"Raisa, apa kabar?" tanya Ben, masih dengan senyum lebar. Pandangannya hanya sekilas tertuju pada pria di atas kursi roda. Setelah itu, Ben kembali lagi menumbuk tatapan pada perempuan di depannya. Sungguh, dia sangat merindukan Raisa, sudah lebih empat tahun sejak saat yang menyakitkan itu. Ah, sudahlah! Lupakan semuanya!"Alhamdulillah baik, Kak Ben. Bagaimana dengan Kak Ben?" Raisa balik bertanya, kini senyumnya tidak selebar sebelumnya. Ya, dia harus menjaga sikap, ada Kun di dekatnya."Aku baik. Sangat baik, Raisa.""Alhamdulillah. Oh iya, perkenalkan ini suamiku," ucap Raisa sambil menunjuk dengan wajah pada Kun yang terduduk."Ah, ya." Senyum Ben perlahan meredup, berubah senyum tipis dan getir. "Aku baru tahu kalau kamu sudah menikah, Raisa."Ben memindah pandangan pada pria di atas kursi roda. Mengulurkan tangan untuk menyalami sambil berseru pelan, "Beni."Namun, beberapa saat, Kun hanya membiarkan tangan yang terjulur itu mengamba
Read more