Semua Bab Metamorfosis Anak Yang Terlihat Bodoh: Bab 21 - Bab 30

80 Bab

Bab 21 Di Hadang Benhart...

Pagi itu, jalanan sepi saat aku pergi ke sekolah. Mentari pun malu-malu mengintip perjalananku dari sela-sela daun Anaccadium odontinale yang banyak tumbuh di kampungku ini. Aku hanya ditemani oleh suara drenyit rantai kereta anginku yang sudah aus. Drenyit rantai yang sudah aus itu aku dengar laksana alunan simfoni yang syahdu di telingaku. Apalagi ditambah suara canda-ria kicauan burung yang sedang menyambut sang pagi dari balik semak-gulma Imperata cylindrica di peladangan yang merana, tak sempat digarap warga di kampungku, membuatku tersenyum. Aku begitu ‘happy’ menikmati perjalananku ini, bisa sekolah.Yeah! Senyumku tak berlangsung lama. Sebab, begitu aku membelokkan laju kereta anginku mengikuti jalan yang menikung dan menurun, tiba-tiba di depan sudah ada mobil jeep melintang di tengah jalan menghadang perjalananku. Aku pun buru-buru berusaha menghentikan laju kereta angin tuaku yang bermasalah dengan sistem pengeremannya itu. Tiada jalan
Baca selengkapnya

Bab 22

Yeah! Apes deh!Kelengahanku dalam beberapa detik itu tidak disia-siakan oleh Bogeld dan Liem Bok yang segera menyergap diriku dengan jurus gaya bebeknya dari kanan-kiri. Tak pelak lagi, kedua tanganku sudah diringkus oleh mereka berdua hingga aku tak bisa berkutik lagi…tak bisa uget-uget lagi. Sementara, Benhart menyeringai senang, lihat diriku sudah dapat dikuasai oleh Liem Bok dan Bogeld. Ronggur Sang Penakluk yang aku takutkan itu pun kini sudah berada di sisi Benhart. Dia siap menunggu perintah untuk menghajarku. Benhart semakin besar kepala. Dia lantas langsung menghampiriku.Habislah riwayatku, si Enda Kiebo, batinku. Benar saja tanpa ampun lagi, dia mengayunkan bogem mentahnya ke arah perutku berulang kali.Bukkk!“Aaakh!”Enda Kiebo berusaha kuat meronta untuk melepaskan dari pegangan Liem Bok dan Bogeld, tapi cekalan tangan mereka begitu kuat mencengkeram tanganku, mengalahkan tenagaku.Bukkk!“Aduuu
Baca selengkapnya

Bab 23 Boneka...

Boneka. Boneka itu suatu mainan. Mainan yang banyak digemari orang, terutama anak perempuan. Eh, lelaki pun tidak sedikit yang gemar bermain boneka, tapi bukan berarti dia makhluk setengah jadi alias waria. Boneka itu unik, walau tidak mempunyai jiwa dan perasaan, namun boneka itu bisa buat orang asyik. Apalagi, boneka mainan orang tingkat tinggi. Biasanya boneka mainan ini dibuat menyerupai bentuk makhluk. Boneka itu ada yang terbuat dari kayu, kertas, lilin, plastik yang dipermak sedemikian rupa hingga jadi bentuk yang sangat indah dan unik menyerupai bentuk manusia maupun hewan. Bahkan ada yang berbentuk makhluk jadi-jadian.Namun, bagaimana pula jika yang jadi boneka itu makhluk hidup benaran, seperti manusia? Wah! Celakalah kalau orang sudah jadi boneka orang lain, jadi antek kepentingan orang lain, jadi antek bangsa lain. Apapun bisa dijualnya, apapun bisa dikorbankannya, termasuk harkat dan martabatnya sekalipun bisa dijualnya
Baca selengkapnya

Bab 24

Bukti sejarah tidak diragukan lagi sesosok Tjong A Fie ini yang telah turut serta dalam pendirian, pengembangan dan pembangunan beragam fasilitas Kota Medan, seperti Titi Berlian (jembatan di kampung Madras/kampung keling Medan) yang dibangun untuk menghormati abangnya Tjong Yong Hian sekaligus untuk kepentingan masyarakat luas. Tjong A Fie juga membangun kelenteng, masing-masing di Jl. Keling (dulunya di Klingenstraat), di Pulo Brayan dan juga menyediakan tempat pemakaman di Pulo Brayan dan mendirikan perkumpulan yang bertugas untuk merawat pasien berpenyakit lepra di Pulau Sicanang. Rasa Hormatnya kepada Sultan Deli, Makmun Al Rasyid Perkasa Alam Shah dan penduduk Islam Medan, diwujudkan dengan menyumbang sepertiga dari seluruh biaya pembangunan Mesjid Raya Medan. Tjong A Fie juga membangun mesjid Gang Bengkok (Jl. Mesjid Kesawan sekarang) di dekat tempat kediamannya di Kesawan Medan. Bahkan di seluruh Sumatera Timur Tjong A Fie sangat terkenal karena kedermawanannya. Ban
Baca selengkapnya

Bab 25

Jantung Bogeld dan Liem Bok hampir mau copot tatkala mereka sampai di depan sekolah. Bahkan, tubuh Bogeld dan Liem Bok sampai gemetaran, sebab di antara lalu-lalang siswa yang memasuki gerbang sekolah itu, mereka sempat lihat guru yang paling ditakuti siswa, yaitu Pak Beresman yang sedang berdiri di depan pintu gerbang sekolah. Penampilan Pak Beresman itu sungguh menyeramkan sekali, dengan tubuh tinggi besar, kulit berwarna agak gelap, mukanya terlihat gradakan dan dihiasi kumis melintang kayak Abang Jampang. Kontan membuat kornea mata Bogeld dan Liem Bok mau melompat keluar tatkala dilihatnya, tangan Pak Beresman juga memegang rotan yang besarnya sejempol tangan, panjangnya kira-kira satu meter, sambil memperhatikan satu-persatu siswa yang memasuki area sekolah. Seperti biasa, apabila dilihatnya ada siswa yang terlihat pakaiannya kurang rapi atau bajunya tidak dimasukkan ke dalam celana, maka mereka langsung dipisahkan dari yang lainnya dan tidak diperkenankan masuk ke dalam kelas,
Baca selengkapnya

Bab 26 Bullying, Point Minus 50...

Eh, tiba-tiba Ratna Sari nyelonong memalangkan kereta anginnya, menghalangi laju kereta anginku dan kereta angin Indra Kesuma tepat di pertigaan Jalan Budi Kemenangan dekat sekolah kami. Lantas, Aku dan Indra Kesuma pun terpaksa segera menghentikan laju kereta angin dan turun. Berturut-turut di belakang Ratna Sari ada Yan Utama, Zulbrito, Suheng, Arif Budiman, Zainab Maria dan Elfi Zahara berjalan kaki. Mereka langsung menghampiri kami bertiga.“Masya Allah!” teriak Ratna Sari begitu dia turun dari kereta anginnya dan lihat muka Enda Kiebo yang babak-bunyak. Dia langsung membombardir, “Apa yang terjadi padamu Enda? Siapa yang tega memukulimu hingga babak belur begitu?”Aku hanya tersenyum kecut lihat Ratna Sari begitu terperanjat lihat apa yang aku alami. Aku diam, Indra Kesuma pun bungkam.Begitu sampai di hadapanku, Yan Utama pun terperangah lihat kondisiku.  Dia jadi penasaran. “Iya Enda, ada apa denganmu? Kau b
Baca selengkapnya

Bab 27

Aku terdiam. Ucapan Ratna Sari itu langsung menohok ulu hatiku. Maknanya dalam banget. Pasrah, serba menerima, budaya orang lemah, budaya orang putus asa terus terngiang-ngiang di telingaku. Pikiranku melayang jauh, menembus potret di balik bilik-bilik barak di afdeeling warisan Jacobus Nienhuijs. Dalam bilik, dalam bedeng-bedeng, pada hamparan padang pohon uang, di sela-sela pohon karet, pohon sawit, pohon cokelat, pohon teh berisi barisan orang-orang terjongkok, orang-orang yang tak berdaya, orang-orang lemah, bahkan orang-orang putus asa. Orang-orang yang pasrah menerima nasibnya…papah, tulang miskin urat miskin. Mungkin bukan hanya ada di barak-barak atau bedeng-bedeng afdeeling atau onderneming saja, tapi juga ada di rumah kotak-kotak di sekitar pabrik-pabrik sepanjang Jalan Yos Sudarso menuju Belawan atau pabrik-pabrik kawasan industri Medan (KIM) di daerah Mabar atau pabrik-pabrik di kawasan lainnya, gubuk-gubuk kam
Baca selengkapnya

Bab 28

Aku jadi terharu mendapat simpati dan dukungan penuh para sahabatku ini.“Bagus! Kalian sudah berani membantah ya?!” ancam Pak Beresman.“Kami merasa tidak pernah membantah Bapak. Tapi kami hanya ingin tahu saja, apa kesalahan Enda Kiebo seperti yang Bapak tuduhkan padanya barusan, hingga Bapak memberi poin minus 50 padanya. Bapak ini tanpa alasan yang jelas, tiba-tiba langsung memvonis bersalah. Itu namanya diktator Pak,” sanggah Ratna Sari dengan berani.Pak Beresman langsung memelototi Ratna Sari yang telah berani menentangnya.“Kalian apa tidak lihat muka si Enda Kiebo ini yang berantakan kayak preman pasar yang habis berkelahi? Apa kalian tidak baca aturan tata-tertib sekolah yang jelas-jelas melarang keras siswa ber-ke-la-hi…”Aku hanya bisa menggigit bibirku, tak tahu apa yang harus kukatakan untuk membela diri. Posisiku memang lagi terjepit. Aku hanya bisa menundukkan kepala sebagai orang pesakitan
Baca selengkapnya

Bab 29

Aku jadi terharu lihat sikap solider teman-temanku ini. Sikap teman-temanku ini memberi pelajaran yang berharga padaku untuk meniti hidupku. Jangan ragu untuk mengatakan yang benar dan memperjuangkan kebenaran, walau risikonya sangat pahit sekalipun, tapi jika punya keyakinan dan keberanian diri yang kuat, kebenaran pasti dapat ditegakkan. Kebatilan akan goyah.“Terima kasih atas pembelaan kalian ya!” seruku pada teman-temanku, sambil berjalan perlahan-lahan menuju kantor Pak Beresman melintasi tengah lapangan sekolah.Teman-temanku menyambut ucapanku dengan senyum dan memberi semangat. Siswa-siswa lain pun banyak yang simpati padaku dan perjuangan teman-temanku. Mereka jadi kagum pada kegigihan Ratna Sari, Zainab Maria, Yan Utama, Indra Kesuma, Zulbrito, Suheng, Arif Budiman dan Elfi Zahara untuk berani mengatakan hal yang benar. Mereka pun turut menyemangatiku dengan bertepuk-tangan. Hal ini membuatku berbesar hati, aku pun mengucapkan terima kasihku atas
Baca selengkapnya

Bab 30

Setelah beberapa lama menanti, terdengar suara ketukan pada daun pintu. Kami pun berharap orang yang dinanti segera tiba. Semua mata jatuh memandang pintu masuk.“Masuk!” sambut Pak Beresman tajam.Sesaat kemudian, pintu terbuka dan nongollah kepala Jafar, yang ditugaskan Pak Beresman untuk menjemput Benhart Cs. Jafar tanpa basa-basi langsung menyuruh Benhart, Bogeld dan diikuti Liem Bok segera memasuki ruang kantor. Benhart masuk dan sempat melirikku dengan sinis dan kebetulan aku juga memandangnya dan kami pun sempat beradu mata sesaat. Kulihat sinar kebencian memancar dari sorot mata Benhart itu. Namun, aku tetap menatapnya tanpa berkedip dan tanpa ekspresi perasaan dendam sama sekali padanya tepat di sudut dalam mata kirinya. Wow! Setelah aku dewasa baru tahu kalau sudut dalam mata kiri merupakan titik kelemahan setiap orang. Jika sudut dalam mata kiri seseorang dipandang dengan tanpa berkedip, maka bagaimana pun keras hatinya, tentu akan melumer. Atau
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status