Home / All / Klorofil / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Klorofil: Chapter 41 - Chapter 50

121 Chapters

Peringatan

Tak terasa tiga puluh menit sudah berlalu, hujan tak kunjung menampakkan perubahan akan mereda. Justru semakin deras dan sepertinya tetap akan begitu.Deg!Alva tersentak kaget saat bahu kirinya terasa seperti disandari sesuatu. Dan benar saja, Bianlah pelakunya.“D-DIA TIDUR? Bagaimana bisa?” Alva menjerit dalam hatinya setelah melirik Bian.Ia memandangi pasangan di depan mereka yang sedang memasang wajah malu-malu penuh kebimbangan.“Jangan bilang mereka mengira dia laki-laki. Bisa-bisa aku dikatai homo,” Alva berkeringat dingin.“M-maaf d-dia perempuan. Dan dia temanku.” Bisik Alva ke arah orang yang memandanginya dengan curiga.Pria dan wanita itu membesarkan mata mereka karena terkejut, lalu saling bertatapan dan menahan geli diperutnya.“Kenapa hanya teman? Sepertinya dia sudah nyaman padamu,” rayu si wanita.“I-ini kebetulan. Ini tidak seperti yang kalian piki
last updateLast Updated : 2021-10-27
Read more

Pertambangan

Lansia yang benar-benar sudah tak bertenaga dan anak-anak yang masih sangat kecil. Mereka tertidur dan saling memeluk satu sama lain untuk melawan dinginnya dinding gua. Mereka bisa minum dari air hujan yang memasuki celah gua dan jika pasokan air habis terpaksalah salah satu dari mereka harus keluar dan menantang maut untuk mengisi persediaan air. Untuk makan pun mereka harus memasang jerat yang jauh dari pertambangan agar tidak ketahuan oleh para penjaga.“Ini hanya salah satu desa dari daerah ini. Entah bagaimana nasib dua desa yang lain,” ujar si bapak.Alva memeriksa keadaan lansia yang sedang terjaga. Usia yang sudah rapuh membuat tubuh mereka lebih mudah terpapar penyakit. Alva pun mengambil jubah yang dimilikinya dan memberikan benda tersebut kepada seorang lansia sebagai selimut.“Mereka menculik setiap wanita maupun pria yang masih sanggup bekerja. Bahkan para pengelana pun ikut menjadi korban.”“Kenapa kalian tidak
last updateLast Updated : 2021-10-27
Read more

Fakta di tempat

Borgol besi yang mengganjal membuat mata sulit untuk terpejam. Alva segera duduk dan memandangi para lelaki yang sedang tidur saling bersebelahan dengan rapi. Di samping kirinya, ia melihat Bian yang sedang berbaring  membelakanginya.“Kau tidak tidur?” Tanya Alva dengan suara pelan.Alva mendekatkan wajahnya pada Bian untuk memastikan. Ia pun melihat Bian yang sedang memegangi bahu kirinya dengan wajah yang sudah penuh keringat.“Ada apa?  Bahumu sakit?” Bisik Alva sembari membangunkan Bian.“Buka matamu! Katakan padaku, bahumu sakit?” tanya Alva.Bian bangkit secara pelahan. Wajahnya yang pucat memandangi Alva dengan mata yang sayu. Alva menempelkan telapak tangannya pada dahi gadis tersebut.“Panas. Kau demam? Apa karena bahumu itu? Semua peralatanku ada di dalam tas, dan mereka sudah mengambilnya. Aku hanya memiliki ini.”Alva mengeluarkan satu botol kecil yang berisi butir
last updateLast Updated : 2021-11-01
Read more

Rencana kebebasan

Malam kembali datang. Para pekerja baru saja selesai beraktifitas. Makan malam yang mereka santap sebenarnya digabung dengan makan siang.  Karena itu, banyak pekerja yang mati karena kelaparan.  Jumlah yang mereka makan tidak sesuai dengan tenaga yang mereka keluarkan pada siang harinya.“Mereka penjajah. Desa kami seharusnya milik Kerajaan Kasa. Tetapi karena kami berada di perbatasan, desa kami mendapat imbas dari perang yang terjadi setahun yang lalu. Sebelum pertambangan ini berdiri kondisi kami baik-baik saja, Kerajaan Dyuni hanya mengirimkan penjaga untuk menjaga perbatasan,” jelas Dika sembari memakan makanannya.“Setelah mereka tahu di daerah ini ada kandungan emas, mereka segera membuka lahan dan menggunakan tenaga masyarakat sebagai budak. Sepertinya mereka juga menculik orang-orang dari desa lain maupun pengembara seperti kalian. Setiap hari juga akan selalu ada orang yang dipaksa untuk melayani mereka,” sambung Diki.
last updateLast Updated : 2021-11-01
Read more

Gagalnya rencana?

Seketika Dika emosi saat mendapat lirikan penghakiman tersebut. Ia segera mendorong Alva hingga laki-laki itu tersandung lalu terjatuh.“Kenapa? Dia hanya perempuan’kan? Apa yang bisa dia lakukan untuk kita selain hanya menjadi beban? Karena dia kau marah padaku?” ucap Dika kesal.“Siapa yang kau panggil hanya? Kau sudah mengenalnya? Sampai kau berani menilainya seperti itu?” Ucap Alva sembari berdiri tegak.Sesaat nyali Dika ciut saat melihat keseriusan Alva.“Kau pikir karena apa aku berani mengusulkan rencana itu? Itu semua karena dia.”“Oh jadi dia pacarmu? Tak heran kau mau melindunginya. Tapi kuperingatkan padamu, jika kau mau rencana kita berhasil berhentilah membawa beban dalam kelompok. Dia hanya akan menyusahkan kita.”“Kau harusnya berterima kasih pada kami karena sudah mau melindungimu,” Diki ikut bersuara.“Sebaiknya kau tetap jalankan rencana itu. Ji
last updateLast Updated : 2021-11-01
Read more

hidup dan mati

Mark memandangi Bian dengan sinis. Gejolak emosi karena niatnya yang digagalkan oleh gadis tersebut semakin membara. Seluruh anak buahnya sudah menutupi satu-satunya jalan keluar. Tidak ada pilihan selain menerobos pertahanan tersebut. Namun, bukanlah hal mudah untuk membawa orang yang sedang terluka.“Kalian! Bersiaplah untuk menangkapnya! Kita akan menikmatinya bersama-sama.” Mark menjilat bibirnya sendiri. Ia melangkahkan kakinya ka arah Bian dan Alin. Tubuhnya yang berat membuat lantai yang diinjaknya berderap. Ia yang hanya bertelanjang dada serta pandangannya yang mengerikan, membuat paru-paru terasa kesulitan untuk menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh.Buk!Kepalan tangan kirinya mengenai bahu kiri Bian. Gadis itu meringis menahan sakit. Dengan santainya, ia mencekik gadis itu dan mengangkatnya hingga menjauh dari lantai. Alin semakin ketakuan.“Urgggh,” Bian mencoba bertahan.Brak!Ia melempar tubuh Bian ke ar
last updateLast Updated : 2021-11-06
Read more

Garis merah

Alva berjalan dengan hati-hati. Ia memperhatikan setiap langkah yang ia lakukan. Disaat ada penjaga yang melihatnya, ia langsung berpura-pura bekerja. Dika dan Diki juga entah ke mana. Kejadian sebelumnya membuat pertemanan mereka retak seketika. Tenda hitam. Satu-satunya petunjuk untuk menemukan ransel kesayangannya.“Hei! Kau mau ke mana? Bukannya kau bekerja di bagian sana?”Alva terkejut saat mendengar suara seorang penjaga. Ia menjadi gugup dan membiarkan pria itu mendekatinya.“Cepat kemb- akhh!”Alva menarik lengan pria itu dan membanting tubuhnya ke tanah.“Arrrgh!”Alva memutar kepala sang penjaga hingga tak bergerak lagi.“Pilihanku untuk melewati jalan ini sudah tepat. Di sini minim penjagaan. Sekarang aku harus menyembunyikan tubuhnya,” lirih Alva.Ia menyeret tubuh sang penjaga dan menyembunyikannya di antara bebatuan. Sesudahnya ia mempercepat langkah ke arah tenda h
last updateLast Updated : 2021-11-09
Read more

Bukan keberuntungan

Darah menyembur dari tangan kanan Mark. Pergelangan tangan kanannya terpotong oleh kipas Bian yang baru saja ia lempar. Pedang yang ia genggam juga terbelah dua, begitu juga dengan pedang serta tombak yang menghambat pintu keluar.Seluruh penjaga semakin gemetar ketakutan melihat kekuatan dua kipas tersebut.Tap!                                                                                                               &nb
last updateLast Updated : 2021-11-09
Read more

Angin segar

Alin bersimpuh di tanah agar bisa menahan berat tubuh Bian yang ada di punggungnya. Ia pun menutup mulutnya sendiri agar tidak bersuara. Sesekali ia mengintip orang yang ia curigai dari balik batang pohon.“Padahal tadi aku melihat dia di sini. Kemana perginya?” tanya suara itu.“Biaaan!” teriaknya.Alin dan Bian sontak terkejut.“Itu temanku!” lirih Bian.“Kau bangun? Tunggu … apa? Kenapa dia berseragam penjaga?” bisik Alin.“Biaaan! Kau di mana?” tanya suara itu lagi.Alin pun memilih keluar.“Di sana kalian rupanya! Aku pikir kalian pingsan.”“Siapa kau? Kenapa kau mengenal Bian? Sedangkan kau menggunakan seragam itu!” Alin masih curiga.“Ini aku, Alva. Aku temannya. Aku akan membantu kalian. Biarkan aku yang membawanya! Nanti aku akan menjelaskan kenapa aku menggunakan pakaian ini.”Alva segera meminda
last updateLast Updated : 2021-11-09
Read more

perasaan

Seluruh pekerja segera berkemas dan membawa barang hasil curian yang berasal dari  gudang pertambangan. Berbeda dengan Alva dan Bian yang masih berdiam di tempat.“Kalian yakin akan tetap tinggal?” tanya Ayah Raya.         “Iya. Bian juga menolak untuk pergi. Tenang saja … kami akan bersembunyi di atas pohon tinggi ini,” ucap Alva.“Semoga kalian baik-baik saja. Terima kasih karena sudah menyelamatkan kami.”Alva tersenyum dan sedikit menunduk hormat.Malam hari yang seharusnya bisa menjadi malam damai mereka, malah kembali menjadi malam yang mencekam. Mereka mulai berangkat dengan beberapa obor yang menyala di beberapa sisi. Mereka juga sudah siap menerima resiko jika akan ketahuan karena cahaya obor tersebut.“Selamat tinggal. Terima kasih karena sudah membantuku. Semoga kau bisa ke tempat tujuanmu!” Alin memeluk Bian yang duduk menyan
last updateLast Updated : 2021-11-09
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status