Share

Adu kemampuan

Penulis: Cristi Rottie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

    Dalam senyum kepasrahan, sosok tangan terulur dari atas ketika tanah mulai tertutup oleh tanah. Zhang Yuan hanya terdiam, sayang sekali pertolongan itu sudah terlambat baginya.

    “Apa yang kau tunggu! Cepat pegang tanganku!”

    Teriakan itu membuat Zhang Yuan sadar dan meraih kuat tangan yang masih terulur. Dari dalam lubang tanah dia ditarik paksa untuk keluar.

    Begitu keluar dari dalam sana, Zhang Yuan menarik napas panjang. Sedangkan Yi Lang yang duduk di sampingnya justru melemparkan pandangan kesal terhadapnya.

    Zhang Yuan memperhatikan di sekelilingnya semua orang yang selamat dari dalam lubang ternyata belum juga pergi. Dia tertawa kecil sebab memikirkan kalau mereka sepertinya kesal karena tak berhasil membunuhnya.

    Senyum di wajah Zhang Yuan memudar begitu saja saat pandangan matanya tepat menyatu dengan pa

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
TBoNe Aja
dah mehal pendek banget babny
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sang Panglima Perang   Upaya dan Penghinaan

    Pertandingan itu jelas telah dimenangkan oleh lawan Zhang Yuan, tapi dia sama sekali tidak kecewa karena dari awal tujuannya bukanlah ingin kemenangan melainkan mendapatkan kesempatan untuk memukul orang, dan hal itu sudah tercapai oleh kakinya. Zhang Yuan yang duduk bersandar di tiang kayu melihat Yi Lang bertarung dengan lawannya. Dia berharap kali ini jika Yi Lang berhasil keluar maka bisa meminta bantuannya untuk menguburkan jasad kedua orang tuanya. Sepertinya Tuhan menjawab doa Zhang Yuan atau sedang membantu Yi Lang untuk mendapatkan kemenangan itu. Lawan Yi Lang sama sekali bukan tandingannya. Melihat hal itu, Zhang Yuan baru tahu kalau Yi Lang memiliki keterampilan bertarung dengan baik. Bahkan dia hanya memukul lawan dengan tiga gerakan yang berbeda. Pertarungan selanjutnya masih berlangsung. Semua orang hanya memikirkan kemenangan diri sendiri meski harus melawa

  • Sang Panglima Perang   Tawaran untuk melarikan diri

    Keduanya saling berganti posisi dan memukul satu sama lain hingga kelelahan sendiri. Napas yang terengah-engah dan lebam di wajah membuat keduanya merasa puas karena telah melampiaskan emosi masing-masing. “Kenapa, apa kau kelelahan calon prajurit jenderal besar?” “Tentu saja tidak! Aku hanya memberikanmu kesempatan untuk memukulku lagi.” Zhang Yuan terdiam dan terkekeh pelan dengan tindakan mereka berdua. Langit yang cerah itu membawa debu bermain di udara oleh embusan angin. Keduanya masih terdiam mengatur pernapasan sebelum melanjutkan kembali apa yang telah terjeda. “Aku tidak bisa membantumu melakukan permintaan yang jelas aku benci, tapi …” ucap Yi Lang terhenti lalu menengok ke samping di mana Zhang Yuan juga sedang memandangnya dan menunggu dia melanjutkan perkataannya. “Aku bisa membantumu keluar dari temp

  • Sang Panglima Perang   Peti Logam Yang Berbeda

    Hari ini masih sama seperti hari-hari sebelumnya. Segerombolan tahanan yang pada dasarnya adalah budak di wilayah Kanguan masih terus bekerja seperti biasa. Beberapa dari mereka dipanggil oleh bawahan Hong Qi, termasuk Zhang Yuan juga. Begitu masuk ke dalam Gudang, logam yang menggunung telah menyambut mereka di depan mata. Bawahan Hong Qi meminta mereka untuk memasukan logam ke dalam peti kayu yang tersusun rapi di sudut ruang, dan meminta mereka untuk memisahkan yang kecil dan besar ke dalam peti kayu yang berbeda. Mereka segera melakukan sesuai dengan perintah. Ada begitu banyak logam yang harus disortir sesuai dengan ukurannya. “Saudara, apa kau tahu ke mana logam ini dikirim?” bisik Zhang Yuan bertanya pada seorang lelaki yang ada disampingnya. “Apa kau tak tahu, semua logam ini akan dikirim ke penasihat.”

  • Sang Panglima Perang   Diseret

    Anggap saja itu adalah karma untuk kaisar karena telah membunuh keluarganya. Memang Zhang Yuan sendiri tak bisa membalas, tapi setidaknya ada orang lain yang membantunya membalas. Begitu semua peti telah dipindahkan, kereta yang baru saja dimuatkan peti berisi logam segera pergi ke jalan yang lain. Sedangkan kereta yang membawa logam-logam kecil melanjutkan kembali perjalanan mereka. Beberapa tahanan yang sempat membantu tadi, diperintahkan oleh bawahan Hong Qi untuk kembali. Zhan Yuan mengikuti mereka dan berjalan berurutan dengan yang lain. Sepanjang perjalanan dia memperhatikan sekeliling yang keseluruhannya hanyalah hutan lebat yang tak ada batasannya. Tempat yang sangat bagus untuk melarikan diri sebab dengan menunggangi kuda bawahan Hong Qi akan kesulitan mengejar. Baru saja memikirkan hal itu, suara ringkikan kuda di depan membuatnya terkejut. Beberapa orang mendo

  • Sang Panglima Perang   Rencana Melarikan Diri

    “Apa yang kau lakukan?” tanya Zhang Yuan kesal dan berpikir kalau Yi Lang pasti telah mempermainkannya lagi. “Tentu saja membantumu menjahit luka yang terbuka.” “A-apa?! Apa yang kau gunakan untuk menjahit?” tanya Zhang Yuan melebarkan matanya. Sesuatu yang baru saja di tunjukan oleh Yi Lang di depan matanya, membuat napas Zhang Yuan terhenti. Semut besar dengan kedua capit yang tajam terpampang nyata di depan matanya. “Jauhkan barang ini dariku!” “Berhentilah berteriak! Kau seharusnya berterima kasih pada semut malang ini karena harus mengorbankan nyawanya untuk membantumu,” bentak Yi Lang menarik kembali tangannya dan melanjutkan kembali pekerjaannya. Zhang Yuan menahan jeritannya dengan rahang yang mengeras setiap kali semut itu menjepit kuat ke dal

  • Sang Panglima Perang   Rencana Berhasil

    Semua bawahan Hong Qi terbangun saat mendengar bunyi genderang pemberitahuan tanda darurat. Hong Qi juga keluar dari kediamannya dengan kegeraman melihat wilayahnya telah terbakar. “Tuan, kau tidak apa-apa?” “Padamkan semua apinya! Jangan hanya melihatku!” teriak Hong Qi memelototi bawahan yang berada di sampingnya. Para bawahan yang memadamkan api di beberapa tempat kewalahan karena kobaran api telah membesar dan merayap ke tempat lain. Di dalam kurungan kayu, kobaran api itu terpantul di dalam manik hitam Zhang Yuan. Dia tersenyum bagaikan melihat harapan besar di depan mata. Apalagi kedatangan seorang bawahan Hong Qi yang telah membuka pintu kurungan membuat Zhang Yuan berdiri dan bersiap untuk menjalankan rencananya. Para tahanan dikeluarkan dan diperintah untuk memadamkan api secepatnya. Zhang Yuan berlari d

  • Sang Panglima Perang   Selamat Dari Maut

    Rencana penyelamatan diri yang berakhir sia-sia. Bukan hanya badan yang terasa sulit, tapi tangan juga terasa mati rasa saat hendak menggerakannya. Dia berteriak kesal saat menyadari tangannya sudah tak bisa digerakkan lagi, tapi teriakkannya segera terhenti saat dahan kering menunjukkan tanda-tanda patah. Sekarang ini bukan hanya menjadi cacat, tapi sebentar lagi dia akan menjadi arwah gentayangan di bukit itu. Tinggal menunggu seberapa kuat dahan kering menahan tubuhnya agar tidak terjatuh ke bawah sana. Baru saja memikirkannya, dahan kering telah patah dan membuat tubuhnya jatuh begitu saja ke bawah. Dia tersenyum karena akhirnya bisa terbebas dari penyiksaan dunia dan sebentar lagi akan berkumpul bersama dengan keluarga yang lain. Hal pertama yang dirasakan adalah bagaimana tubuhnya terhantam dahan pohon yang keras, lalu tak ada lagi yang terpikirkan atau ta

  • Sang Panglima Perang   Kakek Wang Yi

    “Apa yang terjadi denganku? Siapa kamu?” “Tenanglah, Nak. Jangan paksakan dirimu. Aku Wang Yi, pemburu yang tak sengaja menemukanmu di dalam hutan.” Zhang Yuan terdiam. Dia mengingat kejadian sebelumnya yang sangat mustahil untuk mendapatkan kesempatan hidup lagi. “Kenapa denganku? Kenapa aku tak bisa merasakan tangan dan kakiku?” tanya Zhang Yuan sekali lagi dengan mencoba menggerakkan tubuh tapi hanya mendapatkan rasa sakit yang hebat di badannya. Dia mengerjap sekali lalu melirik ke sekitar dan hanya melihat kain perban putih yang membungkus dirinya seperti kepompong. “Apa yang kau lakukan padaku?” tanya Zhang Yuan panik. “Anak muda, banyak tulang-tulang di tubuhmu patah. Aku melakukan ini untuk membantumu. Sebenarnya apa yang terjadi padamu, siapa yang menyebabkan penderitaan ini

Bab terbaru

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Berhasil Lolos

    Semua orang terperangah melihat kaisar Qin Huang yang seharusnya tak boleh ada di situasi berisiko seperti ini. Perintah untuk menangkap permaisuri Xun Yan dan Ma Jun segera dilakukan oleh prajurit yang dipimpin He Qianfan. Namun sayang tindakan itu berakhir gagal sebab kerumunan rakyat yang berlari dari arah berlawanan, menghalangi pasukan He Qianfan yang berusaha mengejar Ma Jun dan Xun Yan. Sementara itu Zhang Yuan justru terdiam melihat pemandangan di depan mata. Ma Jun dan Xun Yan berlari begitu cepat, hingga berhasil bergabung dengan pasukan musuh. Sedangkan Qin Huang terlarut dalam kegeraman, dia memerintahkan jenderal memimpin pasukan dan menangkap kembali kedua tahanan kerajaan yang meloloskan diri dengan cara apa pun. “Panglima Zhang, kau berani meloloskan tahanan kerajaan!? Apa perintahku sama sekali tidak kau anggap!?” Qin Huang menatap geram ke arah Zhang Yuan. Zhang Yuan menundukkan wajah dan mengakui kesalahan. Namun emo

  • Sang Panglima Perang   Dua Nyawa Untuk Keselamatan Banyak Nyawa

    Pesan yang tertulis di atas kertas membangkitkan kegeraman. Ekspresi Zhang Yuan berubah, kertas dicengkeram kuat hingga tangannya bergetar. “Ada apa panglima Zhang?” tanya jenderal ikut merasa penasaran melihat ekspresi Zhang Yuan. “Mereka meminta kita untuk menyerah. Jika tidak, akan ada kiriman tubuh tak bernyawa lagi setiap dua jam!” “Sialan! Mereka benar-benar tidak manusiawi!” umpat jenderal menahan geram, “apa panglima Zhang punya rencana lain?” Zhang Yuan terdiam sejenak. “Mau mengancamku? Baik!” Zhang Yuan memerintahkan Chen Changyi untuk membawakan pesan ke pihak musuh menggunakan ancaman balik dengan menggunakan nyawa Ma Jun dan permaisuri. Suasana menjadi semakin tegang ketika dua jam berlalu. Kali ini tubuh tak bernyawa seorang wanita muda dan anak kecil yang dikirimkan oleh seekor kuda. Namun Zhang Yuan masih tetap tidak memberi perintah penyerangan hingga menimbulkan perdebatan dengan jenderal.

  • Sang Panglima Perang   Siaga!

    “Jenderal, kau mencariku?” Pertanyaan Zhang Yuan tak dijawab. Dilihatnya ke mana tujuan arah pandangan mata jenderal. Di ruangan lain, tampak Ma Jun tengah diinterogasi dengan paksaan dan siksaan agar pertanyaan dari seorang prajurit dijawab. Jeritan memekik setiap kali satu layangan cambukkan mengoyak tubuh Ma Jun. “Dia sangat gigih!” jenderal menoleh ke samping lalu melanjutkan perkataan, “sejak tadi dia meminta untuk berbicara denganmu, panglima Zhang.” Zhang Yuan mengangguk singkat lalu berjalan meninggalkan jenderal menuju ke ruangan dimana Ma Jun sementara disiksa. Dengan wajah lebam dan tubuh terluka seperti itu, Ma Jun masih begitu gigih. Ekspresi wajahnya berubah saat kedatangan Zhang Yuan disadari. “Tinggalkan kami berdua.” Tak peduli seperti apa ekspresi Ma Jun padanya, Zhang Yuan hanya diam dalam tatapan dingin. Kini di dalam sana hanya tersisa Zhang Yuan dan Ma Jun. Dua pasang mata saling menatap lama

  • Sang Panglima Perang   Mati Lebih Damai

    Terasa nyeri hebat dipunggung akibat benda pipih dan tajam. Nyeri semakin bertambah saat benda yang telah menembus daging ditarik kembali. Zhang Yuan berbalik. Ditatapnya wajah ketakutan dari perempuan yang memegang belati berdarah. “Kak Zhang!” seru Liu Bai dengan suara lantang. Dia berlari cepat dari kejauhan diikuti beberapa prajurit di belakang menuju ke arah Zhang Yuan. “Tangkap dia!” pintah Liu Bai dengan wajah panik memeriksa luka tusukan di punggung Zhang Yuan. Sementara Liu Bai memeriksa punggung Zhang Yuan yang terluka, Zhang Yuan memerintahkan para prajurit untuk melepaskan perempuan yang menusuknya. “Liu Bai, aku tidak apa-apa. Luka ini sama sekali tidak berpengaruh bagiku.” “Tidak bisa! Melukai pejabat penting kaisar hukumannya adalah kematian! Bunuh dia!” bantah Liu Bai memandang serius ke arah prajurit. “Liu Bai! Sudahku bilang jangan mengikutiku!” bisik Zhang Yuan menetapkan sorot mata tajam menata

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Ditangkap

    “Ma Jun….” seorang prajurit muncul dari belakang prajurit lainnya, “kau terlalu menyulitkan panglima Zhang. Berikan dia waktu lebih lama untuk memikirkan tawaranmu.” Sosok yang muncul dan berucap menyela Ma Jun menjadi pusat perhatian semua orang. Jika tidak mengenali suara, Zhang Yuan tentu tak tahu kalau yang berbicara adalah permaisuri Xun Yan. Memakai pakaian lelaki, tatanan rambut lelaki, wajah tanpa riasan telah mengubah penampilan keagungan Xun Yan. “Permaisuri Xun Yan, akhirnya kau muncul juga. Aku memang sengaja menunggumu.” Sudut mulut Zhang Yuan melengkung kecil. “Zhang Yuan, aku sedang mengandung keturunan kaisar. Jika nyawa mereka sama sekali tidak bisa memaksamu, bagaimana dengan keturunan kaisar? Apa kau mau membinasakan keturunan kaisarmu!?” “Baik! Kalau begitu, aku ingin lihat seperti apa cara permaisuri membinasakan keturunan kaisar. Apakah dengan racun? Atau kau ingin menusuk perutmu sendiri dengan pedang?"

  • Sang Panglima Perang   Ancaman Ma Jun

    Lama menunggu pergerakkan di dalam hutan, akhirnya bayangan salah satu prajurit seratus muncul menunggangi kuda dengan membawa informasi keadaan di dalam hutan. Tak menyangka perangkap yang ditujukan untuk menyerang pasukan musuh malah harus dibatalkan sebab Ma Jun menjadikan rakyat yang disanderanya sebagai tameng. Liu Bai dan kedua komandan tidak berani mengambil risiko, mereka menunggu Zhang Yuan untuk memberikan perintah. Zhang Yuan mendengus remeh, ”lakukan penyerangan! Perintahkan komandan Liu Bai melindungi para sandera dari jauh, sedangkan ketiga komandan lainnya jalankan perintah sesuai rencana!” Suara keributan dari dalam hutan terdengar. Dentingan pedang berirama tak beraturan memberikan berita secara tak langsung bahwa pertempuran sedang terjadi di dalam sana. Semakin lama keributan yang berasal dari dalam hutan terdengar begitu jelas, hingga bayangan prajurit seratus muncul di depan mata. Dengan langkah berhati-hati mereka b

  • Sang Panglima Perang   Pesan Penting

    Seminggu berlalu pekerjaan penggalian pun di luar dugaan, kedua pasukan yang ditugaskan menggali di dua titik berbeda telah bertemu. Perintah untuk memblokir jalur sungai yang mengalir ke desa wilayah musuh dilaksanakan. Dengan menggunakan batu-batu besar sebagai landasan dilapisi batu-batu kecil dan tumpukan tanah, akhirnya pekerjaan ini selesai. Kabar dari He Qianfan memberitahukan bahwa terjadi masalah besar di istana. Permaisuri Xun Yan dikabarkan sedang mengandung keturunan kaisar. Hal ini menyebabkan hukuman eksekusi untuk sementara ditiadakan sampai permaisuri melahirkan. Namun di malam beberapa hari berikutnya permaisuri menghilang dari istana. He Qianfan juga memberitahukan kalau kaisar menitipkan pesan pada Zhang Yuan apa pun yang terjadi jangan biarkan Ma Jun atau permaisuri keluar dari wilayah kerajaan. Disodorkannya lembaran kertas yang baru saja selesai Zhang Yuan baca ke depan Liu Bai. Sementara Liu Bai, Peng Boqin dan Chao Jiming mel

  • Sang Panglima Perang   Penggalian Jalur Sungai

    Mendengar pertanyaan Zhang Yuan, wajah jenderal menjadi canggung. Dia memberikan penjelasan kalau rakyat hanya ingin membantu meringankan dan melayani prajurit agar mereka bisa beristirahat dan pulih secepatnya. “Dengan kondisi rakyat yang sudah seperti ini, bagaimana bisa jenderal membebankan mereka untuk melayani kita?!” Zhang Yuan kesal. Disampaikannya masukan agar semua prajurit yang tidak terluka mengambil bagian dalam pekerjaan rakyat. “Tapi panglima Zhang, jika harus memerintahkan prajurit melakukan tugas rakyat, mereka bisa kewalahan jika sewaktu-waktu musuh datang menyerang. Lagipula aku yang memimpin peperangan ini, panglima Zhang hanya datang untuk membantu saja. Semua keputusan ada di tanganku!” bantah jenderal memasang wajah tak suka. “Seperti apa hasil dari kepemimpinanmu dalam perang ini, kau tentu lebih tahu!” Ditatapnya jenderal dengan wajah dingin lalu melanjutkan perkataan, “jika jenderal bisa lebih baik dalam memimpin

  • Sang Panglima Perang   Sungai

    Setelah berjam-jam menunggangi kuda mengikuti tepi jalur sungai, Zhang Yuan menghentikan perjalanannya. Beristirahat di depan perapian sambil memegang batang kayu yang ujungnya tertancap seekor ikan. Aroma lezat dari ikan segar yang telah matang tak menyia-nyiakan waktu selama satu jam menangkap ikan di sungai. Suara ringkikan kuda dari kejauhan melengkungkan sudut mulut Zhang Yuan. Wajah Liu Bai terlihat begitu kesal ketika dia turun dari kuda. “Kak Zhang, kau ke mana lagi? Aku mencarimu sejauh ini dan kau ternyata sedang menikmati makanan enak di sini?” “Bukankah aku bilang akan menunggumu di tepi sungai?” jawab Zhang Yuan santai, melihat ke depan sungai lalu menoleh ke arah Liu Bai lagi. “Kemarilah dan cicipi ikan buatanku,” lanjut Zhang Yuan mendekatkan ikan yang telah masak ke hidungnya. Liu Bai tersenyum penuh semangat duduk di sisi Zhang Yuan lalu mengambil sedikit daging ikan. “Kak Zhang ternyata sangat hebat dalam ha

DMCA.com Protection Status