Home / Sci-Fi / MARCO-POLO / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of MARCO-POLO: Chapter 11 - Chapter 20

54 Chapters

MP-11. Blinded

Robin memimpin di depan. Ia mengajak semua orang dalam kelompoknya untuk merangkak melewati sisi Timur dari Gym agar bisa memasuki kediaman Marco-Polo yang ditinggalkan selama puluhan tahun silam.Mata Polo mengawasi dari teropong senapan laras panjang berikut dua kawannya yang berada di atas helikopter. Mereka ikut melindungi meski jarak bidik terpaut cukup jauh.Marco memanfaatkan peluang dengan kembali menyemprotkan cet di sisi Selatan meski ukuran dinding kaca lebih luas. Ia berharap, ketika ia dan timnya kembali ke helikopter, pergerakan mereka tak ketahuan oleh para monster."Hah, kami berhasil, kami berhasil! Ya Tuhan, jantungku rasanya mau meledak," ucap Robin dengan nafas menderu, terdengar begitu santer dari sambungan radio."Hati-hati. Aku sudah menggambarkan peta rumahku. Itu sudah yang paling bagus sejak terakhir kali aku menggunakan telunjuk untuk melukis," jawabnya teringat ketika Fabio memberikan sebuah tablet untuknya un
last updateLast Updated : 2021-08-06
Read more

MP. 12-Missions

Suasana duka menyelimuti ruang bawah tanah kediaman Marco-Polo. Robin dan lainnya mendekati tabung yang telah terbuka, tempat di mana Marco dan Polo tidur selama ini."Polo, sudahlah. Kita makamkan ayahmu," ucap Robin mendekati Kapten Tim seraya menepuk pundaknya pelan.Polo mengangguk dan menghapus air mata kesedihan di wajahnya. Robin dibantu oleh Hugo menurunkan mayat Brian dari atas dinding yang tertancap sebuah tombak berwarna hitam.Polo memegang tombak hitam yang terlihat tak biasa setelah ia amati. Mayat Brian yang telah mengering seperti mumi di baringkan di atas lantai ruang bawah tanah.KLEK!Polo tersentak berikut semua orang saat menyadari jika tombak itu bisa dipanjang-pendekkan. Kini, tombak hitam itu seperti sebuah tongkat sepanjang 30 cm. Ujung runcing di sisi kanan dan kiri tombak masuk ke dalam lubang tersebut.Marco mulai bisa menenangkan diri setelah Irina mengelus punggungnya lembut dan terus tersenyum padanya.
last updateLast Updated : 2021-08-08
Read more

MP-13. Observe

Tak terasa, hari sudah berganti lagi. Polo membagi anggota timnya untuk segera menjalankan tugas pertama dari misi yang telah ia susun.Edward dan Ritz yang berada di helikopter tetap ditugaskan untuk menjaga benda terbang tersebut. Mereka menjadi pengawas di sekitar kawasan kediaman Lopez-Brian."Oke. Tugas mengamati perilaku para Monster aku berikan pada Irina dan—""Aku, aku! Biarkan aku menemani Irina, Polo!" sahut Marco langsung mengangkat tangannya tinggi."Oh, oke," jawab Polo pasrah, senyum Marco terkembang. Irina hanya bisa diam menerima keputusan."Ayo, Irina. Kita mengamati dari Mercusuar saja. Di sana, kita bisa melihat seluruh kawasan sampai bibir pantai," ajak Marco menggandeng tangan kanan Irina dengan santai.Sedang, semua orang dibuat kaget karena Marco begitu agresif bahkan gadis cantik itu sampai tak bisa berkutik dengan sikap sok ramahnya."Lalu bagaimana dengan para monster yang berada di dalam rumah, Polo?
last updateLast Updated : 2021-08-11
Read more

MP-14. Panic

Seharian, Irina dan Marco mengamati perilaku para monster dari atas Mercusuar. Irina mencatat semua dalam buku dengan rapi. Marco melihat tulisan Irina yang baginya sangat indah. "Tulisanmu seperti lukisan, Irina. Aku rasa, kau pintar menggambar," ucap Marco menilai dan gadis cantik itu menunjukkan senyum menawannya, Marco terpaku. "Oke, dengarkan. Kita akan melakukan pantauan sampai satu minggu ke depan untuk mengumpulkan semua data. Kita akan membuat catatan dan perekaman dari perilaku para monster dengan berbagai percobaan yang akan kita lakukan," ucap Polo dari sambungan radio. "Yes, Sir!" jawab semua orang serempak kecuali Irina dan Marco yang terpaksa membisu agar para monster tak mengetahui keberadaan mereka. Malam itu, Irina melakukan pencatatan ulang ke komputer portabel dalam bentuk tablet. Marco menemani Irina dengan berjaga dan melakukan pengawasan dari lantai tertinggi Mercusuar. "Eh, sebentar. Kita bisa
last updateLast Updated : 2021-08-14
Read more

MP-15. Hanggar

Semua orang lemas seketika. Edward dan Ritz merasa bersalah karena tak mengecek sisa bahan bakar selama mereka berada di kendaraan terbang tersebut. "Eh, wait. Helikopter ibu. Di hanggar biasanya ada tong-tong berisi bahan bakar. Kita bisa memeriksanya, Polo," ucap Marco mendekati saudara kembarnya dengan mata berbinar. "Oh, kau benar. Masih ingat jalan ke sana?" tanya Polo dan Marco mengangguk mantab. "Oke, berkumpul, perubahan rencana," perintah Polo tegas di depan pintu belakang helikopter. Ritz dan Edward ikut merapat. "Aku, Marco, Ritz, Edward, Bruno dan Robin akan pergi ke hanggar untuk mengambil bahan bakar dengan forklift itu. Sisanya, berjaga dan masukkan semua peti ke dalam. Saat kami kembali, kita siap terbang. Mengerti?" "Yes, Sir!" tegas anak buah Polo yang ditugaskan untuk berjaga. Ritz mengemudikan forklift. Polo menumpang dengan berdiri memunggungi Ritz di belakang sembari menyiagakan senapan bius di tangan kanannya.
last updateLast Updated : 2021-08-17
Read more

MP-16. Meet Her

Polo panik. Marco tak sadarkan diri dan di datangi oleh sekumpulan monster yang menunjukkan kebuasannya, siap untuk mencabik tubuh saudara kembarnya itu. Saat Polo siap menantang bahaya dengan berlari untuk melawan para monster itu sendirian, tiba-tiba .... DOR! DOR! DOR! Mata Polo terbelalak. Langkahnya terhenti seketika dan merunduk. Ia melihat beberapa monster tergeletak tak bernyawa terkena tembakan telak di belakang kepala. Para monster yang bisa merasakan jika bahaya berada di sekitar mereka, mulai mengerang dan mencari sosok yang menewaskan jenisnya. "Wow!" pekik Polo saat melihat sebuah drone melayang dengan persenjataan terpasang di tubuh benda berwarna hitam tersebut. Drone tersebut menembaki para monster dengan membabi-buta dan menewaskan semua manusia yang terkena serum ganas tersebut. Polo hanya bisa berjongkok dengan senapan bius dalam genggaman dan memandangi para monster yang tergeletak di asp
last updateLast Updated : 2021-08-20
Read more

MP-17. Thrilling Explanation

Lopez terkejut. Ia bergegas mendatangi puteranya yang memiliki manik merah seperti api menyala terang. Lopez memeluk anaknya erat dan Marco membalasnya dengan sentuhan yang sama. Semua orang tersenyum. "Yah, aroma ini sama dengan tombak hitam itu. Jadi, itu kau, Mom," ucap Marco sembari menghirup bau dari sang Ibu dengan mata terpejam. Lopez melepaskan pelukan dan menatap mata anaknya seksama. "Apa yang kau rasakan? Apa ada perubahan dalam dirimu?" Marco mengangguk. "Aku juga, hanya saja, kemampuan Marco lebih banyak," sahut Polo terlihat iri dari ucapannya. Lopez tersenyum. Ia meminta Polo mendekat dan duduk di sampingnya. Lopez diapit oleh dua anak kembarnya. "Dengar. Kalian ditakdirkan bersama. Ingat itu, dan apapun yang terjadi, kalian harus selalu kompak. Iri boleh, tapi jangan jadikan itu perpecahan diantara kalian. Hidup kita sekarang lebih sulit tanpa ayah dan orang-orang yang kita sayangi. Namun, Ibu yakin jika kita akan baik-baik sa
last updateLast Updated : 2021-08-22
Read more

MP-18. Lost Her

Semua pria di dalam pesawat pribadi milik Lopez dibuat menganga, setelah melihat tayangan mengejutkan dari produk-produk buatan Vesper Industries. Mereka malah tak sabar ingin menjajal kemampuannya, tapi malam sudah semakin larut, dan tak ingin membuat kegaduhan di luar. "Polo. Ibu dan ayahmu sungguh hebat. Jangan-jangan, selama mereka di sini, merekalah penjaga Miami. Hanya saja, aku masih penasaran, bagaimana cara ibumu mengurung para monster itu? Aku sangat yakin, kita bisa menyelesaikan kasus ini dengan ibumu sebagai kunci jawabannya," ucap Robin mantab dan diangguki semua orang. Polo dan semua orang mengangguk setuju. Namun malam itu, mereka harus bersabar untuk bertanya karena Lopez tertidur lelap di ranjangnya. Marco yang begitu merindukan sang Ibu, tidur di sebelahnya sembari memegangi tangannya erat. Polo yang bersikap lebih dewasa layaknya seorang pria di usianya, memilih untuk menjaga dua orang yang dikasihinya di cabin pesawat be
last updateLast Updated : 2021-08-25
Read more

MP-19. Florida

Kesedihan menyelimuti seisi helikopter yang mengenal sosok Lopez. Marco ambruk dalam air mata penyesalan karena tak bisa menyelamatkan nyawa sang ibu. Polo tak hentinya menangis dengan memeluk kedua lututnya di lantai helikopter sebagai rasa kecewa karena tak bisa membawa ibunya pergi seperti janjinya. "Kenapa berakhir seperti ini, Polo? Kita sudah menemukan ibu, tapi ... kenapa monster merenggutnya? Ia bilang sendiri jika monster bisa disembuhkan, tapi kenapa ia memilih mati?" tanya Marco menantap saudaranya dengan nafas tersengal dan air mata terus menetes, meski berusaha tegar. Polo menggeleng. Ia tak bisa berpikir jernih. Saat semua orang sedang terselimuti duka mendalam, tiba-tiba .... DOK! DOK! DOK! Mata semua pria di tempat itu tertuju pada tabung yang ditempati oleh Irina. Marco segera berdiri dan mendatangi satu-satunya wanita yang berhasil mereka selamatkan dari serangan monster. Mata Marco terbelalak, saat Irina berteriak d
last updateLast Updated : 2021-08-28
Read more

MP-20. Looking for Supplies

Marco memimpin timnya di depan. Fabio bertugas sebagai navigator dengan tablet dalam genggaman yang terhubung dengan satelit Theresia di angkasa, meskipun akses yang diberikan terbatas. "Marco, bagaimana?" tanya Lucas saat pria bermanik merah tersebut mengendus sekitar untuk memastikan tak ada monster. "Kita tak bisa berlama-lama di sini. Aku bisa mencium bau monster. Hanya saja, jaraknya masih cukup jauh. Namun, mereka punya kaki untuk mengejar 'kan?" jawabnya yang praktis, membuat semua orang bergidik ngeri. "Polo, bagaimana?" tanya Hugo yang berdiri di samping Kapten pasukannya dengan senapan bius dalam genggaman. "Sejauh aku memandang, tempat ini sepi, tak ada pergerakan. Kecuali kapal yang merapat ke bibir pantai. Kita harus segera ke sana. Orang itu pasti ketakutan dan butuh bantuan. Kitalah harapan terakhirnya," sahut Polo menunjuk sebuah kapal kecil berlayar putih di kejauhan. "Bagaimana pantauan satelit?" sambung Polo. "Aku m
last updateLast Updated : 2021-08-28
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status