Home / Romansa / Pelampiasan Pria Angkuh / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Pelampiasan Pria Angkuh: Chapter 31 - Chapter 40

52 Chapters

31. Hallo! Bayi di Perut

"Vianca, maaf! Harusnya aku gak bahas masa lalumu, aku sebenarnya hanya cemburu. Aku tahu, aku sudah kelewat batas." Zeva menatap lekat ke arah Vianca.Vianca tertunduk. "Dari dulu emosimu memang selalu meledak Mas Zeva, aku sudah hafal. Kehidupan aku memang memalukan, pantas lah kamu merahasiakan keberadaanku ini."Zeva terdiam, dia semakin merasa bersalah saat Vianca mengatakan hal itu. Berbaring di samping istrinya, dia pun memeluk tubuh Vianca erat. Berharap Vianca tidak murung lagi, tapi semuanya sudah terlambat. Vianca sudah terlanjur sakit hati dan Zeva kehilangan senyum indah Vianca untuknya."Vianca, hal apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahanku. Apa kamu ingin aku belikan perhiasan baru?""Jangan, tidak usah! Aku hanya ingin Mas Zeva tetap berada di sini. Aku membutuhkanmu dan takut saat melahirkan nanti, kamu malah tak ada di sampingku."Zeva ragu untuk berkata iya. Dirinya tak bisa menjanjikan selalu pulang lebih cepat. "Akan
Read more

32. Pria Songong

Vianca merasa tenggorokannya kering. Saat dirinya berjalan ke parkiran matanya lekat tertuju pada stand Milik Shake di sebrang sana. Banner menu berbagai variant rasa menggugah selera. Sementara itu, Zeva melihat arah pandang istrinya. Dia pun berkata, "kamu mau? Aku ke toilet dulu sebentar. Nanti aku akan belikan minuman itu, mau rasa apa?" "Kalau cuma beli ke sebrang aku sendiri bisa, kok. Kamu ke toilet aja, nanti nyusul ke tempat itu." "Oke, hati-hati." Vianca berjalan menuju zebra cross, kemudian menyebrang bersama penyeberang yang lain. Dia langsung menuju stand minum itu dan memilih menu yang dia suka. "Stroberi Milk Shake satu, Pak." "Topingnya apa, Mbak?" "Wipe cream sama taburan choco chips dan sedikit keju." "Oke, tunggu sebentar, Mbak." Vianca melakukan pembayaran di awal, kemudian mencari tempat duduk di sebuah bangku out door. Udara di tempat itu lumayan sejuk, karena walaupun di pusat kota. Akan tetapi su
Read more

33. Istri Memalukan

Vianca tak menyangka perjalanannya yang sekadar mencari perlengkapan bayi, pada akhirnya lanjut ke pemukiman terpencil di daerah dataran tinggi. Sebenarnya, dia tak setuju saat Zeva memutuskan mampir ke rumah Alvin. Akan tetapi, dia ingin menjadi istri yang baik dengan menghormati setiap keputusan suaminya. Vianca duduk di kursi teras depan rumah orang tua Alvin. Zeva memberikan beraneka ragam cemilan  untuknya yang dibeli saat melewati mini market. Sementara itu, Zeva membicarakan sesuatu hal dengan Alvin di dalam rumah.  Vianca mengedarkan pandangan di rumah itu. Rumah yang kondisinya sudah rapuh dengan pondasi yang tak begitu kokoh. Dia menyimpulkan, bahwa Alvin benar-benar butuh uang sampai rela mencuri. Akan tetapi, Vianca memilih tetap waspada. "Silakan di minum teh nya, Mbak!" seorang wanita paruh baya menaruh secangkir teh hangat di atas meja. "Makasih, Bu. Ibu ini ibunya Alvin bukan?" "Iya, saya ibunya Alvin. Mbak lagi hamil
Read more

34. Zeva Mengamuk

"Bro, menurut lo Vianca hamil oleh Zeva atau Zeva sengaja pesan jalang yang lagi hamil?" tanya Galih tak tahu malu pada Rio."Bisa saja Zeva sengaja pesan wanita yang lagi hamil buat bangkitkan sahwat."Zeva mengepalkan tangan, berusaha bersabar menunggu teman kampretnya itu pergi dengan sendirinya. Walaupun tawa mereka menggema di udara membuat otaknya mendidih. Sementara itu, Vianca menunduk lesu. Jenis penghinaan secara verbal dari pria, tak asing dia dapatkan di masa lalu, bahkan lebih dari pada ini."Ayolah Zeva, lo ngaku aja, kami bertanya hal seperti ini karena pernah menyewa dia juga. Siapa tahu kita bisa pakai jasa dia secara bergiliran. Rahasia terjamin.""Kurang ajar!" pekik Zeva.Mungkin amarah Zeva tak bisa dibendung lagi, hingga dalam hitungan detik Zeva sudah berada di hadapan ke dua orang itu dan memberikan pukulan bertubi secara bergantian pada temannya."Hey, Zeva! Lo kenapa? Kita gak menghina lo. Justru kita k
Read more

35. Istri ke Dua

Vianca memejamkan mata, duduk di kursi teras ditemani dinginnya malam dan secangkir teh hangat yang berada di meja. Semenjak mendengar penghinaan dari dua teman Zeva hatinya tak bisa tenang. Timbul rasa ragu pada diri sendiri, apakah layak dirinya menjadi pendamping Zeva. Sama seperti saat pertama kali Zeva melamarnya, bahkan keraguannya lebih dari pada itu.Hanya anak di dalam perut yang membuatnya bertahan. Dirinya merasa tidak berharga meskipun Zeva sudah menenangkan batinnya."Gak diminum tehnya, Vi?"Vianca perlahan membuka mata, dan hal pertama kali dia lihat bukanlah langit malam seperti tadi. Melainkan wajah Zeva yang menatap teduh penuh iba. "Keburu dingin tehnya, kurang nikmat." Sekali lagi, pria itu membujuk wanita yang ada di hadapannya untuk mau menikmati teh. "Apa kurang biskuit Rom*?"Vianca mulai tersenyum dengan sedikit candaan dari Zeva. Hati yang rapuh itu berusaha dia kuatkan lagi. Dia tidak ingin menyia-nyiakan waktu kebe
Read more

36. Istri Merepotkan

Zeva masuk ke ruang inap kelas VVIP di mana Savana berbaring di rawat. Zeva tertegun, dia melihat Savana di ranjang rumah sakit berbaring lemah dengan tangan yang diperban. Meskipun cinta untuk Savana sudah habis, tapi Savana adalah tanggung jawabnya."Vana, apa yang terjadi sama kamu? Kamu nyetir sendiri atau bagaimana?" ketus Zeva bertanya.Savana mendengkus ingin diperhatikan oleh Zeva, tapi Zeva selalu sinis padanya. "Ini semua gara-gara kamu, Zeva.""Aku bahkan gak ada di tempat kejadian, tapi kamu malah nyalahin aku. Coba kamu intropeksi diri, Vana.""Kamu yang harusnya introspeksi diri, sikap kamu kaya gini udah bikin aku frustasi. Aku lagi nyetir, tiba-tiba ada yang kirim chat. Aku buka karena takut penting, dan ternyata ada nomer yang gak dikenal kirim foto kamu sedang jalan sama wanita hamil."Zeva membisu, memalingkan wajah."Siapa itu?" tanya Savana."Gak usah tau.""Kamu gak pernah menyentuh aku di rumah, tapi bisa
Read more

37. Lahiran

Vianca terakhir kali bertemu Zeva pada saat tanda tangan surat pernyataan jadwal lahiran Caesar di sebuah Rumah Sakit swasta, itu pun hanya sebentar. Setelah itu, Zeva sibuk dengan Savana.Tibalah waktu Operasi yang dijadwalkan waktu itu. Vianca menghubungi Zeva tapi pria itu sulit dihubungi. Sepertinya suaminya itu sedang sibuk menjaga istri mudanya. Dengan terpaksa, Vianca menelepon Edrick karena hanya Edrick yang peduli padanya. Tak lama setelah ditelepon Edrick muncul. Dia membawa Vianca ke rumah sakit. Vianca pun menjalani persalinan di RS. Santosa tanpa didampingi suami. Dia sedih akan hal itu. Namun, dia harus berusaha menguatkan diri.Miris memang, istri sendiri sedang menjalani proses persalinan tapi suaminya malah sibuk dengan wanita lain. Malahan, yang mendampingi saat ini adalah Edrick. Edrick juga mengadzani bayi tersebut.Tak lama setelah itu, ibunya Vianca datang dan membantu Vianca menjaga bayi mereka. Dan mungkin, ibuny
Read more

38. Hari ke Dua

Hari ke dua Vianca belajar duduk. Dia merasa perutnya ditarik sesuatu. Rasanya tak nyaman, apalagi kalau sudah ingin batuk dia merasa perutnya tidak baik-baik saja. Edrick, ibu, dan adiknya masih berada di situ berjaga gantian. Namun hingga detik ini Zeva belum bisa dihubungi.Pria itu tahu jadwal Vianca melahirkan adalah hari kemarin. Namun, entah setan apa yang merasuki pria itu hingga melupakan hari penting dalam hidup istrinya. Bahkan, harusnya adalah hari penting  juga buatnya."Vianca kamu belum makan? Kamu perlu minum obat, jadi cepatlah makan.""Aku malas makan.""Jangan gitu, jika kamu cepat pulih pasti kamu bakal menjaga anakmu dengan maksimal.""Kamu benar Edrick, tapi aku benar-benar malas makan."Ibu ikut angkat bicara. "Vianca, jika kamu selalu stres bisa mempengaruhi produksi ASI mu nanti. Jangan selalu memikirkan masalahmu." "Tolong, jangan selalu paksa aku kuat untuk mengahadapi semua, aku hany
Read more

39. Pengecut

Zeva sedih akan reaksi Vianca yang menolaknya. Dia tahu seberapa fatal kesalahan dirinya. Dia mengakui sifatnya yang plin-plan dan tidak tegas."Aku ini suamimu, Vianca. Jangan berkata kasar seperti itu.""Suami? Terus, kemana saja kamu dari kemarin? Kamu janji bahwa akan menemaniku selama kehamilan trimester ketiga sampai melahirkan. Tapi kamu ingkari itu. Kamu menjanjikan kebahagiaan padaku, tapi menjanjikan pula kebahagiaan pada wanita lain.""Oke aku minta maaf.""Aku ingin istirahat dulu. Edrick! Aku mohon bantuanmu."Edrick memapah Vianca dengan tangan yang bergetar. Dia sebenarnya takut pada kakaknya. Bagaimana pun Zeva adalah suami Vianca."Vianca, Bang Zeva udah ada di sini. Mungkin aku akan pamit pulang, karena tugasku juga udah selesai. Dia ya g berhak menemani kamu.""Percayalah padaku, kakakmu itu hanya sebentar di sini. Dia akan kembali pada pelukan wanita itu. Wanita yang menjadi kebanggaan keluarga kalian. Sementara ak
Read more

40. Penyesalan

Zeva berniat akan pulang dari Rumah Sakit, tapi saat keluar ruangan dia berpapasan dengan ibunya Vianca. Zeva salah tingkah, walau begitu dia tetap memberikan salam."Zeva, kamu mau ke mana?""Saya harus pergi lagi karena ada urusan, Bu.""Urusan? Padahal, kamu baru saja sampai, kemudian pergi lagi. Kenapa bisa seperti itu. Setahu ibu, jika istri sedang melahirkan kamu dapat hak cuti. Kamu bahkan bekerja di perusahaan ayahmu jadi seharusnya kamu bisa leluasa cuti. Bahkan mungkin memiliki waktu lebih."Zeva mendengkus. "Justru karena saya bekerja di perusahaan ayah sendiri sehingga tidak bisa bebas bersama Vianca.""Jadi, bagaimana dengan janjimu untuk membahagiakan Vianca. Harusnya, saat ini kamu bisa menjadi bahu tempat dia bersandar. Karena sesungguhnya, seorang perempuan yang baru melahirkan sangat butuh dukungan suami.""Saya tak lepas tanggung jawab, saya selalu transfer uang pada Vianca.""Kenapa kamu selalu mengukur kebahagiaan
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status