Beranda / Semua / Sang Panglima Perang / Bab 191 - Bab 200

Semua Bab Sang Panglima Perang: Bab 191 - Bab 200

290 Bab

Hari Penghakiman Dong Shuo

    Keesokan harinya Qin Huang menitahkan semua menteri dan pejabat yang dipenjarakan untuk ikut menghadiri rapat keputusan atas kejadian besar yang terjadi di perjamuan, termasuk Dong Shuo juga.    Satu persatu menteri dan pejabat istana yang menandatangani dokumen penggulingan kaisar memasuki aula istana dan berbaris sesuai dengan pangkat dan jabatan. Kaisar Qin Huang juga telah duduk disinggasana dan menunggu tokoh utama penyebab kekacauan besar dalam kerajaannya.    “Hadirkan pemberontak Dong Shuo!” ucap Qin Huang dengan suara lantang dan tegas.    Di luar pintu aula istana, Dong Shuo yang berdiri di samping Zhang Yuan dengan tangan yang terbelenggu menyunggingkan senyuman kecil ke arah Zhang Yuan.    “Pemberontak Dong, silakan!” Zhang Yuan membalas sunggingan senyum Dong Shuo lalu menarik lengannya untuk masuk ke dalam aula istana. &nbs
Baca selengkapnya

Serangan Dari Kerajaan Wei

    Semua orang terkejut mendengar laporan dari sang prajurit. Bahkan menyangkal tak masuk akal karena jika memang ada penyerangan, tak mungkin musuh bisa sampai ke ibukota tanpa adanya peringatan dari pengawal yang bertugas di beberapa pos wilayah. Terlebih tidak ada kabar juga dari para jenderal di benteng perbatasan. Namun begitu mendengar pasukan dari mana yang datang menyerang, mereka terbungkam.    “Pasukan Wei katamu?!” Qin Huang semakin melotot kaku. Tubuhnya yang secara tiba-tiba berdiri karena terkejut kini perlahan melemas dan terduduk lagi di singgasana. Alasan kematian dari seorang prajurit pengirim pesan rahasia ternyata karena ingin menyampaikan berita penting ini.    Zhang Yuan juga terbungkam menahan kegeraman, tapi sebenarnya dia sedang memikirkan sesuatu. Sekarang dia baru mengerti alasan Dong Shuo sengaja memancingnya dengan pergerakan di dalam kerajaan, ternyata hanya untuk pengalih saja ag
Baca selengkapnya

Benteng Gerbang Ibukota

    Di sisa waktu yang sangat sempit, ketiga pasang mata terfokus pada alat peraga pasir di atas meja yang menunjukan situasi arena perang saat ini. Sekitar lima puluh ribu prajurit kerajaan Wei berbaris tak jauh dari pintu gerbang. Sedangkan prajurit Song yang dulunya ada sekitar seratus ribu kini tersisa empat puluh ribu, karena sebagian telah dipenjarakan. Prajurit yang tersisa juga terbagi dalam pasukan pemanah, kavaleri, dan infanteri. Jika dilihat dari jumlah, jelas sekali kalau mereka kalah banyak. Namun bagi Zhang Yuan belum tentu yang sedikit akan kalah dari yang banyak. Dia punya cara tersendiri untuk membalikkan keadaan.    “Liu Bai, pertahankan gerbang kota. Aku dan jenderal Chao Yun akan maju ke medan perang!”    “Tuan, apa harus aku? Bukankah masih ada beberapa komandan pasukan?” Liu Bai menolak secara halus. Tujuannya hanya satu, yaitu tak ingin membiarkan Zhang Yuan maju ke medan per
Baca selengkapnya

Pasukan Wei Hongli

    Tak jauh di depan sana, pasukan kerajaan Wei sudah menunggu kedatangan mereka. Begitu hampir dekat dengan barisan pasukan musuh, Zhang Yuan dan Chao Yun menghentikan pergerakan mereka. Memberikan jarak tengah untuk kedua belah pihak. Tak lama setelah mereka berdiam diri di posisi, salah satu prajurit Wei datang dengan menunggangi kuda.    Laju larinya kuda menghantarkan debu beterbangan di udara. Sosok seorang prajurit perlahan mulai terihat lebih jelas hingga akhirnya membuka lebar mata Zhang Yuan.    “Li Qianqi?!” Rahang Zhang Yuang mengeras, menahan kesalnya atas tindakan Li Qianqi.    Sekarang semuanya telah dipahami, wajar saja tidak ada laporan dari benteng Utara, ternyata Li Qianqi telah bersekutu dengan pangeran Wei Hongli untuk memulai penyerangan. Semua rencana Dong Shuo memang telah sempurna, dan jika saja Zhang Yuan tidak mengambil risiko besar terhadap se
Baca selengkapnya

Tembakan Penanda Di langit

    Zhang Yuan dan Chao Yun saling memandang. Di situasi seperti ini pasti ada hal penting yang membuat kaisar memanggilnya. Melihat pasukan Wei belum memulai peperangan, Zhang Yuan memutuskan untuk pergi menemui kaisar. Namun niatnya itu justru terhalang begitu melihat kembang api di langit yang sering dipakai sebagai penanda akan sesuatu hal.    Bersamaan dengan itu, pasukan Wei yang tadinya tidak ada tanda pergerakan untuk menyerang, kini mulai memukul kembali lagi genderang perang mereka. Sorakan keras keluar dari semua mulut para prajurit. Garda depan pasukan kavaleri yang dipimpin oleh Li Qianqi bersiap melakukan penyerangan.    “Sudah saatnya ... pergilah, jenderal Li Qianqi!” pinta Wei Hongli menatap lurus ke depan. Kembang api di langit yang terlihat merupakan penanda dari Dong Shuo kalau mereka sudah boleh menyerang dan masuk ke istana.    Li Qianqi mengangkat pedang mengudara d
Baca selengkapnya

Berperang!

    Zhang Yuan mendekat cepat dengan menunggangi kuda lalu melayangkan pedang tepat ke arah Li Qianqi. Namun serangan itu belum bisa melukai seorang jenderal seperti Li Qianqi, sebab dia tahu seperti apa cara bertarung dengan tangan kosong.    Sementara mereka berdua sedang bertarung, bunyi suara ledakan terdengar dari arah gerbang ibukota. Hal ini membuat Zhang Yuan kehilangan konsentrasinya sebab datangnya ledakan itu berasal dari alat perang pasukan Wei yang melemparkan bola api dengan mengandalkan rancangan kayu pelempar yang besar. Dalam satu kali ledakan merusak dan menggoncangkan bangunan benteng gerbang.    Kesempatan ini digunakan oleh Li Qianqi saat Zhang Yuan teralih ke hal lain. Dia menendang Zhang Yuan hingga terjatuh dari kuda ke atas tanah.    Zhang Yuan sendiri terkejut dengan serangan itu dan hendak menghindar, tapi sayang tendangan Li Qianqi telah melemparkannya dari atas kuda. Dia
Baca selengkapnya

Keputusan Yang Menjebak

    Formasi pertahanan dan penyerangan dari pasukan yang dilatih Zhang Yuan, ditambah dengan serangan anak panah dari atas benteng membuat pasukan Wei kalah telak hingga sisa dari mereka memilih untuk mundur kembali.    Rencana kedua berhasil, semua yang berada di depan pintu gerbang masuk kembali ke dalam ibukota. Sedangkan di sisi Wei Hongli yang melihat sisa pasukannya kembali, semakin geram karena taktik licik Zhang Yuan.    “Baik! Kau ingin bermain licik denganku, yah?!” Senyum samping bercampur kegeraman yang tertahan terlihat jelas di wajah Wei Hongli, “akan aku tunjukan seperti apa cara licik yang sempurna!”    Tak ingin membuang waktu lagi akan kemenangan yang menurutnya sudah pasti didapatkan, Wei Hongli memerintahkan seluruh pasukan untuk maju ke gerbang benteng ibukota. Ribuan prajurit kerajaan Wei bergerak mendekati bangunan kokoh yang berada semakin tak jauh dari
Baca selengkapnya

Menentukan Keputusan

    Suasana menjadi tegang. Semua mata tertuju pada Zhang Yuan, menunggu keputusan apa yang harus diambil. Begitu juga dengan Zhang Yuan, dia justru balik memperhatikan mereka yang memikirkan kesulitan jika berada di posisinya.    “Tetap pertahankan gerbang ibukota!” ucap Zhang Yuan penuh keyakinan.    Perintah itu menimbulkan banyak pendapat yang keluar dari mulut prajurit bahkan komandan yang ada. Sebagian dari mereka tidak mau jika semua rakyat malah harus meninggal karena keracunan. Apalagi meski harus mempertahankan ibukota peluang keberhasilannya sangat sedikit dan tentu akan merugikan banyak hal bukan hanya rakyat saja, tapi juga kerajaan. Sebagian lagi tak ingin membuka pintu gerbang sebab belum pasti juga kalau Wei Hongli akan memberikan penawarnya.    Mendengarkan semua perkataan mereka yang saling menyambung, Zhang Yuan tetap mengambil keputusan pertama. Mempertahankan ibukota
Baca selengkapnya

Gerbang Ibukota Yang Hancur

    Di dalam penjara istana, ribuan prajurit yang terlibat dalam pemberontakan Dong Shuo terlihat pasrah dengan kondisi mereka. Ada yang sudah tak bisa bergerak, ada pula yang masih bisa merangkak meski harus memaksa alat gerak mereka untuk berfungsi.    Kedatangan beberapa orang mengalihkan perhatian semua prajurit yang dipenjarakan secara masal. Bahkan ada beberapa prajurit tersenyum ke bayangan seseorang yang mungkin saja dikira penyelamat mereka. Namun begitu melihat wajah Zhang Yuan, ada keinginan mengumpat terpancar dari sorot mata dan ekspresi semuanya.    Saat ini yang bisa dilakukan Zhang Yuan adalah memberikan mereka kesempatan untuk menebus kesalahan. Untung saja setelah berdiskusi dan dipertimbangkan dengan kaisar Qin Huang baru disetujui, jika bukan karena dalam situasi ini maka semua prajurit pengkhianat tidak akan diampuni.    Zhang Yuan menoleh ke pengawal penjara, meminta untuk membu
Baca selengkapnya

Penyergapan Dan Penyerangan

    Senyum kemenangan terukir di sudut bibir Wei Hongli saat melihat musuh di depan matanya mundur ketakutan. Jalanan yang mereka lalui diselimuti asap pembakaran sisa-sisa penyerangan. Dia maju dengan kuda yang ditunggangi, seolah jalan dibukakan baginya.    Di arah lain, Dong Shuo keluar melalui gang bangunan rumah dengan menunggangi kudanya. Sapaan senyum ditujukan pada Wei Hongli begitu mereka berdua bersampingan.    “Pangeran Hongli, maaf aku datang terlambat. Si Berengsek itu membuatku terkurung di penjara, tapi jangan khawatir semuanya akan berjalan lancar sebab prajurit mereka sekarang telah sekarat karena racun yang diberikan oleh Zhang Yuan sendiri!”    “Sangat kebetulan! Sepertinya ada kemiripan antara aku dan panglima Zhang.”    Dong Shuo menatap bingung, “maksudmu?....” Perkataannya terhenti sejenak sebab baru mengerti saat menya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1819202122
...
29
DMCA.com Protection Status