Beranda / Semua / Sang Panglima Perang / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab Sang Panglima Perang: Bab 11 - Bab 20

290 Bab

Daerah Kanguan

     Rantai yang terhubung berhasil terlepas. Para tahanan lain berlari sedangkan dia malah tinggal bersama lelaki tua itu. Keputusan yang diambil Zhang Yuan justru tak bisa diduga oleh dirinya sendiri. Dalam hati kecilnya justru sangat menyayangkan kesempatan baik itu, tapi batinnya malah terbeban dengan lelaki tua di hadapannya. Jika harus memaksa menyelamatkannya maka seluruh tahanan pasti akan terhalang oleh mereka berdua.     “Kenapa kau tidak memilih pergi dengan mereka dan menyelamatkanku yang sama sekali tidak kau kenal, anak muda?”     “Batu di tanganku terlalu berat dan terpeleset mengenai rantai yang salah,” balas Zhang Yuan menyembunyikan kebenaran.     “Kau memilih keputusan yang tepat. Lihatlah, “ ucap lelaki tua itu melihat ke belakang Zhang Yuan.     Dari jauh terlihat para tahanan tadi telah tertangkap oleh prajurit. Mereka dibawa kembali
Baca selengkapnya

Batu Logam Pertama

    Baru saja beberapa menit di dalam sana, tangannya telah pegal untuk menggali sesuatu yang tak pernah habis. Entah apa yang akan dia temukan dengan usahanya itu. Zhang Yuan Ingin beristirahat untuk mengumpulkan energi, tapi teriakan seseorang yang menjerit kesakitan membuatnya mengurungkan niat.    Keringat telah mengucur deras di seluruh tubuh. Tangannya tiba-tiba terhenti saat merasakan sesuatu di dalam tanah yang keras. Sepertinya dia telah berhasil mendapatkan tujuan dari penggalian itu. Batu logam sebesar buah strawberry berada di tangannya. Dia tersenyum penuh semangat akan keberhasilan itu.    “Aku menemukannya! Aku menemukannya! Kemari, lihatlah ini. Aku telah menemukannya,” teriak Zhang Yuan melihat ke arah pria yang mengawasi mereka. Pikirnya jika telah menemukan apa yang mereka perintahkan maka dia bisa keluar dari tempat menyesakkan ini.    Semua orang hanya meliriknya seka
Baca selengkapnya

Makanan Untuk Para Tahanan

    “Puih!” Zhang Yuan meludah ke tanah begitu baru saja benda kecil dihancurkan oleh giginya. Rasa aneh di dalam mulut membuatnya hampir saja muntah.     “Ha ha ha … ada apa?”     “Bagaimana kau bisa menelan hal buruk seperti ini?”     “Hal buruk inilah yang membuatku bertahan sampai sekarang. Kau akan menyesal nanti jika tak akan ada lagi makanan di sini,” lanjutnya memasukkan semua semut itu ke dalam mulut. Bahkan suara kunyahannya semakin membuat Zhang Yuan mual.     “Bagaimana kau bisa sampai ke sini?” tanya Zhang Yuan mengangkat pembicaraan dan bersandar ke dinding tanah dengan santai.     “Sama sepertimu.”     “Lalu apa sudah lama?”     “Sejak usiaku sebelas tahun. Kira-kira sudah 17 tahun yang lalu.”     Zhang Yuan menoleh keheranan. Ternyata lelaki yang duduk di
Baca selengkapnya

Perkelahian di dalam lubang tanah

    “Kita semua akan mati, tapi setidaknya bisa menundanya sekarang,” balas Zhang Yuan tersenyum. Dia mengulangi perkataan sang kakek yang pernah diucapkan sebelumnya.     Akhirnya hati Zhang Yuan bisa lega karena upayanya untuk berbagi tidak sia-sia. Dia memakan separuh mantou itu, tapi baru saja mengunyah, rasa basi membuatnya ingin membuang kembali.     “Ini benar-benar sangat enak.”     Mendengar perkataan sang kakek, Zhang Yuan terbungkam saat mulutnya hendak mengeluarkan mantou yang baru saja dia masukkan. “Benar. Ini sangat enak. Ayo habiskan, Kek,” balas Zhang Yuan tersenyum paksa.     Dalam mengunyah makanan, Zhang Yuan sempat memikirkan bayangan saat keluarga mereka menikmati hidangan lezat. Sekarang dia sendirian ditemani dengan mantou basi yang terpaksa harus dia telan.     Tidur di alam terbuka rasanya sangat menyiksa. Seluruh tulang juga ter
Baca selengkapnya

Prajurit Song di dalam Wilayah Kanguan

    Begitu keluar dari dalam sana dan menyerahkan hasil pekerjaannya, pandangan mata Zhang Yuan teralihkan pada seseorang yang berjalan dengan bebas di dalam area kerja menuju ke tempat Hong Qi. Dari pakaian pria itu bisa dia kenali sebagai salah satu dari prajurit di dalam kamp militer ayahnya.    “Hei kau! Apa yang kau lihat?!” tegur bawahan Hong Qi membuat Zhang Yuan memindahkan arah pandangannya.    Zhang Yuan terdiam menggelengkan kepala, tapi bawahan Hong Qi justru mendorongnya paksa dan meminta dia terus berjalan entah ke mana tujuannya.    Begitu mendekati tempat tinggal Hong Qi, pria berpakaian militer yang dilihatnya tadi berjalan keluar. Wajah tersebut memang asing tapi seragam yang dipakainya sangat tak asing di mata Zhang Yuan.    Pria itu berhenti saat melihat Zhang Yuan. Dia mendekat dengan senyuman remeh memperhatikan penampilan Zhang Yuan yang sudah
Baca selengkapnya

Dendam Yi Lang

    Sekarang Zhang Yuan baru tahu kalau alasan dia dipukul karena identitas ayahnya. Semua orang itu pastilah menyimpan dendam terhadap jenderal besar kerajaan Song. Dia masih meringkuk di tanah saat tendangan dan pukulan mulai berhenti. Suara tawa dari Hong Qi dan bawahannya bagaikan ribuan anak panah yang menembus diri. Bahkan itu lebih sakit dari pukulan-pukulan tadi. Penghinaan yang besar itu tak bisa diterima olehnya, tapi dengan keterbatasan yang ada hanya bisa menyerah pada keadaan.     Saat ini yang dipikirkan Zhang Yuan adalah kehidupannya akan sengsara ketika mereka mengetahui identitasnya. Tubuhnya gemetar menangisi kebodohan dan ketidakberdayaan diri sendiri akan keadaan.     Lama dia masih terbaring di tanah hingga akhirnya kedatangan Yi Lang mengakhiri kesedihan, dipikirnya bahwa masih ada seorang sahabat yang akan membantunya melewati hari-hari.     “Yi Lang.”
Baca selengkapnya

Tanah longsor di dalam lubang

    Zhang Yuan masih terbaring di tanah dengan melihat bayangan Yi Lang yang perlahan mulai menjauhinya. Sekarang sahabat yang baru saja dia dapatkan justru harus menganggapnya musuh hanya karena masa lalu.     Sejak saat itu kehidupan Zhang Yuan semakin menderita. Hampir semua orang memperlakukannya dengan buruk kecuali ada beberapa orang yang pernah dibantu ayahnya tidak ikut menyiksa dia, tapi mereka juga tak bisa melakukan apa-apa selain hanya melihat Zhang Yuan diperlakukan semakin buruk.     Setiap kali sedang bekerja, hasil pekerjaannya selalu dicuri oleh orang lain. Dia memang sempat melawan tapi dengan jumlah yang banyak tentu saja Zhang Yuan hanya bisa menerima semua perlakuan itu.     Rupanya sang ayah memang sangat dibenci oleh kerajaan lain, mereka adalah saudara-saudara dari orang yang pernah dibunuh atau berhubungan langsung dengan ayahnya. Dan hal ini adalah kesempatan terbaik mereka
Baca selengkapnya

Adu kemampuan

    Dalam senyum kepasrahan, sosok tangan terulur dari atas ketika tanah mulai tertutup oleh tanah. Zhang Yuan hanya terdiam, sayang sekali pertolongan itu sudah terlambat baginya.    “Apa yang kau tunggu! Cepat pegang tanganku!”    Teriakan itu membuat Zhang Yuan sadar dan meraih kuat tangan yang masih terulur. Dari dalam lubang tanah dia ditarik paksa untuk keluar.    Begitu keluar dari dalam sana, Zhang Yuan menarik napas panjang. Sedangkan Yi Lang yang duduk di sampingnya justru melemparkan pandangan kesal terhadapnya.    Zhang Yuan memperhatikan di sekelilingnya semua orang yang selamat dari dalam lubang ternyata belum juga pergi. Dia tertawa kecil sebab memikirkan kalau mereka sepertinya kesal karena tak berhasil membunuhnya.    Senyum di wajah Zhang Yuan memudar begitu saja saat pandangan matanya tepat menyatu dengan pa
Baca selengkapnya

Upaya dan Penghinaan

    Pertandingan itu jelas telah dimenangkan oleh lawan Zhang Yuan, tapi dia sama sekali tidak kecewa karena dari awal tujuannya bukanlah ingin kemenangan melainkan mendapatkan kesempatan untuk memukul orang, dan hal itu sudah tercapai oleh kakinya.     Zhang Yuan yang duduk bersandar di tiang kayu melihat Yi Lang bertarung dengan lawannya. Dia berharap kali ini jika Yi Lang berhasil keluar maka bisa meminta bantuannya untuk menguburkan jasad kedua orang tuanya.     Sepertinya Tuhan menjawab doa Zhang Yuan atau sedang membantu Yi Lang untuk mendapatkan kemenangan itu. Lawan Yi Lang sama sekali bukan tandingannya. Melihat hal itu, Zhang Yuan baru tahu kalau Yi Lang memiliki keterampilan bertarung dengan baik. Bahkan dia hanya memukul lawan dengan tiga gerakan yang berbeda.     Pertarungan selanjutnya masih berlangsung. Semua orang hanya memikirkan kemenangan diri sendiri meski harus melawa
Baca selengkapnya

Tawaran untuk melarikan diri

    Keduanya saling berganti posisi dan memukul satu sama lain hingga kelelahan sendiri. Napas yang terengah-engah dan lebam di wajah membuat keduanya merasa puas karena telah melampiaskan emosi masing-masing.     “Kenapa, apa kau kelelahan calon prajurit jenderal besar?”     “Tentu saja tidak! Aku hanya memberikanmu kesempatan untuk memukulku lagi.”     Zhang Yuan terdiam dan terkekeh pelan dengan tindakan mereka berdua. Langit yang cerah itu membawa debu bermain di udara oleh embusan angin. Keduanya masih terdiam mengatur pernapasan sebelum melanjutkan kembali apa yang telah terjeda.     “Aku tidak bisa membantumu melakukan permintaan yang jelas aku benci, tapi …” ucap Yi Lang terhenti lalu menengok ke samping di mana Zhang Yuan juga sedang memandangnya dan menunggu dia melanjutkan perkataannya.     “Aku bisa membantumu keluar dari temp
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
29
DMCA.com Protection Status