dimiliki gadis itu dalam dirinya. Kalau bukan atas permintaan ibunya yang katanya ia jarang sekali mengantar dan menjemput Amanda, ia juga sangat tidak bersedia melakukan apa yang sudah dilakukannya ini. Beberapa saat lalu, Amanda bahkan tidak mengucapkan sepatah kata pun, kata pamit atau bahkan ucapan terima kasih karena sudah mengantar selamat sampai tujuan. Namun bukan itu yang Rendra inginkan, ia bukan pria gila hormat yang akan mengamuk bila ada seseorang yang berperilaku sedikit kurang ajar kepadanya, tetapi hanya merasa heran mengapa ibunya justru menyukai gadis yang kurang memiliki sikap sopan santun sepert
Read more

Bab 09 - Bercerita

"Kita makanan dulu yuk, aku lapar belum makan apa pun dari pagi," ucap gadis manis yang mencepol rambutnya tersebut diangguki gadis yang rambutnya terurai indah berwarna marun di bagian bawahnya."Ayo Man," ucap gadis rambut marun–Divya seraya meraih tangan Amanda yang terkulai lemah di kedua sisi tubuhnya, Divya mengernyitkan kening melihat Amanda yang lesu tidak bersemangat itu.Francie yang menyadari kebingungan Divya sedikit menyikut bahunya. "Sudah dari tadi seperti itu, kita makan di apartemen kamu aja, drive thru.""Baiklah," ucap Divya dan kini bersama Francie menyeret lengan kiri dan kanan Amanda yang sepertinya tidak akan bergerak sedikit pun jika tidak dengan cara seperti itu. Seraya berjalan dengan menyeret Amanda supaya berjalan agak cepat, keduanya terus bertanya apa yang telah terjadi dengan. Na
Read more

Bab 10 - Divya dan Francie

"Aku akan menikah tanggal satu besok."Baik Francie maupun Divya langsung terbatuk sedetik setelah Amanda mengutarakan kalimatnya. Keduanya secara kompak menatap Amanda dengan tatapan horor serta mata berair karena tenggorokan mereka yang sakit akibat tersedak."Jangan bercanda!" seru keduanya secara kompak, merasa tidak percaya Amanda membicarakan soal pernikahan, padahal dulu anti sekali membicarakan hal tersebut walau sudah memiliki kekasih."Kamu sudah hamil?" tanya Divya mengutarakan apa yang terlintas di kepalanya saat ini karena pemberitahuan Amanda akan menikah itu cepat sekali, hari ini tanggal 25 untuk ke tanggal satu membutuhkan hanya waktu tujuh hari, yang benar saja. Kalau Amanda tidak bercanda, kemungkinan opsi sudah hamil adalah yang paling benar.Bukan Fr
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status