Home / Horor / SANG INDIGO / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of SANG INDIGO: Chapter 11 - Chapter 20

111 Chapters

11. PERMINTAAN

Kediaman Galang.Blam...“Renatta?” Bella, ibunda Galang memanggil putri bungsunya tersebut. Dia mendengar sebuah pintu yang terbanting dari lantai dua. Hening tidak ada satupun suara. “Kamu sudah pulang kan?”Sunyi. Tidak ada suara apapun dari lantai dua. Bella mengangkat alisnya. Mendadak suasana terasa berbeda. “Mama ke atas ya!” ucapnya lagi.Bella berjalan menyusuri tangga kayu. Kayu itu terdengar berdecit ketika diinjak. Menandakan usianya yang sudah tua. Di ujung langkahnya terhenti. Dia merasakan ada sesuatu yang menatapnya dari belakang.Sret...Punduk Bella menegang. Jelas sekali dia merasakan sesuatu lewat di belakangnya. Dengan ragu-ragu dia menengok memutar. Namun tidak ada seorang pun di belakangnya.Glek...Wanita itu menelan ludah. Memang dia merasakan rumahnya aneh sekali akhir-akhir ini. Setiap kali dia sendirian dia merasa seakan diawasi. Namun dia menepis segala pemikiran
last updateLast Updated : 2021-10-12
Read more

12. RUANG RAHASIA

“Maukah kamu membantuku menyelidiki boneka tersebut?”Luna terdiam lama mendengar permintaan Galang. Hatinya bingung. Belum lama ini berbagai peristiwa mistis dan kurang menyenangkan mengitarinya. Membuat Luna tidak ingin kembali berurusan dengan hal demikian. Karena masalah di kosan pun belum selesai. Namun dihadapannya adalah orang yang menolongnya. Bagaimana mungkin Luna bisa menolaknya.“Aku-,” Luna tidak meneruskan kata-katanya. Matanya menunjukan kebingungan. “Kenapa aku?”Galang tersenyum mendengarnya. “Karena kamu spesial.”Mendengar kata spesial membuat sedikit debaran di dada Luna. Selama ini orang-orang selalu berkata aneh tentangnya. Baru kali ini ada seseorang yang berkata bahwa dirinya spesial. Namun Luna kembali menunduk. “Sepertinya aku tidak bisa.”“Kenapa?” tanya Galang.“Aku takut Ka,” ucap Luna. “Ada trauma yang tidak bisa digambarka
last updateLast Updated : 2021-10-16
Read more

13. KEPALA

“Huh!” Luna membuka matanya. Dia langsung bangkit dari posisi tidur. Peluh membasahi seluruh tubuhnya. “Ka Galang!” Air mata Luna menetes di pipi. Dia teringat kepada mimpinya tadi. Gadis itu melirik jam dinding. Masih jam tiga pagi, hatinya serasa tidak tenang. Akhirnya dia memutuskan untuk berjalan ke lantai satu. Menenangkan hatinya. Kreeettttt Pintu kamar Luna dibuka. Dia melangkahkan kakinya keluar. Lorong kamar gelap gulita. Semua penghuni kamar masih berada di mimpinya masing-masing. Dia kemudian berjalan menuju lantai satu. Mencoba menenangkan diri dengan menonton tv. Tuk.. tuk.. tukkk... Luna terdiam. Dia merasa ada yang mengikutinya. Hawa dingin mulai menyelimutinya. Namun dia mencoba untuk menepis rasa takutnya. ‘Jadilah berani Luna!’ batinnya. Dengan langkah pelan, dia mencoba maju kembali. Suara itu tetap mengikutinya dari belakang. Haruskah Luna menengok? Atau dia harus tetap maju. Rasa ragu mulai menyelimutinya.
last updateLast Updated : 2021-10-18
Read more

14. AMANAT RADEN RANGGA

“Kakek?” seru Luna. Kakek Luna, Raden Rangga Wijaya terlihat menampakan dirinya. Luna menghampiri Rangga. Raut muka pria tua itu masih sama bijaknya dengan saat Luna masih kecil. “Aku rindu kakek.” Luna berlari memeluknya. “Bagaimana kabarmu cucuku?” Air mata jatuh ke pipi Luna. Dia tahu ini mimpi, karena sesungguhnya orang yang ada di depannya ini sudah meninggal. “Baik.” “Kamu pasti mengalami banyak hal berat,” ucap Rangga. “Tetaplah kuat na. Aku minta maaf karena harus menurunkan kemampuanku padamu, cucuku.” Luna terdiam. Dia paham maksudnya. Ternyata kemampuan indigo yang dimilikinya adalah pemberian kakeknya. “Aku ingin kemampuan ini pergi. Aku Lelah!” terdengar nada emosi saat Luna mengatakannya. “Aku tahu,” jawab Rangga. “Tapi Tuhan tidak akan menurunkan kemampuan ini kepada sembarang orang.” Gadis itu tidak menjawab apapun. “Hanya orang-orang tertentu yang mendapatkannya,” lanjut Rangga. “Meskipun demikian dia h
last updateLast Updated : 2021-10-20
Read more

15. WANITA PENGHUNI LORONG KAMPUS

Deg... deg... deg... Jantung Luna berpacu dengan kencang. Dengan jelas dia bisa melihat wajah wanita buruk rupa tersebut. Auranya benar-benar gelap dan pekat. Luna tahu bahwa ini adalah daerah kekuasaannya. “Hihihihihihihi.” Luna mendengar suara mahkluk tersebut di kepalanya. Seakan mengajak berkomunikasi dengannya. Dia semakin mendekatkan diri ke arahnya. ‘Aku harus maju!’ batin Luna. Dia kemudian melangkahkan kakinya satu demi satu. Berusaha sekeras tenaga mengabaikan mahkluk yang ada di depannya. “Wangi!” Leher Luna menegang. Dia tahu orang-orang sepertinya konon memiliki bau yang berbeda. Bau khas yang memang mengundang para lelembut datang dan penasaran. Sedikit lagi Luna bisa keluar dari lorong gelap tersebut. Sebetulnya lorong itu tidak panjang. Hanya sekitar dua sampai tiga meter saja. Namun entah mengapa Luna merasa berjalan sangat jauh. Terlihat cahaya mataha
last updateLast Updated : 2021-10-21
Read more

16. TERSESAT

“Kalian berdua hati-hati di jalan ya!” pesan Nanny. “Salam kepada kedua orangtua kalian.” Galang dan Luna mengangguk bersamaan. Mereka akan pulang ke kota Hujan menaiki motor. Luna akan menginap di kediaman Galang satu hari sebelum akhirnya pulang ke rumahnya. Kebetulan mereka berasal dari kota yang sama. “Aku pastikan akan mengantar Luna dengan selamat,” Galang mengucapkan janji dengan tatapan serius. “Sayang ya aku gabisa ikut!” seru Danny. Dia awalnya ingin ikut juga. Terlebih ketika tahu bahwa mereka berdua memiliki misi rahasia untuk melihat boneka Renatta, adik dari Galang. “Ada job sih, kalau ga ada gapapa.” “Sarah mana?” tanya Luna. Sedari tadi sahabatnya tidak menunjukan batang hidungnya sedikitpun. “Sarah meminta ikut awalnya,” ucap Galang. “Namun aku memberitahu bahwa ada kamu jadi dia ga bisa ikut.” Ada sedikit perasaan tidak enak dari Luna. Apakah jangan-jangan Sarah kecewa karena dia tidak bisa ikut. Namun Luna yakin Sara
last updateLast Updated : 2021-10-22
Read more

17. WARUNG TENGAH MALAM

Ngeeeenggg.... Suara kendaraan mulai terdengar di telinga. Kendaraan mereka secara ajaib berada di pinggir jalan raya. Saat itu sudah petang. Entah berapa jam mereka disesatkan. Galang menengok ke belakang. Mengecek keadaan juniornya tersebut. “Kamu gapapa?” “Gapapa ka!” jawab Luna. Dia masih memeluk pinggang seniornya tersebut. Ketika sadar langsung dilepaskan. Dia menunduk dengan malu-malu. “Aku minta maaf!” “Aku yang minta maaf!” bantahnya. “Aku melihat sesuatu dari kaca spion. Takut kamu kenapa-kenapa aku minta kamu berpegangan.” Wajah Luna terlihat kemerahan. Meskipun demikian jantungnya masih berdetak kencang. Tangannya pun masih sedikit bergetar. “Sepertinya kita terjebak selama beberapa jam.” Galang melihat arlojinya. Ajaib sekali, sudah pukul sembilan malam. Padahal dia merasa hanya berkendara selama setengah jam saja. “Kita benar-benar terlambat!” Kruukkkkk... Luna merasakan perutnya berbunyi. Wajar saja dia b
last updateLast Updated : 2021-10-23
Read more

18. AKI AJAT

Seorang kakek berkeriput dan bercamping datang ke warung. Bagi mata orang biasa mungkin tidak ada yang aneh. Namun bagi Luna penampilannya mengerikan. Kakek tersebut berpostur bungkuk. Kaki dan tangannya terluka. Di dadanya seperti ada bekas sabetan senjata tajam.“Beli apa Ki?” tanya Ujang. Aki adalah sebutan pria tua yang sudah berumur bagi masyarakat sunda. Luna memperhatikan seniornya melayani kakek tersebut seakan sudah terbiasa. Dia sama sekali tidak merasakan takut.“Rokok!” ucap Kakek tersebut. Luna bisa melihat setiap detiknya, darah menetes dari tubuh lelaki tua tersebut. Membuat Luna sedikit mual, namun dia mencoba untuk menahannya.Kakek tersebut kemudian melihat ke arah Luna dan Galang. Ada perasaan takut, gemetar dan dingin yang menusuk dari mereka berdua. Kemudian kakek tersebut berfokus kepada Luna. Dia melihat gadis itu dengan tatapan tajamTubuh Luna terasa mengigil. Jantungnya berdebar tidak beraturan. Tiba-tiba
last updateLast Updated : 2021-10-24
Read more

19. PENGUNJUNG

“Luna?” panggil Galang. Dia melihat juniornya itu terus-menerus melihat ke arah kebun depan. “Kamu lihat apa?”Gadis itu menggeleng. “Bukan apa-apa ka!” Dia melanjutkan kegiatan menyeruput mie yang dibuatkan oleh Ujang. Rasa laparnya berkurang. Ternyata mie yang ada di warung enak. Mie tersebut normal, awalnya Luna sempat berfikir bahwa semua jajanan warung hanya diperuntukan bagi mahkluk tak kasat mata. “Makan yang banyak Lun!” ucap Galang. “Kamu belum makan dari siang kan.”Luna mengangguk. Untuk sementara dia ingin memfokuskan mengisi rasa laparnya, dibandingkan fokus kepada mahkluk yang terus mengintip dari balik pohon pisang.“Coba ceritakan, kenapa kalian bisa sampai di sini?” tanya Ujang.Mereka berdua berpandangan sebentar. Seperti memberikan isyarat satu sama lain. Akhirnya Galang mulai berbicara, “Seperti kata saya tadi, kami tersasar.”&ldquo
last updateLast Updated : 2021-10-27
Read more

20. INDAH

“Indah?” Ujang menatap gadis di muka warung itu seolah tidak percaya. “Kamu lihat sudah jam berapa? Jangan keluar malam-malam ndah!” “Kenalan akang?” tanya Galang. Melihat keadaan warung sejujurnya dia pun ragu gadis di depannya manusia atau bukan. “Temen saya ini!” serunya. “Temen dari kecil. Pas saya ke kampung baru ketemu sama dia lagi.” “Ini siapa?” tanya Indah. Wajahnya bersih dan bersinar. Senyum manis pun terukir di bibirnya. “Tumben kedatangan tamu.” Ujang kemudian menunjuk Galang dan Luna. “Mereka junior saya di kampus. Kesasar kesini tidak sengaja.” Galang melambaikan tangan. Dia pun mencoba menyapa Indah dengan sopan, “Selamat malam teh. Saya juniornya kang Ujang di kampus.” Luna hanya diam. Dia duduk membeku namun tidak berkata apapun. Hanya memberikan senyum dengan sopan. Melihat Luna, Indah menatap lama. Seolah diantara mereka ada koneksi satu dengan yang lain. Hingga akhirnya Luna menunduk dan mengalihkan muka. “
last updateLast Updated : 2021-10-29
Read more
PREV
123456
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status