Mata teman-temanku semua terbuka lebar-lebar dan terkagum-kagum memandang lukisan Sundari. Sungguh fantastis gumam mereka. Decak kagum pun meluncur dari bibir teman-temanku. Mereka tak menyangka sama sekali cangkang kepah yang biasanya mereka buang begitu saja dapat dijadikan lukisan yang unik dan menarik. Mereka silih berganti memperhatikan satu persatu dari tiga lukisan Sundari itu.
Wajah Ratna Sari dan Elfi Zahara langsung berubah. Mereka berdua sampai terpana lihat lukisan Sundari itu. Mereka berdua tak percaya limbah cangkang kepah bisa disulap jadi lukisan yang unik, artistik dan sungguh memukau. Melihat hasil karya Sundari itu membuat Ratna Sari dan Elfi Zahara jadi kalah malu. Untuk menutupi rasa bersalahnya, mereka berdua langsung mendekati Sundari dan meminta maaf. Sementara, aku dan Yan Utama saling pandang dan tersenyum senang lihat kecurigaan Ratna Sari memupus.
Sundari pun dengan senang hati membimbing perkelompok teman-temanku membuat lukisan dari cangka
Selang beberapa hari. Sepulang sekolah Benhart, Bogeld, Liem Bok dan tiga temannya yang lain datang menjemputku dan Yan Utama untuk diajak ke rumahnya dengan mengendarai mobil jeep Hardtop miliknya. Sementara teman-temanku yang lain jadi merasa kuatir, makanya Suheng dan Indra Kesuma langsung menarikku menjauh dari Benhart Cs.“Kalian apa enggak curiga? Barangkali dia pura-pura baik pada kalian, tapi tiba-tiba nanti malah mencelakakan kalian, bagaimana? Manatau dia meniru otak kancil,” berondong Suheng curiga.“Iya Enda, Yan! Nanti kalau kalian diapa-apakan, bagaimana? Siapa yang dapat menolong kalian?” timpal Indra Kesuma sama cemasnya.“Simpan saja dulu rasa cemas kalian,” tandas Yan Utama, sambil menepuk-nepuk bahu Suheng. “Aku yakin, Benhart nggak bakalan berbuat yang macam-macam pada kami. Buktinya dia sudah beberapa kali menunjukkan iktikad baik pada kita.”“Betul! Aku punya keyakinan yang
Tiba-tiba Benhart, Bogeld, Liem Bok dan Yan Utama tertawa terbahak-bahak dengar aku ketakutan setengah mati seperti itu.Ha…hah…hahaha!“Kau kali jin hantu belaunya itu, Enda?!” ledek Yan Utama.“Hei kenapa kalian malah jadi menertawai aku?” tanyaku heran. Aku semakin keki dibuat Yan Utama, Benhart, Bogeld dan Liem Bok.“Emang jin hantu belau apa yang berani menakuti dirimu di siang bolong ini, Enda?” ledek Bogeld.“Loh buktinya ada yang menyiram kepalaku dengan air muncrat tuh di bawah pohon besar itu…! Pakai berulang kali lagi.”Benhart tersenyum-senyum geli lihat kepolosanku.“Kau memang lagi disiram air muncrat ucapan selamat datang oleh penunggu pohon besar itu, Enda,” olok-olok Yan Utama kembali.“Hei Yan, jangan main-main kenapa?!” sergahku setengah kalut. Lalu kilahku, “Mana ada hantu keluar di siang bolong begini, ah! Kal
Setengah jam berlalu, kami pun selesai menyantap makanan yang disajikan Benhart secara spesial itu. Roman wajahku dan Yan Utama pun begitu berseri-seri, puas menikmati sajian Benhart, termasuk setelah menyantap sajian penutup berupa ice cream dan buah. Benhart pun merasa gembira lihat diriku dan Yan Utama dapat menikmati sajiannya dengan memuaskan. Akhirnya, Benhart teringat tujuan membawaku dan Yan Utama ke rumahnya itu. Kini, dia tanpa ragu lagi untuk mengutarakan niatnya padaku dan Yan Utama. Pintar juga Benhart menjalankan trik tingkat tingginya. Jamuan makan dijadikan salah satu alat membuat orang merasa senang, rileks hingga orang tersebut mau memenuhi harapannya dengan sukarela. Memang secara klasik jamuan makan merupakan bagian metode diplomasi bisnis maupun politik untuk membuat kesepakatan. Jamuan makan digunakan untuk menghilangkan kebekuan, kecanggungan komunikasi dan terutama untuk menghilangkan barrier atau blocking mental hingga pertemuan jadi sukses
Ternyata, berkat kerja keroyokan, step by step rampung sudah dua buah lukisan yang terbuat dari rangkaian cangkang kerang batu dan pernik-pernik yang sungguh memukau. Kini, tinggal melakukan pembuatan bingkai dan finishing art. Pembuatan bingkai lukisan itu butuh kehati-hatian agar tidak merontokkan cangkang kerang batu yang baru saja ditempelkan itu karena daya rekatnya belum padu benar. Setelah lemnya kering maka dilakukan finishing art dengan memberi vernis dengan menggunakan kuas hingga menghasilkan lukisan yang mengkilat.Wow! Setelah dilakukan finishing art lukisan itu ternyata sangat indah dan menarik. Daya tarik dan ciri khas yang dimiliki lukisan Benhart itu begitu kuat daya imajinasinya hingga menimbulkan rasa kagum bagi yang melihatnya. Benhart sampai tidak percaya dengan hasil yang telah mereka perbuat itu. Dia pun tidak jemu-jemunya memandangi hasil kreasi yang telah dibuatnya itu. Apalagi, setelah lukisan itu diberi bingkai kaca dan dilengkapi dengan ra
Pagi itu, Yan Utama sudah tak sabar, ingin segera menyampaikan kabar gembira pada Enda Kiebo, bahwa tulisannya telah membuahkan hasil. Setelah memarkirkan kereta anginnya, dia setengah berlari menghampiri diriku yang sedang duduk beramai-ramai di bawah pohon Delonix regia, sambil ngobrol.“Hai Enda, ada kabar gembira nih!” seru Yan Utama.Aku dan teman-temanku langsung menoleh memandang Yan Utama.“Kabar apa Yan?” tanyaku menyambutnya.Zulbrito menggeser duduknya, memberi tempat duduk untuk Yan Utama. Yan Utama pun tak berpikir panjang, langsung menduduki tempat yang diberikan Zulbrito itu. Lalu dia mengeluarkan koran Waspada Minggu dan memperlihatkan padaku.“Enda, features tentang Sundari sudah dimuat di Waspada Minggu beberapa hari yang lalu nih! Coba kau baca ini.”“Oya!” seruku gembira.Aku pun tak sabar, langsung menyambar koran yang disodorkan Yan Utama. Lalu aku
Sepulang sekolah, Benhart membawa kegembiraannya dan ingin menyampaikan kabar gembira ini ke kantor Bokapnya. Kebetulan siang itu, bersamaan Bokapnya juga baru sampai di halaman kantornya setelah habis meninjau area perkebunan dan dikawal dengan beberapa centeng kebun, termasuk Ronggur. Benhart langsung menghampiri Bokapnya yang baru turun dari mobilnya.“Papa, lukisan Benhart jadi yang terbaik di sekolah dan akan diikutsertakan dalam Pameran Pembangunan Kota Medan!” seru Benhart dengan antusias.“Oya, kabar bagus itu Benhart! Papa bangga dengarnya,” sahut Pak Simon Delta dengan gembira.“Selamat ya Tuan Muda atas prestasinya!” ucap Ronggur mengambil hati Benhart.“Ya, Terima kasih Ronggur!” sambut Benhart dingin, tanpa menoleh.“Ada apa Dadi? Kok kelihatannya kalian begitu gembira?” tanya Nyokap Benhart begitu dia muncul dari dalam kantor suaminya, menyambut kedatangan suaminya.&l
Kota Medan. Pada awalnya Kota Medan ini dahulunya hanya berupa kampung kecil yang bernama Kampung “Medan Putri”. Posisi Kampung Medan Putri berada di tepian antara pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura. Lebih tepatnya posisi Kampung Medan Putri ini adalah Wisma Benteng sekarang. Dahulunya Kampung Medan Putri ini merupakan benteng berbentuk bundar di antara pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura dan sisa-sisa benteng tersebut masih ada hingga sekarang ini. Posisi kampung Medan Putri berada di tepian sungai, sebab pada masa itu sungai merupakan urat nadi jalur transportasi perdagangan. Pertemuan alur Sungai Deli dan Sungai Babura pada masa itu merupakan jalur strategis perdagangan. Apalagi pada zaman itu, lalu lintas perdagangan yang melalui kedua sungai tersebut sangat ramai, hingga Kampung Medan Putri itu cepat berkembang menjadi pelabuhan transit yang sangat penting.Kalau kita telusuri sejarahnya, keberadaan Kampung Medan Putri ini t
Perkembangan Medan Putri menjadi pusat perdagangan telah mendorong menjadi pusat pemerintahan dan pada masa itu pengembangannya disesuaikan dengan peta Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Sejalan dengan itu, berbagai sarana dan prasarana dibangun untuk mewujudkan Medan menuju Kota Praja (gemeente), seperti perhotelan, perbangkan, transportasi, pendidikan, jalan dan jembatan, kantor pos, perkantoran, pertokoan, perumahan, hingga rumah sakit.Bangunan tersebut banyak yang masih berdiri kokoh, seperti Istana Maimoon dan Mesjid Raya, Gedung “Avros” beratap hijau di sudut jalan Pemuda dan Jalan Palang Merah Kawasan Kesawan. AVROS atau Algemeene Vereniging van Rubberplanters ter Oostkust van Sumatra merupakan Perhimpunan Pengusaha Perkebunan Karet di Pantai Timur Sumatra. Organisasi ini didirikan karena pemodal perkebunan karet di Sumatera, seperti Horisson and Crosfield (masuk 1904) dan Goodyear Rubber Company
Hari ini merupakan hari akhir bagi kami untuk tuntaskan hasil investigasi pemahaman dan cara pengembangan networking. Hari akhir pengumpulan hasil investigasi ini kami laksanakan di bawah pohon Delonix regia (Plamboyan) yang ada di halaman sekolah. Kami pun membentuk lingkaran, agar satu sama lain dapat saling pandang. Semua temanku sekelas turut hadir, baik yang jadi penyampai hasil investigasi maupun yang jadi pengamat.Sebelas. Pada poin kesebelas ini disajikan tentang percaya diri. Daryanto didaulat untuk menyampaikan pandangannya. Dia pun dengan penuh percaya diri menyampaikan pendapatnya, “Aspek kepercayaan diri juga sangat diperlukan dalam membina relasi. Ketika kamu mulai memasuki suatu perkumpulan di mana banyak orang yang berbeda sifat, berbeda status ekonomi sosialnya, kamu harus siapkan diri. Jauhkan sifat minder dalam diri kamu dan yakinkan diri kamu bahwa kamu sebenarnya sama saja dengan orang lain. Kamu harus memiliki kepercayaan diri untuk mula
Kali ini aku tidak sendiri dalam merangkum investigasi pemahaman tentang networking. Aku ditemani oleh Yan Utama, Zulbrito, Syamsul Bahri dan Indra Kesuma. Rumah pohonku pun sedikit berayun diisi lima orang sekaligus. Namun, batang pohon jambu monyet sebagai penyangga dan pelindung, aku rasa masih kuat dan amanlah untuk kami berlima. Kami pun sudah siapkan hasil investigasi masing-masing.Kedelapan. Syamsul Bahri membuka pembicaraan. Dia ulas tentang kemampuan untuk mendengarkan. Katanya, “Kemampuan untuk mendengarkan sangat diperlukan dalam membina suatu hubungan. Dalam hal ini kamu dituntut untuk menjadi seorang pendengar yang baik terhadap lawan bicara kamu. Pada awal hubungan biarkan lawan bicara kamu bicara dan bebas utarakan isi pikirannya. Kamu hanya bertugas untuk memasang telinga baik-baik dan perhatikan isi pembicaraannya. Kamu bisa berikan tanggapan terhadap isi pembicaraan lawan bicara kamu, namun kamu harus perhatikan jedanya. Pemb
Kini aku berada di rumah pohonku kembali. Aku ingin merangkum pengetahuan yang dijabarkan oleh Pak Bambang, Ibu Nursyiah dan teman-temanku tentang networking ini berdasarkan investigasiku.Pertama, Pak Bambang pernah menyatakan pada kami, “Seseorang dikatakan baru sukses belajar, tentunya apabila dirinya mampu membuktikan atau mengimplementasikan hasil belajarnya di tengah-tengah masyarakat atau dunia kerja. Sementara, kesuksesan di tengah-tengah masyarakat atau dunia kerja sangat ditentukan oleh kemampuan membangun relasi (networking). Begitu juga, keberhasilan dalam mengimplementasikan hasil belajar tentu harus didukung oleh bagaimana kemampuan dirinya membangun relasi yang berkualitas dengan orang atau sekelompok orang.“Kedua, kata Pak Bambang berikutnya, “Makanya, kamu harus ingat dan tak boleh meremehkan atau mengabaikan keterampilan membangun relasi, terutama sangat dibutuhkan di saat kamu tel
Bagi anak yang ingin mengubah nasib keluarga, ucapan Pak Bambang tentu mengusik hatiku. Terpikirkan terus olehku. Aku ingin mengungkap makna dari penjelasan Pak Bambang itu. Makanya wahai sahabat, biasanya kalau aku ingin cari pencerahan, aku suka nyepi. Tempat ideal bagiku adalah rumah pohon. Kebetulan di belakang rumahku itu ada pohon jambu monyet. Pohon jambu monyet ini tinggginya ada kali 15 meter. Usia pohon jambu monyet itu sekitar 50 tahun. Lihat saja lingkar pohon sudah mencapai hampir 1 meter. Di atas pohon jambu monyet itulah aku buat rumah pohon dengan ketinggian 10 meter dari tanah. Dari atas rumah pohon, aku dapat memandang seluruh penjuru kampungku. Pemandangan kampungku itu ternyata cukup menawan dilihat dari atas. Aku bisa lihat semua aktivitas warga yang berada di luar ruang. Aku merasa nyaman berada di atas rumah pohon ini dan membuat pikiranku jadi plong. Hatiku pun jadi damai. Nah, ini yang tidak dapat kucegah, pikiranku jadi liar menjelajah entah apa saja yang m
Sementara itu, Pak Bambang beranjak ke depan. Dari tengah kelas dia melanjutkan petuahnya.“Hukum alam yang terjadi di tengah-tengah masyarakat itu sangatlah kejam bagi mereka yang tidak menyadarinya. Setiap individu akan terseleksi berdasarkan kemampuannya beradaptasi. Bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan yang memadai, maka akan tersisih.”Aku sempat menoleh memandang Yan Utama sang barometer kelas kami. Aku lihat Yan Utama begitu serius dengar petuah dari Pak Bambang ini. Seolah-olah dia ingin menyibak kunci rahasia kehidupan.“Ingat, hanya orang-orang yang piawai yang mampu untuk mensiasati diri agar dapat eksis di dalam masyarakat,” ujar Pak Bambang dengan lugas. “Kalian harus sadar belajar keras saja belumlah cukup bagi kalian untuk dapat bertahan hidup. Apalagi mendapatkan tempat utama di tengah-tengah masyarakat.”Kami terhenyak dengar perkataan Pak Bambang itu.‘Apa belajar keras saja belum cuk
Tak terasa, kini kami telah duduk dibangku kelas tiga. Ternyata, perjuangan kami belumlah usai, masih jauh menggapai mimpi. Apalagi, kami harus waspada hukum alam senantiasa mengintai setiap langkah dan banyak orang tidak menyadarinya. Kemenangan kami dalam ajang kontes Karya Ilmiah Remaja itu hanya merupakan bagian kecil, tapi sangat bermakna dalam proses pendewasaan cara berpikir, maupun cara menyusun sebuah proyek kerja yang berdaya guna. Kami menyadari, tidak banyak orang yang beruntung memperoleh kesempatan emas ikut dalam sebuah ajang kompetisi yang bergengsi tersebut. Kesempatan emas untuk mengasah kompetensi diri dan mengangkat kepermukaan kualitas diri yang tanpa kami sadari sangat berguna untuk kemudian hari. Walau demikian, masih banyak tantangan berikutnya dalam pendewasaan kami untuk mengarungi dinamika kehidupan. Tantangan apa lagi yang mungkin akan kami hadapi kemudian?Pagi itu, kata guru kami dari balik meja kerjanya, “kalian harus
Kami sempat terkejut dengar pertanyaan yang tidak kami duga itu. Dewan juri ingin menelanjangi kami, meruntuhkan moral kami. Bagaimana mungkin kami mau mengungkapkan kelemahan hasil karya ilmiah kami ini di depan dewan juri maupun tim lawan? Bahkan, di hadapan suporter lawan yang sedang menanti-nanti kelemahan tim kami. Aku dan Yan Utama saling pandang. Begitu juga dengan Zulbrito dan Daryanto. Kami langsung mendiskusikan secara kilat pertanyaan itu. Bukan karena kami tak mampu menjawab pertanyaan itu, tapi kami kuatir arah pertanyaan juri keempat itu merupakan pertanyaan jebakan yang dapat meruntuhkan penyajian tim kami.Dewan juri tersenyum-senyum lihat kami jadi kelabakan dengan pertanyaan sederhana itu. Mereka menguji kerja sama tim kami dalam memecahkan pertanyaan sederhana yang mereka ajukan itu dengan memberi ruang waktu sejenak pada kami.“Pertanyaan ini bukan jebakan?” bisik Zulbrito kuatir.Mereka memandangku karena aku yang punya ide awal
Yan Utama pun memperlihatkan gambar sketsa bentuk alat modifikasi energi gelombang laut menjadi penggerak bandul ganda yang membentuk huruf “A” dihubungkan dengan as roda gigi besar. Lalu dari roda gigi besar dihubungkan dengan transmisi putar menggunakan rantai ke double freewheel yang kemudian rantai kedua dihubungkan kembali pada fly wheel (roda gila) untuk memperbanyak putaran (rpm) dan dihubungkan ke dynamo listrik. Yan Utama pun menjelaskan gambar sketsa itu secara detail pada dewan juri maupun hadirin menggunakan slide proyektor (OHP).“…energi gelombang laut itu secara sederhana dapat dimodifikasi menjadi penggerak atau pengayun bandul ganda di atas perahu. Lalu, poros as bandul ganda dapat dihubungkan dengan as yang dapat memutar roda gigi besar. Dari roda gigi besar itu dibangun transmisi putaran yang dihubungkan dengan double preewheel menggunakan rantai. Kemudian rantai kedua dari preewheel dihu
Dalam sebuah gedung Gelanggang Remaja Medan yang terletak di Jalan Sutomo Medan, suasananya sungguh mencekam. Wakil regu kami, aku, Yan Utama, Zulbrito dan Daryanto dicecar habis dewan juri.Kali ini buah pikiran kreatif kami diuji untuk mempertaruhkan reputasi. Lomba Karya Tulis Ilmiah. Kami yang baru melek ilmu berhadapan dengan raksasa yang punya nama besar dalam ajang perlombaan bergengsi seperti ini, sebut saja: sekolah Sutomo, Methodist, St. Thomas, Budi Murni maupun SMP 1 Medan. Baru lihat kostum penampilan peserta yang punya nama besar di kota Medan itu saja sudah buat kami berkecil hati. Jantung kami jatuh bangun dibuatnya. Kalau boleh dibilang, kami ini tak ubahnya seperti anak kemarin sore atau anak bawang.Walau dianggap anak bawang, namun sekolah, guru-guru, maupun siswa lainnya menaruh harapan besar di pundak kami. SEBUAH MIMPI. Kami diharapkan dapat membuka sejarah SMP 9 Medan, jadi pemenang lomba Karya Tulis Ilmiah. Kami diharapkan dapat mengangka