Beranda / Horor / SANG INDIGO / 17. WARUNG TENGAH MALAM

Share

17. WARUNG TENGAH MALAM

Penulis: Rainfall
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-23 19:23:05

Ngeeeenggg....

Suara kendaraan mulai terdengar di telinga. Kendaraan mereka secara ajaib berada di pinggir jalan raya. Saat itu sudah petang. Entah berapa jam mereka disesatkan.

Galang menengok ke belakang. Mengecek keadaan juniornya tersebut. “Kamu gapapa?”

“Gapapa ka!” jawab Luna. Dia masih memeluk pinggang seniornya tersebut. Ketika sadar langsung dilepaskan. Dia menunduk dengan malu-malu. “Aku minta maaf!”

“Aku yang minta maaf!” bantahnya. “Aku melihat sesuatu dari kaca spion. Takut kamu kenapa-kenapa aku minta kamu berpegangan.”

Wajah Luna terlihat kemerahan. Meskipun demikian jantungnya masih berdetak kencang. Tangannya pun masih sedikit bergetar. “Sepertinya kita terjebak selama beberapa jam.”

Galang melihat arlojinya. Ajaib sekali, sudah pukul sembilan malam. Padahal dia merasa hanya berkendara selama setengah jam saja. “Kita benar-benar terlambat!”

Kruukkkkk...

Luna merasakan perutnya berbunyi. Wajar saja dia b

Rainfall

Haiiii, pada chapter kali ini. Rai bekerja sama dengan salah satu penulis GN juga loh. Siapa yang gatau Pujangga Manik autor dari Warung Tengah Malam. Nah Ujang di sini adalah tokoh novel tersebut. Bagi yang tertarik ceritanya bisa mampir ya!

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ade Sebastian
aq juga tau cerita a ujang sama bapaknya Pak amad, aq sering ngasih gem sam 2 novel itu, jadi sekarang aq mau ngasih gem juga di novel ini, saya tambahkan satu lagi novel favoritq selain warung tengah malam sama kutukan leluhur
goodnovel comment avatar
Betty Wiratmaja
wiiihhhh aku taaauuuuu cerita a ujang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SANG INDIGO   18. AKI AJAT

    Seorang kakek berkeriput dan bercamping datang ke warung. Bagi mata orang biasa mungkin tidak ada yang aneh. Namun bagi Luna penampilannya mengerikan. Kakek tersebut berpostur bungkuk. Kaki dan tangannya terluka. Di dadanya seperti ada bekas sabetan senjata tajam.“Beli apa Ki?” tanya Ujang. Aki adalah sebutan pria tua yang sudah berumur bagi masyarakat sunda. Luna memperhatikan seniornya melayani kakek tersebut seakan sudah terbiasa. Dia sama sekali tidak merasakan takut.“Rokok!” ucap Kakek tersebut. Luna bisa melihat setiap detiknya, darah menetes dari tubuh lelaki tua tersebut. Membuat Luna sedikit mual, namun dia mencoba untuk menahannya.Kakek tersebut kemudian melihat ke arah Luna dan Galang. Ada perasaan takut, gemetar dan dingin yang menusuk dari mereka berdua. Kemudian kakek tersebut berfokus kepada Luna. Dia melihat gadis itu dengan tatapan tajamTubuh Luna terasa mengigil. Jantungnya berdebar tidak beraturan. Tiba-tiba

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-24
  • SANG INDIGO   19. PENGUNJUNG

    “Luna?” panggil Galang. Dia melihat juniornya itu terus-menerus melihat ke arah kebun depan. “Kamu lihat apa?”Gadis itu menggeleng. “Bukan apa-apa ka!” Dia melanjutkan kegiatan menyeruput mie yang dibuatkan oleh Ujang. Rasa laparnya berkurang. Ternyata mie yang ada di warung enak. Mie tersebut normal, awalnya Luna sempat berfikir bahwa semua jajanan warung hanya diperuntukan bagi mahkluk tak kasat mata.“Makan yang banyak Lun!” ucap Galang. “Kamu belum makan dari siang kan.”Luna mengangguk. Untuk sementara dia ingin memfokuskan mengisi rasa laparnya, dibandingkan fokus kepada mahkluk yang terus mengintip dari balik pohon pisang.“Coba ceritakan, kenapa kalian bisa sampai di sini?” tanya Ujang.Mereka berdua berpandangan sebentar. Seperti memberikan isyarat satu sama lain. Akhirnya Galang mulai berbicara, “Seperti kata saya tadi, kami tersasar.”&ldquo

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-27
  • SANG INDIGO   20. INDAH

    “Indah?” Ujang menatap gadis di muka warung itu seolah tidak percaya. “Kamu lihat sudah jam berapa? Jangan keluar malam-malam ndah!” “Kenalan akang?” tanya Galang. Melihat keadaan warung sejujurnya dia pun ragu gadis di depannya manusia atau bukan. “Temen saya ini!” serunya. “Temen dari kecil. Pas saya ke kampung baru ketemu sama dia lagi.” “Ini siapa?” tanya Indah. Wajahnya bersih dan bersinar. Senyum manis pun terukir di bibirnya. “Tumben kedatangan tamu.” Ujang kemudian menunjuk Galang dan Luna. “Mereka junior saya di kampus. Kesasar kesini tidak sengaja.” Galang melambaikan tangan. Dia pun mencoba menyapa Indah dengan sopan, “Selamat malam teh. Saya juniornya kang Ujang di kampus.” Luna hanya diam. Dia duduk membeku namun tidak berkata apapun. Hanya memberikan senyum dengan sopan. Melihat Luna, Indah menatap lama. Seolah diantara mereka ada koneksi satu dengan yang lain. Hingga akhirnya Luna menunduk dan mengalihkan muka. “

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-29
  • SANG INDIGO   21. GAMELAN DI TENGAH HUTAN

    Galang menatap seolah tidak percaya. Ternyata gadis di depannya adalah hantu. Namun wujudnya tidak seperti hantu lain. Benar-benar seperti manusia. “Ka... ka... kamu-!” Indah tetap tersenyum seperti biasa. “Tenang saja, aku berbeda dengan hantu lain. Kalian teman Ujang maka aku anggap kalian temanku juga.” “Apakah Teteh akan bilang ke kang Ujang? Semuanya?” tanya Luna. “Belum saatnya. Tapi dia akan tahu sebentar lagi,” ucapnya. Galang kemudian melirik ke jalan depan. Indah bilang bahwa mereka harus melewati jalan itu untuk pulang. Tapi setelah mengetahui bahwa Indah bukanlah manusia. Haruskah Galang mempercayai perkataannya? “Kalian bisa mempercayaiku,” ucap Indah. Galang sedikit terkejut mendengarnya. Seakan Indah mengetahui tentang isi hatinya. “Indah yang ini baik ko Ka!” ucap Luna. Saat Luna mengucapkan kata “Indah” dia merasakan sakit dan takut. Kenangan lama seakan terlintas di kepalanya sedikit. Tentang mantan sahabatnya sekalig

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-30
  • SANG INDIGO   22. KECELAKAAN BERUNTUN

    Setelah melewati gapura bambu kuning mereka melihat pemandangan kebun teh. Galang menghentikan motornya di pinggir jalan. Kemudian menengok ke belakang. "Coba cek GPS, bener ga kita di jalan yang benar?"Luna mengangguk. Dia mengambil smartphone miliknya kemudian langsung membuka maps. Matanya terbuka lebar. Mereka telah kembali ke daerah puncak Bogor. Benar-benar ajaib memang. "Kita ada di perbatasan cianjur Bogor ka.""Syukurlah!" ucap Galang. Sejujurnya dia sudah lelah dengan semua kejadian mistis tersebut. Tadinya dia hendak mengantar pulang Luna langsung. Namun hari telah beranjak malam. Lebih baik dia membawa Luna ke rumahnya untuk beristirahat. "Gapapa ya satu malam kamu nginep di aku?""Eh?" Luna terlihat kebingungan. Dia adalah gadis yang tidak memiliki teman selama sekolah. Sekarang ditawari menginap di rumah Galang.Galang menyadari tatapan tidak nyaman Luna. Dia dengan cepat mencoba menjelaskan. "Maaf bukan aku tidak sopan, tapi aku merasa san

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • SANG INDIGO   23. HANTU PENUNGGU BONEKA

    "Anastasia?"Itulah kata yang bisa Luna ucapkan. Entah mengapa dirinya sangat yakin bahwa sosok yang berdiri di jendela adalah arwah hantu yang mendiami boneka milik Renatta. Dengan wajah khas orang Eropa serta gaun berenda membuatnya terlihat anggun namun juga mengerikan.Angin dingin menembus kulit Luna. Sensasinya menjadi beda. Anastasia masih terus melihatnya. Seakan mengawasi sosok asing yang bisa menyingkirkannya kapan saja.Tentu saja hati Luna mendadak ciut. Anastasia bukanlah hantu biasa. Luna bisa merasakan amarah yang datang dari sosok tersebut. Luna juga bisa merasakan Anastasia sudah berumur panjang dalam sosok hantu. Semakin lama umurnya semakin kuat juga sosok tersebut."Luna?" Galang memecahkan keheningan. "Kenapa kamu diam saja? Sini masuk."Ragu. Itulah yang dirasakan Luna. Ada perasaan menolak yang cukup besar darinya. Hatinya berkata dia tidak ingin masuk ke sana. Terlebih setelah sosok itu dengan gamblang menunjukan dirinya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-03
  • SANG INDIGO   24. RENATTA BERBICARA SENDIRI

    "Aku juga mengenal ka Luna dari Anastasia."Mendengar kalimat tersebut keluar dari mulut kecil Renatta, sontak membuat Luna bergidik merinding. Dia sempat menelan ludahnya ngeri. Gadis di depannya telah berkomunikasi lebih dengan Anastasia. Itulah yang Luna rasakan.Kriiittt...Terdengar suara pintu didorong. Kepala Galang menyembul dari sana. Terlihat rambutnya yang acak-acakan. Luna menyangka dia baru bangun dari tidurnya. Kemudian Galang masuk ke dalam kamar. Memperhatikan mereka berdua. "Gimana tidurnya nyenyak? Perkenalkan dia adikku Renatta. Manis bukan."Renatta tidak menyahut. Dia hanya memperhatikan kakaknya kemudian pergi dari sana. Setelah memastikan Renatta keluar, mimik wajah Galang langsung berbeda. "Kemarin kamu tertidur di ruang tamu. Jadi aku gendong ke atas agar kamu bisa tertidur nyaman.""Terimakasih," ucap Luna. Dia masih memperhatikan Galang. Lidahnya ingin bercerita tentang kejadian semalam dan respon dari Renatta terhadapnya

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-04
  • SANG INDIGO   25. APAKAH RENATTA BISA MELIHAT HANTU?

    "Halo sayang!" sapa Bella. Dia meletakan roti panggang di atas meja untuk putri bungsunya tersebut. "Makan dulu de."Renatta melangkah menuju kursi di sebelah Luna. Perasan Luna tidak tenang. Seolah ada hawa dingin yang mulai menyelimutinya. Bulu kuduknya menegang. Terlebih saat boneka tersebut diletakan di atas meja.Bella memperhatikan gelagat Renatta. Jika boleh jujur, dirinya pun merasakan hal yang sama. Semenjak boneka itu datang ke rumah, kejadian aneh terus menimpa mereka. Mulai dari televisi yang menyala sendiri, suara langkah kaki hingga orang berbicara. Namun Bella tidak ingin takut, terlebih putrinya sangat menyukai boneka tersebut. "Bonekanya tumben di bawa turun de?""Anastasia pengen kenalan sama ka Luna," ucap Renatta. Wajahnya polos saat mengatakan hal tersebut. Namun tidak membuat hati Luna tenang. Justru dia semakin gelisan.Galang yang sedari tadi memperhatikan. Mencoba untuk mencairkan suasana. "Karena ka Luna cantik ya de? Makannya An

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-05

Bab terbaru

  • SANG INDIGO   111. Bayuuuuu

    "Christie!" sambil berteriak, Bayu langsung berlari menuju dua orang mencurigakan tersebut. Tanpa berbasa basi, dia segera mendorong salah satu diantara mereka yang menggenggam pisau.Mencegah Bayu, satu orang lainnya langsung menarik lengan mahasiswa tersebut. Sempat Bayu terhuyung dan kehilangan keseimbangan sebentar hingga akhirnya dia terjatuh. Beruntungnya pisau yang berada di tangan salah satu dari mereka langsung terhempas.Bruk!Salah satu tudung hitam memukul pipi Bayu. Erangan kesakitan keluar dari mulut mahasiswa tersebut. Sementara Chriestie masih tertidur pulas. Entah apa yang menyebabkan gadis itu sama sekali tidak terganggu dengan suara berisik dari sekelilingnya. Seakan-akan Chriestie dibuat mimpi indah yang membuatnya tidak akan pernah bangun."Christie bangun!"Bayu telah berteriak sekuat tenaga. Namun sayangnya semua percuma. Gadis itu tidak bergerak sedikit pun. Mambuat Bayu sempat berfikir jika memang Chriestie jangan-jangan sudah meninggal. Tudung hitam itu kemb

  • SANG INDIGO   110. DALAM BAHAYA

    "Firasatku berkata ada yang tidak beres Nanny!" ucap Bayu.Nanny masih berkeliling di dalam bangunan tua. Tidak hanya Bayu sebetulnya, dia pun merasakan hal yang sama. Ada sesuatu yang tidak beres di sini."Bukankah Galang berkata bahwa dia benar-benar melihat Chriestie?" Nanny mencoba untuk mengkonfirmasi kembali."Benar Nanny, dia bilang sendiri kalau Chriestie ke sini. Tapi aku benar-benar tidak melihatnya. Yang membuat aku merasakan ada hal yang tidak beres adalah ini!" Bayu menunjuk atas makam yang basah oleh darah. "Ini benar-benar tidak beres!""Karena itulah nak, aku melarang kalian untuk ke sini!" ungkap Nanny. "Inilah hal yang berbahaya. Makam ini adalah makam incaran sekelompok tertentu. Sebelum belanda datang, ada yang bilang tempat ini adalah tempat sakral untuk upacara tertentu! Setiap tahunnya, akan diadakan tumbal. Kemudian tidak lama kerabatku membeli tanah ini. Dan di sinilah dia pun mengakhiri nyawanya!"Bayu tercegang mendengar perkataan Nanny. Jadi tanah yang dia

  • SANG INDIGO   109. TUMBAL DAN SIGIL

    "Nanny, apakah nanny masih kuat?"Bayu menggopong badan Nanny yang mulai menggigil. Perempuan itu mulai menunjukan tanda-tanda tidak sehat. Dia sedang benar-benar kedinginan. Kabut di luar sangatlah tebal, selain itu kabutnya juga menusuk kulit. "Tenang saja nak, badanku tetap bugar seperti saat aku masih muda!" Nanny berbicara sambil tersenyum. Sayangnya itu tidak bisa menutupi fakta bahwa perempuan tua itu kedinginan. Bayu berhenti sebentar, kemudian dia membuka jaketnya. Dia menyipirkannya ke punggung Nanny. "Semoga jaket ini bisa membuat Nanny terhindar dari dingin sebentar.""Bukankah kamu juga kedinginan nak?" tanya Nanny. Dia memegang tangan Bayu yang juga sedang kedinginan."Aku masih muda Nanny, aku masih bisa tahan!" ucap Bayu.Mereka berdua kemudian melanjutkan perjalanan. Meski sudah tertutup kabut, bayang-bayang bangunan sudah cukup terlihat."Sebentar lagi sampai nak! Kita harus memutar ke arah belakang. Di sanalah pintu masuk bangunan tersebut!" Nanny menerangkan kepa

  • SANG INDIGO   108. KETEMU

    "Danny?! Sob?! Where are u ganteng?" Galang berteriak memanggil sahabatnya tersebut. Namun nihil tidak ada suara jawaban."Bayu?! Kamu masih di sini?" Galang kembali berteriak untuk memastikan sahabatnya satu lagi."Ya bung!" jawab Bayu.Nanny yang sedari tadi diam akhirnya mulai bersuara. "Apakah Danny terpisah dari kita nak?""Ya Nanny!" kedua mahasiswa itu menjawab bersamaan.Galang menggigit bibirnya. Dia khawatir dengan sahabatnya. Tapi tidak hanya Danny yang sedang dalam bahaya, keberadaan Chriestie juga belum terlihat. Dia mengambil nafas dalam-dalam. Apa yang harus dia lakukan sekarang?Bayu kemudian menepuk pundak Galang. "Mungkinkah kita harus berpencar?""Tapi-!" Galang terdengar ragu. Bagaimana jika ini terakhir kalinya mereka bertemu. Bagaimana jika sahabatnya hilang selamanya. Lagipula jika mereka berpencar lagi, bukankah kejadian ini akan lebih parah?"Kamu mencari Danny, aku mencari Chriestie!" ucap Bayu. Belum sempat Galang memprotes, Bayu sudah melanjutkan perkataann

  • SANG INDIGO   107. BERPEGANGAN TANGAN

    Kukk.. kuk... kuk...Suara burung hantu terdengar di telinga. Danny berkali-kali melihat tangannya. Meskipun gelap dia melihat bulu kuduknya berdiri. Dia pun merasa ada yang tidak beres di kebun ini."Karena kabutnya tebal. Jangan saling terpisah ya!" pinta Nanny.Kebun belakang memang tergolong luas. Nanny sempat bercerita kalau pada zaman Belanda, kebun ini adalah area perkebunan karet yang luas. Ada juga beberapa tanaman lain. Orang Belanda yang mendiaminya adalah kepala perkebunan. Karena itu areanya lumayan cukup luas.Galang sendiri melihat ke kanan dan kiri. Di sana tidak hanya manusia yang berjalan. Ada keanehan di sini, terutama karena ini bertepatan dengan bulan purnama. "Aneh sekali bulan purnama bersinar terang tapi kabut muncul tebal sekali.""Memangnya itu aneh bro?" tanya Danny."Entah. Rasanya aneh saja sih!" ungkap Galang.Bayu sedari tadi hanya diam. Dia memikirkan Chriestie. Namun ada hal yang menjanggal. Dia merasa tujuan yang mereka tuju salah."Teman-teman. Aku m

  • SANG INDIGO   106. KITA KEJAR CHRIESTY

    "Kamu yakin?" Wajah Bayu langsung berubah menjadi pucat. Sebagai pacarnya tentu saja keselamatan orang yang dia sayang adalah segalanya. "Apakah kita tidak sepatutnya memeriksa kamar Chriestie terlebih dahulu? Siapa tahu kamu salah lihat Lang!""Tapi dia masuk ke hutan Bay!" ungkap Galang. Sama seperti Bayu wajah Galang pun panik. Tadinya dia berniat untuk menyusul Chriestie sendiri ke kebun. Tapi dia memikirkan Bayu. Sehingga akhirnya mahasiswa itulah yang pertama kali dia kabari.Saat sedang terjadi keributan. Danny keluar dari kamarnya. "Kalian ngapain bro? Jam dua pagi astaga! Tidur woy tidur. Besok ada mata kuliah pak Herman. Galak betul dia. Takut aku!"Bayu dan Galang akhirnya saling tatap. Mereka kemudian berteriak secara bersamaan. "Chriestie berjalan ke kebun sendirian!"Danny langsung membuka mulutnya lebar. Dia langsung berlari. "Kalau gitu tunggu apa lagi kalian! Cepat kejar bodoh!"Mereka bertiga lari dengan tergesa-gesa. Sampai akhirnya mereka sadar pintu terkunci."Duh

  • SANG INDIGO   105. BULAN PURNAMA DIMULAI

    "Jangan marah-marah dulu lah bung! Kamu bantu aku untuk membawa dia kembali ke kamarnya. Setelah itu aku akan menceritakan semuanya!" ucap Galang."Kalau gitu biar aku aja yang gendong dia!" pinta Bayu.Galang mengangguk. Dia memperhatikan sahabatnya. Ternyata Bayu yang dia kenal bucin kepada Chriestie. Sebetulnya sih ingin mengejek tapi dia tahan dulu.Satu menit berlalu sampai akhirnya Bayu menengok Galang."Apa?" tanya Galang."Bantu sob, berat ternyata dia!" ucap Bayu."Dibilang juga apa! Makanya gak usah sok menjadi seorang pangeran dong!" Galang tidak bisa menolak untuk mengejek Bayu.Akhirnya mereka berdua membopong Chriestie kembali ke kamarnya. Seolah-olah tidak ada apapun yang terjadi tadi malam."Jadi ceritakan semuanya!" pinta Bayu."Sebaiknya di luar Bay! Jangan sampai dia terbangun!" ucap Galang.Mereka akhirnya menuju kamar Galang. Namun ternyata yang terbangun pada saat itu bukan hanya Bayu dan Galang. Ada satu orang lagi yang berada di sana."Sarah, sebaiknya kamu tid

  • SANG INDIGO   104. TELEPON

    "Gengs aku merinding ya!" Danny mendekap tubuhnya sendiri. sembari berkata "hiyy" dia pun merasakan kengerian dan hal aneh."Rasanya kaya rumah ini diincar ga sih?" tanya Bayu.Mereka saling berpandangan satu dengan yang lain. Ketiganya merasakan hal yang sama. Seperti nyawa mereka sedang dalam bahaya."Apa kita harus bilang ke Nanny dan yang lain?" Bayu bertanya kembali."Jangan dulu kayanya! Takut mereka khawatir. Kita lihat dulu aja situasinya," ucap Galang."Benar. Apalagi di sini ada cewe sekarang. Kalau mereka khawatir dan panik ga asik!" ucap Danny."Yasudah kita bertiga sepakat ya buat nyembunyiin hal ini, tapi kalau nanti ada sesuatu buat kedepannya. kita langsung susun rencana lagi!" Galang berkata dengan penuh tenaga. Dua sahabatnya yang lain langsung menggangguk. Mereka hanya bisa berharap bahwa kedepannya akan baik-baik saja.***Kriing....Telepon di rumah berbunyi. Nanny yang kala itu berada di ruangan yang sama langsung mengangkatn

  • SANG INDIGO   102. TERCIDUK

    "Hah? Megang tangan?!"Dari mereka bertiga justru Danny yang terlihat panik. Padahal sebelumnya dia adalah orang yang seakan paling berani dan tidak percaya dengan hal mistik."Ja-jangan bercanda!?" ucapnya.Dari sela-sela pandangan dibalik kabut. Mata mereka langsung menerawang ke arah lengan Bayu. Benar saja, sebuah tangan panjang dan berkeriput terlihat di sana. Ketiganya langsung bergetar. Sementara Bayu hanya bisa diam dengan muka yang pucat.Tidak lama kemudian seseorang muncul dari balik kabut. Rambutnya putih beruban dengan lengan yang sudah berkeriput. Mereka bertiga terkejut melihatnya."Na-nanny!?" ucap mereka bertiga serempak."Anak-anak nakal! Sudah kubilang tidak usah mencari tahu lebih jauh. Ayo semuanya kalian kembali!" ucap Nanny. Dibandingkan kaget, mereka bertiga malah terlihat bergembira ketika melihat kedatangan Nanny. "Syukurlah itu hanya Nanny!" ucap Galang. "Aku pikir hantu!" sergah Bayu. "Kalian cepat kem

DMCA.com Protection Status