BAB 145 “Nggak apa-apa, Mas. Kamu lapar banget ya?” sahut Citra. “Iya,” jawab Dokter Ardian singkat lalu melanjutkan makannya. Setelah itu suasana hening kembali. Tidak ada percakapan di antara mereka. Usai menghabiskan makanannya dan minum air putih, Dokter Ardian menatap Citra yang masih setia menemaninya di meja makan. “Kamu nggak tanya?” tanya Dokter Ardian. “Tanya apa, Mas?” tanya Citra balik. “Kenapa aku pulang terlambat, misalnya,” balas Dokter Ardian. “Aku mengantuk, Mas. Aku mau ke atas dulu. Selamat malam,” pamit Citra menghindari Dokter Ardian. ‘Lebih baik aku nggak tahu apa-apa, Mas. Terserah kamu mau melakukan apa. Aku nggak mau tahu, aku nggak perduli, dan aku nggak mau dikasih tahu. Kalau pun kamu mau berkencan dengan Dokter Herlina, silakan! Aku bertahan karena Nizam dan karena rasa terima kasihku padamu lantaran membayar hutang Ibuku. Abaikan aku. Jauhi aku. Jangan membuatku jatuh cinta kepada-mu, Mas,’ gumam Citra dalam hati dengan berjalan menapaki anak tang
Last Updated : 2022-02-03 Read more