Semua Bab Metamorfosis Anak Yang Terlihat Bodoh: Bab 51 - Bab 60

80 Bab

Bab 51

Senin pagi. Yan Utama sudah tak sabar lagi untuk menyampaikan kabar gembira ini padaku. Makanya, pagi-pagi banget dia sudah berangkat dari rumahnya. Kali ini dia mengeluarkan kereta angin bmx-nya. Begitu dia keluar rumah sudah disambut dengan suasana pagi yang begitu cerah. Sinar mentari pagi begitu nyaman dirasa dan membuat bunga-bunga bermekaran secara sempurna. Apalagi dipadu dengan angin sepoi-sepoi yang banyak mengandung uap air terasa sejuk di badan, seiring dengan sejuknya hati Yan Utama yang lagi berbunga-bunga. Dia pun menelusuri Jalan Sidorukun. Di tengah jalan dia bertemu dengan anak-anak lainnya, juga berkereta angin. Sampai di Jalan Jumadi, bermunculan anak-anak pekereta angin dari gang-gang hingga jumlahnya bertambah banyak membentuk barisan pelajar pekereta angin. Lantas walau tanpa kesepakatan, mereka bergabung menuju tujuan yang sama.Di tengah jalan, tiba-tiba Yan Utama terlihat terkejut laksana jantungnya mau copot saja karena dia sempat berpapasan
Baca selengkapnya

Bab 52

Kini di depan kelas sudah berdiri Pak AM Manurung, guru kesenian kami. Sudah tentu kami menyambut kehadiran Pak AM Manurung ini dengan senang. Pelajaran kesenian yang membuat kami semua menggelora gembira karena kami di sini dirangsang bebas mengekspresikan jiwa kami melalui seni, baik itu seni suara, seni musik, seni lukis, seni drama, seni sastra, seni tari maupun seni yang lainnya. Pemahaman akan seni memicu kreativitas dan berperan memberi nafas pada bidang ilmu-ilmu lainnya untuk berkembang, terutama tentang kreatif-penciptaan.“Anak-anak, hari ini Bapak bawa kabar gembira buat kalian. Dalam rangka menyambut hari jadi Kota Medan akan diadakan Pameran Pembangunan Kota Medan. Nah, setelah diseleksi, ternyata sekolah kalian ini terpilih untuk mengisi salah satu stand pameran. Makanya, Bapak akan memberi tugas kelompok pada kalian untuk mengisi stan pameran. Juga, tugas kelompok ini jadi tugas akhir kenaikan kelas kalian nanti.”Wow! Kami dengarnya gembira
Baca selengkapnya

Bab 53

Sementara aku tahu apa yang dipikirkan Yan Utama ini. Tapi aku juga bingung, cara mengatakannya pada Ratna Sari dan Elfi Zahara, apa mereka setuju dengan rencana kami berdua. Sebab, mereka berdua begitu alergi jika kami menyebutkan sebuah nama.“Sabar kawan! Aku  sedang menunggu kesediaan seseorang untuk memberi petunjuk pada kita. Makanya, besok baru bisa aku kabari kalian.”“Kenapa kita harus membuang waktu sih Yan?” protes Elfi Zahara, penasaran. Lalu lanjutnya, “Lihatlah kelompok Indra Kesuma itu sudah punya ide, Kelompoknya Daryanto pun sudah tuh. Gimana dengan kita nih?”“Kalian jangan kuatirlah. Aku hanya butuh satu hari, tak lebih,” ucap Yan Utama memohon pengertian teman-temanku ini. Tapi, terlihat wajah-wajah penasaran menghiasi mukanya Zulbrito, Purwanto, Ratna Sari dan Elfi Zahara. “Tenanglah kawan, gambaran ide yang akan kita buat itu sudah ada dalam benakku maupun dalam bayangan pikiran End
Baca selengkapnya

Bab 54 Bagan Percut...

Waktu jam istirahat, datang anak kelas tiga E, Rudi mencari diriku dan Yan Utama. Lalu dia menyampaikan surat panggilan yang ditujukan pada Enda Kiebo dan Yan Utama untuk segera menghadap Pak Beresman di kantor Wakil Kepala Sekolah. Kontan, aku dan Yan Utama jadi bingung dan bercampur penasaran.“Ada apa lagi ini Yan?” tanyaku padanya. Pikirku, kali dia tahu sesuatu.“Aku gak tau, Enda!” jawab Yan Utama, sama bingungnya.“Apa lagi maunya Pak Beresman ini?” gerutuku. Aku merasa tak berbuat salah. Mengapa ada panggilan lagi untukku? Apa ini pertanda buruk bagiku lagi? Berbagai pertanyaan berseliweran di benakku.“Sudahlah, ayo kita temui dia! Kalau kita terlambat, malah dia bisa marah-marah lagi. Bisa tambah runyam urusannya,” tukas Yan Utama, sambil menarik tanganku.“Hei Yan, mau kemana kau?” tegur Ratna Sari cemas, sambil berusaha mencegah saat dilihatnya kami bergegas keluar kelas.
Baca selengkapnya

Bab 55

Aku dan Yan Utama setengah berlari, ingin segera berbagi kabar gembira ini pada teman-temanku. Ketika kami hampir sampai di depan kelas langsung disambut Ratna Sari yang sudah menanti dari tadi.“Hai Enda, Yan ada masalah apa kalian dipanggil Pak Beresman itu?” tegur Ratna Sari tak sabar, sambil menghadang kami.“Rat, ada kabar gembira untuk kita,” ujar Yan Utama dengan sukacita.“Kabar apa Yan?” tanya Ratna Sari penasaran.“Hukuman berkebun dibatalkan,” jawab Yan Utama.“Ah, yang benar Yan?!” seru Ratna Sari tak percaya.“Benar Rat, Kepala Sekolah yang membatalkan hukuman kita,” selaku.“Asyikkk!” teriak Ratna Sari gembira, sambil mengajakku tos tangan.“Hai, kawan-kawan! Hukuman kita sudah dibatalkan oleh Kepala Sekolah,” teriak Yan Utama dari depan pintu kelas.“Yang benar Yan?” teriak Indra Kesuma menyambut ber
Baca selengkapnya

bab 56

Minggu pagi. Kebetulan Minggu pagi itu begitu cerah, seolah-olah Sang Khalik dengan senyumnya merestui kami yang hendak melakukan perjalanan kurang lebih 40 km pulang-pergi. Jam tujuh lewat lima belas menit, kami semua ada 62 orang sudah berkumpul di depan Balai Desa Pulo Brayan Darat lengkap dengan kereta angin masing-masing. Wajah kami pun begitu ceria dan bahagia menyambut kegiatan perjalanan pagi ini walau hanya berkereta angin, layaknya kami melakukan olahraga sepeda santai pagi, plus berpiknik. Kami semua sepakat, Yan Utama jadi komandan rombongan kami. Tepat jam tujuh tigapuluh, Yan Utama memberi aba-aba. Dia begitu gembira, sembari berteriak.“Okey, Let’go my friends!” Komando Yan Utama langsung kami sambut dengan teriakan juga.“Siap Komandan!”“Let’go to Bagan Percut!”Kami pun bersemangat menelusuri Jalan Bilal Ujung menuju arah Sampali beriring-iringan membentuk dua konvoi barisan ke
Baca selengkapnya

bab 57

Aku dan Yan Utama saling pandang, cari kata sepakat. Tidak ada pilihan, mau tidak mau dengan bahasa isyarat kami terpaksa menuruti kehendak Ronggur itu. Kami ingin coba berdiplomasi untuk menghindari bentrok fisik. Lalu, aku dan Yan Utama mencagakkan kereta angin kami, lalu hendak mendekati Ronggur. Tapi, gerak langkah kami ditahan oleh Indra Kesuma dan Suheng.“Enda, Yan jangan kalian turuti kemauan bajingan itu!” ucap Suheng setengah berbisik, sambil mencekal lenganku.“Benar Enda, Yan! Kita harus hadapi mereka bersama-sama,” sambung Indra Kesuma memberi support pada kami berdua. “Jangan takut kalian!” support Zulhernan, sambil turut mencagakkan kereta angin dan mendampingi diriku dan Yan Utama.Begitu juga teman-temanku yang lain pun turut mencagakkan kereta angin. Mereka langsung membentuk formasi bela diri hingga terbentuk dua kelompok besar yang saling berhadap-hadapan satu sama lain.Namun, belum sem
Baca selengkapnya

Bab 58 Lukisan Pikiran...

Pagi itu, kami sedang mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia dari Ibu Nursyiah. Kali ini, kami mendapat petuah, pelajaran maha penting dalam hidup kami. Petuah ini yang secara tak langsung dicari orang untuk memperoleh hakikat cara membuka dunia. Petuah Bu Nursyiah ini jadi lentera kami, jadi penuntun praktis dalam membangun kerangka berpikir maupun menyusun pola tindakan ketika hendak melakukan sesuatu. Petuah ini yang menjadi intisari dalam penggodokan diri kami di kawah candradimuka, hingga sangat berguna dalam sepanjang hidup kami. Pendek kata, petuah Bu Nursyiah ini telah mewarnai karakter jiwa kami yang kami bawa hingga dewasa.“Tahukah kalian makna seni yang tersembunyi dari tugas kalian yang diberikan Pak AM Manurung pada kalian itu?” lecut Bu Nursyiah pada kami.Kami semua terperangah, tak mengerti maksud pertanyaan Ibu Nursyiah itu. Bu Nursyiah memahami kebingungan kami.“Pak AM Manurung memberi tugas prakarya pada kalian agar
Baca selengkapnya

Bab 59

Mata kami semakin terbuka setelah mendapat petuah yang tidak ternilai harganya dari Bu Nursyiah itu. Sungguh beruntunglah nasib kami mendapat petuah dari seorang guru yang mempunyai dedikasi tinggi. Beliau begitu jeli dan tahu cara memaksimalkan tumbuh-kembang potensi anak didiknya. Beliau tahu betul cara mudah untuk menangkap makna dan mengembangkan makna yang seharusnya dimiliki oleh seorang pelajar, tanpa tergantung oleh tingkat kecerdasan seseorang. Mungkin bagi anak yang cerdas akan semakin mudah memaknai proses belajar. Namun, bagi yang memiliki kecerdasan rata-rata pun dapat berkembang dengan maksimal sesuai dengan kapasitas kemampuannya. Itulah yang diberikannya pada kami. Hanya orang-orang yang merugi dan bodoh saja yang tak dapat menyingkap tabir kedahsyatan dari petuah Bu Nursyiah itu. Kini, tergantung bagaimana kami menghargai dan memaknai metode yang diberikannya pada kami itu.Petuah Bu Nursyiah tentang melukis pikiran atau mind mapping (pemetaan pemiki
Baca selengkapnya

Bab 60

Mata teman-temanku semua terbuka lebar-lebar dan terkagum-kagum memandang lukisan Sundari. Sungguh fantastis gumam mereka. Decak kagum pun meluncur dari bibir teman-temanku. Mereka tak menyangka sama sekali cangkang kepah yang biasanya mereka buang begitu saja dapat dijadikan lukisan yang unik dan menarik. Mereka silih berganti memperhatikan satu persatu dari tiga lukisan Sundari itu.Wajah Ratna Sari dan Elfi Zahara langsung berubah. Mereka berdua sampai terpana lihat lukisan Sundari itu. Mereka berdua tak percaya limbah cangkang kepah bisa disulap jadi lukisan yang unik, artistik dan sungguh memukau. Melihat hasil karya Sundari itu membuat Ratna Sari dan Elfi Zahara jadi kalah malu. Untuk menutupi rasa bersalahnya, mereka berdua langsung mendekati Sundari dan meminta maaf. Sementara, aku dan Yan Utama saling pandang dan tersenyum senang lihat kecurigaan Ratna Sari memupus.Sundari pun dengan senang hati membimbing perkelompok teman-temanku membuat lukisan dari cangka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status