Share

BAB 133-134

Penulis: Sifa Syafii
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-17 19:58:21
BAB 133

“Nggak usah,” cegah Dokter Ardian sembari menarik tangan Citra hingga Citra terduduk di atas pangkuannya. Kemudian ia mengunci Citra dengan melingkarkan tangan kirinya di pinggang sang istri.

“Buat apa pakai sendok dua kalau makanannya cuma satu,” bisik Dokter Ardian di telinga Citra.

Citra merasakan udara hangat yang keluar dari bibir Dokter Ardian menyapu permukaan daun telinganya, dan itu membuatnya geli. Ia pun menggelinjang di atas pangkuan Dokter Ardian.

“Jangan bergerak. Nanti ada yang bangun,” bisik Dokter Ardian lagi, menggoda di telinga Citra.

Seketika wajah Citra pun terasa memanas saat mendengarnya. Ia memang merasakan ada sesuatu yang mendadak keras di bawah bokong-nya. Wajahnya pun tiba-tiba bersemu merah karena malu sendiri. Ia ingin bangkit dan duduk sendiri di kursi lain, tapi Dokter Ardian menahannya dengan memperkuat tangannya yang melingkar di pinggang Citra.

“Mas, aku mau duduk sendiri,” pinta Citra dengan tetap berusaha berdiri dari pangkuan Dokter A
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Lucy
Say bye bye to adrian cit
goodnovel comment avatar
Agustina Ery
makin ruwet bahagiany kapan kamu cit
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 135-136

    BAB 135 Setelah pertempuran sengit di atas ranjang tadi, kini mereka tidur dengan pulas setelah membersihkan diri. Kenapa dibilang sengit? Karena kali ini Dokter Ardian lebih agresif dari sebelumnya. Entah apa yang membuatnya seperti itu. Yang jelas, ia sangat berhati-hati agar tidak menyebut nama Nadia lagi. Namun, sayangnya di tengah tidur nyenyak-nya, Dokter Ardian mengigau dengan lirih, tapi jelas. “Sayang … jangan pergi! Kembalilah …,” lirih Dokter Ardian dengan tetap memejamkan matanya. Citra yang tidur di sampingnya tentu saja bisa mendengar itu karena kebetulan bibir Dokter Ardian berada di samping telinga Citra. Perlahan, Citra pun membuka matanya dan menoleh ke arah Dokter Ardian. Ia mengerutkan keningnya saat mendengar Dokter Ardian menyebut ‘Sayang’ dengan mata terpejam. ‘Sayang? Yang jelas itu bukan aku. Dia tidak pernah sekalipun memanggil-ku ‘Sayang’. Selalu saja begitu. Bercinta-nya denganku, tapi menyebut nama orang lain,’ gumam Citra dalam hati. Namun, kali ini i

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-20
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 137-138

    BAB 137 Tampaklah nama “Mama” tertera pada layar ponsel Dokter Ardian. Dokter Ardian pun menatap Citra yang duduk di sampingnya. “Angkat!” ujar Dokter Ardian seraya memberikan ponsel-nya pada Citra. Citra mengerutkan keningnya seraya menerima ponsel Dokter Ardian tanpa tahu siapa yang menelepon. Ketika ia melihat nama di layar ponsel, matanya pun tiba-tiba membelalak. “Aku takut, Mas,” ucap Citra ragu-ragu untuk menerima telepon dari Mama mertuanya. “Udah angkat aja. Aku kan lagi nyetir,” sahut Dokter Ardian beralasan. Citra pun menghela napas panjang terlebih dahulu setelah itu ia menggeser tombol hijau pada layar benda pipi itu dengan bibir cemberut. “Assalamu’alaikum, Ma …,” sapa Citra dengan sopan. “Loh, Ardian mana?” tanya Bu Indah heran ketika mendengar suara Citra bukannya Dokter Ardian. “Lagi nyetir, Ma,” jawab Citra. “Kapan kalian jemput Nizam? Ini sudah satu minggu loh. Bukannya Mama nggak mau jaga, tapi tingkahnya itu loh masya Allah … bikin pinggang Mama nyeri,” g

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-21
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 139-140

    BAB 139 “Denger-denger, Dokter Ardian sedang dekat sama Dokter Herlina. Banyak yang lihat kalau Dokter Herlina hampir setiap hari membuatkan bekal makan siang untuk Dokter Ardian. Ternyata Dokter Ardian orangnya gampang move on ya? Padahal istrinya belum ada satu tahun kan meninggalnya? Sekitar sembilan bulan kalau nggak salah? Anaknya belum campak kan? Uuuuh … kalau sampai Dokter Ardian dan Dokter Herlina menikah, pasti pesta pernikahannya sangat meriah dan mewah. Aku mau datang dengan pakaian terbaik-ku biar bisa dapat gebetan di sana. Kamu juga harus datang, Cit. Kita cari jodoh sama-sama,” cerocos Dewi sembari melipat pakaiannya yang sudah kering tanpa melihat ekspresi wajah Citra yang pias menatapnya. Citra mendengarkan pemaparan Dewi dengan tangan mengepal kuat. “Eh, ngomong-ngomong tumben kamu bisa keluar? anaknya Dokter Ardian siapa yang jaga, Cit?” tanya Dewi seraya menatap Citra. “Eh, oh, anu … sedang di rumah neneknya,” jawab Citra gugup. Tadinya ia mau memberitahu Dewi

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-23
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 141-142

    BAB 141 Dewi menganggukkan kepalanya dengan tersenyum. Citra menghela napas dan mendengkus pelan. Kemudian Dewi menarik tangan Citra untuk masuk ke dalam toko itu. Di dalam toko, Dewi melihat-lihat celana dalam yang menurutnya lucu dan sexy. Namun, ketika ia akan mengambilnya, niat itu ia urungkan setelah melihat harganya. “Kenapa, Wik? Kok nggak jadi diambil?” tanya Citra. “Hehe. Harganya fantastis. Padahal cuma celana dalam doang loh,” balas Dewi seraya berbisik mendekat ke telinga Citra. Citra mengambil celana dalam itu untuk melihat harganya. Ia pun membelalakkan matanya saat melihat harga lima puluh lima ribu untuk satu potong celana dalam. “Kamu mau beli, Cit?” tanya Dewi. Citra menanggapinya dengan gelengan kepala. Buat apa beli celana dalam mahal-mahal, toh pakainya juga di dalam celana, pikir Citra. “Keluar yuk! Ikut aku ke baby shop,” ajak Citra seraya menarik tangan Dewi keluar dari toko underwear. “Mau beli apaan?” tanya Dewi dengan tetap mengikuti langkah kaki Cit

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-24
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 143-144

    BAB 143 Setelah mengempengi Nizam, Citra mengajak Nizam pulang karena hari sudah sore. Bu Indah pun mengizinkan dan memesankan taksi online. Sementara itu di rumah sakit, Dokter Ardian tidak segera pulang setelah pekerjaannya selesai. Ia menunggu waktu yang tepat sebelum berangkat ke pasar malam. Ia sangat ingin memastikan kalau wanita yang dilihatnya kemarin Nadia atau bukan. Dokter Herlina sudah berada di parkiran rumah sakit. Ketika melihat mobil Dokter Ardian masih ada, ia pun mengurungkan niatnya untuk pulang. Ia kembali ke poli tepatnya poli kandungan. Sesampainya di depan pintu poli kandungan, ia mengetuk pintu terlebih dahulu. “Iya, masuk!” sahut Dokter Ardian karena tidak tahu siapa yang mengetuk pintu. “Dokter belum pulang? Kenapa?” tanya Dokter Herlina seraya berjalan masuk lalu menutup pintu itu kembali. Beberapa orang yang melihatnya mulai membicarakan mereka. “Lihat deh, itu Dokter Herlina ngapain masuk ke ruang poli kandungan sore-sore? Bukannya jam praktek sudah

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-27
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 145-146

    BAB 145 “Nggak apa-apa, Mas. Kamu lapar banget ya?” sahut Citra. “Iya,” jawab Dokter Ardian singkat lalu melanjutkan makannya. Setelah itu suasana hening kembali. Tidak ada percakapan di antara mereka. Usai menghabiskan makanannya dan minum air putih, Dokter Ardian menatap Citra yang masih setia menemaninya di meja makan. “Kamu nggak tanya?” tanya Dokter Ardian. “Tanya apa, Mas?” tanya Citra balik. “Kenapa aku pulang terlambat, misalnya,” balas Dokter Ardian. “Aku mengantuk, Mas. Aku mau ke atas dulu. Selamat malam,” pamit Citra menghindari Dokter Ardian. ‘Lebih baik aku nggak tahu apa-apa, Mas. Terserah kamu mau melakukan apa. Aku nggak mau tahu, aku nggak perduli, dan aku nggak mau dikasih tahu. Kalau pun kamu mau berkencan dengan Dokter Herlina, silakan! Aku bertahan karena Nizam dan karena rasa terima kasihku padamu lantaran membayar hutang Ibuku. Abaikan aku. Jauhi aku. Jangan membuatku jatuh cinta kepada-mu, Mas,’ gumam Citra dalam hati dengan berjalan menapaki anak tang

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-03
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 147-148

    BAB 147 Saat Bidan itu membuka pintu ruang poli kandungan, Dokter Ardian sedang menunduk menatap layar ponsel-nya. Ia mengirim pesan pada Citra kalau akan pulang terlambat karena ada SC cito. “Permisi, Dok,” ucap Bidan itu seraya masuk ke dalam ruang poli kandungan. Dokter Ardian pun segera mengangkat pandangannya untuk menatap Bidan itu. Betapa terkejut-nya ia saat melihat wajah Bidan tersebut. “Nadia,” gumam Dokter Ardian pelan. “Apa, Dok?” sahut Bidan itu karena tidak mendengar suara Dokter Ardian dengan jelas. “Silakan duduk,” ujar Dokter Ardian mempersilakan Bidan itu duduk di hadapannya. Ia menatap wajah Bidan itu dengan sangat lekat. Bidan itu menjadi malu karena Dokter Ardian memandangi-nya terus. Kemudian ia menyerahkan surat rujukan dan partograf di atas meja Dokter Ardian. “Ini, Dok, laporan kemajuan persalinannya,” ucap Bidan itu. Dokter Ardian menerima lalu membacanya. “Nama Anda Lidia Rahayu?” tanya Dokter Ardian setelah membaca surat rujukan Bidan tersebut. “Iy

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-06
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 149-150

    BAB 149 Sesampainya di lantai dua, Dokter Ardian mengajak Citra masuk ke dalam kamarnya dan menutup serta mengunci pintu kamarnya. “Kenapa dikunci pintunya, Mas? Nizam kan di kamar sebelah,” tanya Citra heran saat melihat Dokter Ardian mengunci pintu. “Menurut-mu?” tanya Dokter Ardian balik sambil mulai melepas kancing atas kemeja-nya. “Mas, kamu mau apa? Kemarin kan sudah?” tanya Citra dengan jantung bertalu-talu. Ia sedang malas dan tidak ingin bercinta sekarang. “Aku gerah habis makan. Lagi pula aku harus ganti baju karena baju ini kotor habis dari rumah sakit,” sahut Dokter Ardian dengan menahan senyum. Bisa-bisanya Citra berpikiran mesum, pikir Dokter Ardian. Citra jadi malu sendiri dibuatnya. “Sekarang katakan, apa salahku sampai-sampai membuat kamu seperti ini padaku? Kalau kamu tidak bicara, aku juga nggak tahu salahku di mana? Aku juga nggak bisa memperbaikinya mulai dari mana, Cit,” tuntut Dokter Ardian seraya melepaskan celananya. Ia menunggu jawaban dari Citra sambil

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-17

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 220 (Tamat)

    BAB 220Beberapa bulan kemudianSudah satu minggu ini Citra mengambil cuti karena kandungannya sudah memasuki usia 37 minggu. Ia ingin beristirahat di rumah sambil mempersiapkan persalinan anak keduanya.Dokter Ardian sudah bekerja di Rumah Sakit Husada kembali. Namun, ia bekerja pada sore hari karena pagi hari sudah diisi dokter lain semenjak kepergiannya dulu.Pagi ini Dokter Ardian menemani Citra jalan-jalan pagi di komplek perumahannya. Arman dan Nizam masih tidur di rumah karena hari ini hari Minggu, sehingga mereka akan tidur sampai puas.Ketika sedang beristirahat di bangku yang ada pada sebuah taman, Citra merasakan janinnya menendang. Ia pun memegangi perutnya dengan tersenyum.“Kenapa?” tanya Dokter Ardian.“Dia menendang, Mas,” jawab Citra dengan mendesis. Setelah tendangan itu ia merasakan perutnya kencang dan sangat sakit.“Aaaahhh, Mas! Sakit!” ucap Citra mendesis menahan sakit pada perutnya.“Apa akan melahirkan? Kamu tunggu di sini, ya! Aku pulang dulu ambil mobil dan

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 219

    BAB 219Malam hari Citra dan Dokter Ardian berbaring di atas tempat tidur berdua. Mereka sama-sama menatap langit-langit kamar mereka. Ada rasa canggung di antara mereka berdua karena sudah sepuluh tahun tidak bertemu.“Kenapa kamu tidak menikah lagi?” celetuk Dokter Ardian tiba-tiba seraya menoleh ke arah Citra yang berbaring di sampingnya.“Kenapa kamu bertanya seperti itu, Mas?” tanya Citra balik. Ia pun menatap Dokter Ardian juga.“Aku sudah pergi bertahun-tahun. Aku yakin kalau kalian semua sudah menganggapku mati,” jawab Dokter Ardian.“Bagaimana aku bisa menikah lagi, sedangkan hatiku kamu bawa pergi. Aku cinta hanya sama kamu, Mas,” ucap Citra dengan tersenyum.Hati Dokter Ardian tersentuh. Ia merasa terharu dengan pernyataan Citra. Ia pun segera memeluk tubuh Citra dan mencium bibirnya dengan buas. Untungnya ia sudah mencukur kumis berewoknya sebelum tidur tadi, sehingga Citra tidak menolaknya lagi.Ciuman mereka pun semakin panas hingga akhirnya percintaan di antara mereka p

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 218

    BAB 218“Kamu kerja?” tanya Dokter Ardian.Citra menganggukkan kepalanya. “Iya, Mas,” jawab Citra.“Kalau aku nggak kerja, bagaimana aku dan anak-anak bisa makan?” imbuh Citra lagi.“Maaf, ya. Aku sudah membuat kamu susah dan menderita,” ucap Dokter Ardian merasa bersalah. Kemudian ia mendekatkan wajahnya ke arah Citra dan menempelkan bibirnya pada bibir Citra lalu melumat bibir itu seperti dulu.Citra tidak membalas ciuman Dokter Ardian. Ia mengernyitkan keningnya merasa tidak nyaman karena Dokter Ardian berewokan. Ia pun memundurkan kepalanya menjauh.“Kenapa?” tanya Dokter Ardian heran karena Citra menolak ciumannya.“Cukur dulu berewoknya, Mas,” gerutu Citra. Sudah lama ia tidak berciuman. Apalagi dengan wajah Dokter Ardian yang berewokan membuatnya risih dan sakit.Dokter Ardian mendesah pelan. Ia pun akhirnya pasrah karena memang tidak sempat mencukur bulu-bulu yang ada di wajahnya.Tidak lama kemudian Pak Aryo dan Bu Indah datang. Mereka segera masuk ke dalam rumah untuk meliha

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 217

    BAB 217“Kata Mama, Papa sudah di surga,” sahut Nizam. Ia masih ingat kalau Citra mengatakan seperti itu ketika Arman dan Nizam menanyakan papanya.“Mungkin maksud Mama calon Papa, Kak,” sahut Arman menebak.Dokter Ardian mendesah pelan. Dengan segera ia menarik pelan tangan kedua anaknya agar masuk ke dalam rumah. Citra pun segera menutup pintu lalu mengekor di belakang mereka.Dokter Ardian menunjuk foto pernikahannya dengan Citra yang tergantung di ruang tengah.“Tuh lihat! Masa nggak kenal sama Papa sendiri,” gerutu Dokter Ardian pada kedua anaknya.Nizam dan Arman menatap foto pernikahan Citra dan Dokter Ardian dengan sangat lekat. Sesekali mereka juga melihat Dokter Ardian untuk mencocokkan garis wajah papanya.“Nggak sama. Yang di foto ganteng. Yang ini tua!” ujar Nizam sambil menunjuk Dokter Ardian.Dokter Ardian menghela napas panjang lalu mengembuskannya dengan kasar. Bagaimana tidak tua? Saat ini usia Dokter Ardian sudah empat puluh dua tahun. Ditambah lagi ia tidak bisa me

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 216

    BAB 216Citra seperti melihat bayangan Dokter Ardian yang tersenyum padanya sambil duduk di kursi itu.‘Selamat pagi, Mas,’ ucap Citra dalam hati. Ia pun tersenyum lalu menutup pintu itu kembali. Kemudian ia bergegas menuju UGD untuk menjadi dokter jaga di sana.*Sore hari Citra pulang ke rumah seperti biasanya. Tubuhnya terasa lelah karena hari ini pasien di UGD sangat banyak. Ia masuk ke dalam rumah dengan langkah gontai. Tiba-tiba Nizam dan Arman berlari ke arahnya lalu memeluk tubuhnya.“Mama!” seru mereka senang karena melihat Citra sudah pulang.Citra tersenyum lalu berjongkok untuk membalas pelukan mereka.“Bagaimana sekolahnya hari ini? Seru?” tanya Citra seraya menatap Nizam dan Arman bergantian.“Seru… sekali, Ma!” balas Nizam dengan antusias.Citra pun membelai kepala Nizam dengan tersenyum. Meskipun Nizam bukan anak kandungannya, ia akan tetap menyayangi Nizam seperti anaknya sendiri.“Kalau Arman?” tanya Citra seraya menatap Arman.Arman cemberut lalu berkata, “Sebel ah,

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 215

    BAB 215Dua tahun kemudianCitra masih berharap Dokter Ardian pulang. Ia masih berharap semua ini hanyalah mimpi panjangnya. Ia sangat ingin segera bangun dari tidur panjangnya ini.Setiap hari, sampai saat ini Citra selalu menunggu suaminya pulang di balkon kamarnya. pagi, siang, malam, ia sangat berharap Dokter Ardian memberikan kejutan padanya. Penantian panjang tak pernah membuatnya letih. Karena semua kenangan indah bersama dibawa Dokter Ardian pergi. Ia ingin kenangan itu datang kembali bersama suaminya tercinta.Setiap salat, Citra selalu berdoa agar Allah menuntun Dokter Ardian menemukan jalan pulang. Ia masih tetap di sini menunggu Dokter Ardian pulang kembali. Meskipun itu mustahil, tapi ia berharap ada keajaiban di dunia ini untuknya.Saat ini anak Citra sudah berusia dua tahun. Anak itu diberi nama Arman Raditya. Nama Arman mempunyai arti harapan dan doa. Harapan dan doa Citra adalah kepulangan Dokter Ardian, ayah dari anak-anaknya. Ia masih belum siap menjadi janda di usi

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 214

    BAB 214 Mobil ambulans baru saja sampai di halaman rumah Dokter Ardian. Citra pun masuk ke dalam mobil ambulans dengan bantuan dua orang perawat. Ia masih bisa berjalan dan tidak mau naik brankar. Bu Ratna juga mengekor di belakang mereka sambil membawa tas yang berisi pakaian Citra dan calon bayinya. Sesampainya di Rumah Sakit Bunda, Citra dianjurkan segera masuk ke ruang bersalin karena Dokter Amanda sudah mengatur semuanya. Sambil berjalan, Citra menangis berlinang air mata. Bukan karena kesakitan, tapi karena rindu dan teringat Dokter Ardian. ‘Mana janjimu, Mas? Kamu bilang akan menemaniku saat melahirkan anak kita? Tapi, kenapa kamu malah pergi meninggalkan aku dan anak kita?’ raung Citra dalam hati. “Cit,” panggil Dokter Amanda saat melihat Citra di ambang pintu ruang bersalin. Ia pun tersenyum paksa meskipun hatinya menangis. Hatinya sangat sakit melihat Citra yang berlinang air mata di hadapannya. Ia tahu dan mengerti bagaimana rasanya jadi Citra saat ini. Citra pun melan

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 213

    BAB 213Satu minggu kemudianCitra berdiri di balkon kamarnya. Ia menatap ke halaman rumah dan berharap melihat Dokter Ardian pulang. Setiap hari, pagi, siang, dan malam, ia menunggu Dokter Ardian pulang. Ia berharap semua ini hanya mimpi dan prank dari suaminya.“Mas …, aku rindu,” lirih Citra dengan bibir bergetar dan mata berkaca-kaca. Setiap hari ia menangis merindukan Dokter Ardian.“Andai waktu bisa diulang, aku akan bilang ‘I love you’ setiap hari padamu, Mas. Aku belum pernah mengucapkan cintaku padamu. Andai waktu bisa terulang kembali, aku ingin bilang ‘Aku cinta kamu’ sejuta kali sehari pun aku akan melakukannya, Mas,” ucap Citra menyesali semuanya. Ia menyesal karena tidak pernah mengatakan cinta pada Dokter Ardian selama ini. Padahal waktu kebersamaan mereka sangat singkat.Mobil Dokter Ardian memang sudah diangkat dari jurang. Namun, di dalam mobil itu tidak ditemukan tubuh ataupun jenazah Dokter Ardian. Kemungkinan besar, tubuh Dokter Ardian terlempar keluar saat mobil

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 212

    BAB 212Citra tengah terbaring di salah satu kamar VIP Rumah Sakit Bunda. Sebuah selang infus terpasang pada tangan kirinya.Bu Ratna sedang menggosok telapak tangan dan telapak kaki Citra secara bergantian dengan lembut. Beberapa kali ia menatap wajah Citra dan berharap Citra segera membuka matanya. Ia baru saja sampai di Rumah Sakit Bunda sepuluh menit yang lalu dan langsung mencari di mana Citra dirawat.Tidak lama kemudian Citra mengernyitkan keningnya. Ia memegangi kepalanya yang terasa pening.“Cit,” ujar Bu Ratna senang akhirnya Citra sadar juga.Citra pun membuka matanya dan melihat ibunya di samping tempat tidurnya. Kemudian ia melihat ke sekeliling ruangan itu dan ia pun sadar kalau sedang berada di rumah sakit.“Ibuk,” balas Citra lirih.“Mau minum?” Bu Ratna menawarkan seraya mengambil air minum dalam kemasan botol yang ada di atas meja. Namun, Citra menggelengkan kepalanya. Bu Ratna pun menaruh kembali botol itu.Citra menatap langit-langit ruangan itu dengan tatapan koso

DMCA.com Protection Status