Galang menatap seolah tidak percaya. Ternyata gadis di depannya adalah hantu. Namun wujudnya tidak seperti hantu lain. Benar-benar seperti manusia. “Ka... ka... kamu-!”
Indah tetap tersenyum seperti biasa. “Tenang saja, aku berbeda dengan hantu lain. Kalian teman Ujang maka aku anggap kalian temanku juga.”
“Apakah Teteh akan bilang ke kang Ujang? Semuanya?” tanya Luna.
“Belum saatnya. Tapi dia akan tahu sebentar lagi,” ucapnya.
Galang kemudian melirik ke jalan depan. Indah bilang bahwa mereka harus melewati jalan itu untuk pulang. Tapi setelah mengetahui bahwa Indah bukanlah manusia. Haruskah Galang mempercayai perkataannya?
“Kalian bisa mempercayaiku,” ucap Indah. Galang sedikit terkejut mendengarnya. Seakan Indah mengetahui tentang isi hatinya.
“Indah yang ini baik ko Ka!” ucap Luna. Saat Luna mengucapkan kata “Indah” dia merasakan sakit dan takut. Kenangan lama seakan terlintas di kepalanya sedikit. Tentang mantan sahabatnya sekalig
Halo semua. kerjasama antara Warung Tengah Malam dan Sang Indigo berakhir di bab ini. Semoga kalian menyukainya ya. Kedepannya Luna akan bertemu dengan hantu boneka bernama Anastasia. Jangan lupa kasih komentar, rate serta tambahkan cerita ini di daftar pustaka ya
Setelah melewati gapura bambu kuning mereka melihat pemandangan kebun teh. Galang menghentikan motornya di pinggir jalan. Kemudian menengok ke belakang. "Coba cek GPS, bener ga kita di jalan yang benar?"Luna mengangguk. Dia mengambil smartphone miliknya kemudian langsung membuka maps. Matanya terbuka lebar. Mereka telah kembali ke daerah puncak Bogor. Benar-benar ajaib memang. "Kita ada di perbatasan cianjur Bogor ka.""Syukurlah!" ucap Galang. Sejujurnya dia sudah lelah dengan semua kejadian mistis tersebut. Tadinya dia hendak mengantar pulang Luna langsung. Namun hari telah beranjak malam. Lebih baik dia membawa Luna ke rumahnya untuk beristirahat. "Gapapa ya satu malam kamu nginep di aku?""Eh?" Luna terlihat kebingungan. Dia adalah gadis yang tidak memiliki teman selama sekolah. Sekarang ditawari menginap di rumah Galang.Galang menyadari tatapan tidak nyaman Luna. Dia dengan cepat mencoba menjelaskan. "Maaf bukan aku tidak sopan, tapi aku merasa san
"Anastasia?"Itulah kata yang bisa Luna ucapkan. Entah mengapa dirinya sangat yakin bahwa sosok yang berdiri di jendela adalah arwah hantu yang mendiami boneka milik Renatta. Dengan wajah khas orang Eropa serta gaun berenda membuatnya terlihat anggun namun juga mengerikan.Angin dingin menembus kulit Luna. Sensasinya menjadi beda. Anastasia masih terus melihatnya. Seakan mengawasi sosok asing yang bisa menyingkirkannya kapan saja.Tentu saja hati Luna mendadak ciut. Anastasia bukanlah hantu biasa. Luna bisa merasakan amarah yang datang dari sosok tersebut. Luna juga bisa merasakan Anastasia sudah berumur panjang dalam sosok hantu. Semakin lama umurnya semakin kuat juga sosok tersebut."Luna?" Galang memecahkan keheningan. "Kenapa kamu diam saja? Sini masuk."Ragu. Itulah yang dirasakan Luna. Ada perasaan menolak yang cukup besar darinya. Hatinya berkata dia tidak ingin masuk ke sana. Terlebih setelah sosok itu dengan gamblang menunjukan dirinya.
"Aku juga mengenal ka Luna dari Anastasia."Mendengar kalimat tersebut keluar dari mulut kecil Renatta, sontak membuat Luna bergidik merinding. Dia sempat menelan ludahnya ngeri. Gadis di depannya telah berkomunikasi lebih dengan Anastasia. Itulah yang Luna rasakan.Kriiittt...Terdengar suara pintu didorong. Kepala Galang menyembul dari sana. Terlihat rambutnya yang acak-acakan. Luna menyangka dia baru bangun dari tidurnya. Kemudian Galang masuk ke dalam kamar. Memperhatikan mereka berdua. "Gimana tidurnya nyenyak? Perkenalkan dia adikku Renatta. Manis bukan."Renatta tidak menyahut. Dia hanya memperhatikan kakaknya kemudian pergi dari sana. Setelah memastikan Renatta keluar, mimik wajah Galang langsung berbeda. "Kemarin kamu tertidur di ruang tamu. Jadi aku gendong ke atas agar kamu bisa tertidur nyaman.""Terimakasih," ucap Luna. Dia masih memperhatikan Galang. Lidahnya ingin bercerita tentang kejadian semalam dan respon dari Renatta terhadapnya
"Halo sayang!" sapa Bella. Dia meletakan roti panggang di atas meja untuk putri bungsunya tersebut. "Makan dulu de."Renatta melangkah menuju kursi di sebelah Luna. Perasan Luna tidak tenang. Seolah ada hawa dingin yang mulai menyelimutinya. Bulu kuduknya menegang. Terlebih saat boneka tersebut diletakan di atas meja.Bella memperhatikan gelagat Renatta. Jika boleh jujur, dirinya pun merasakan hal yang sama. Semenjak boneka itu datang ke rumah, kejadian aneh terus menimpa mereka. Mulai dari televisi yang menyala sendiri, suara langkah kaki hingga orang berbicara. Namun Bella tidak ingin takut, terlebih putrinya sangat menyukai boneka tersebut. "Bonekanya tumben di bawa turun de?""Anastasia pengen kenalan sama ka Luna," ucap Renatta. Wajahnya polos saat mengatakan hal tersebut. Namun tidak membuat hati Luna tenang. Justru dia semakin gelisan.Galang yang sedari tadi memperhatikan. Mencoba untuk mencairkan suasana. "Karena ka Luna cantik ya de? Makannya An
Rasa penasaran membuat Luna masuk ke kamar Renatta. Dia melangkahkan kakinya masuk. Ternyata kamar Renatta penuh dengan boneka. Ketika Luna melihat satu persatu tubuhnya merinding. Boneka-boneka tersebut seakan mengikuti setiap langkahnya.Luna juga melihat sebuah cermin putih besar. Energi di dalam cermin tersebut membuat perhatiannya teralihkan. Dia mendekat sedikit demi sedikit sambil melihat cermin. Dengan jelas dia melihat pantulan dirinya di sana."Luna!"Sebuah suara memanggilnya dari arah kiri. Refleks dia menengok ke samping. Di sebelah kirinya terdapat ranjang empuk. Ranjang tersebut penuh dengan boneka. Salah satunya adalah boneka Anastasia.Luna masih berdiri di depan cermin sambil memperhatikan boneka yang di sebelah kirinya. Tiba-tiba saja dari ujung matanya, dia melihat pantulan cermin berubah menjadi gelap kehitaman. Digantikan sosok tinggi besar berambut panjang.Sontak Luna langsung melihat ke
"Renatta?"Mereka berdua terkejut dengan kedatangan gadis kecil itu. Dia terlihat lucu dengan bola matanya yang besar dan bulat. Serta mengenakan dress ungu yang bagus. Dia menenggak ke atas kakaknya dan Luna dengan tatapan polos.Renatta menunjuk Luna. "Kakak ini membawa sesuatu." Dia baru berumur tujuh tahun, namun saat mengatakan itu terdengar menyeramkan.Galang kemudian berjongkok. Dia memegang pundak adiknya. Terlihat kasih sayang yang begitu besar dari orang nomor satu di kampus tersebut. "Memang Anastasia membawa apa?"Luna sedikit terkejut dengan sikap Galang yang tenang. Bahkan saat beberapa kali mengalami kejadian misterius, Galang tetap tegar dan mensuport Luna. Membuat Luna curiga, apakah ini bukan kali pertamanya dia mengalami kejadian menyeramkan. Namun tentu saja anggapan itu akan tetap dia simpan di dalam hati."Aku gatau." Dia mengeluarkan raut muka sedih. "Anastasia ga bilang apa-apa.""Mungkin saja Anastasia berbohong," u
Akhirnya Luna memberanikan diri melihat ke pundaknya. Benar saja kepala anak kecil menyembul dari sana. Luna bisa melihat giginya yang tidak rapi serta mukanya yang hitam. Rongga matanya besar namun kosong. Sontak membuat Luna terdiam. 'Gimana ini?' batinnya berkata.'Mungkin jika aku menutup mata sebentar dia akan hilang,' pikir Luna. Akhirnya dia menutup matanya. Kemudian beberapa menit kemudian membuka kembali. Namun sosok tersebut masih di sana. Menempel erat di pundaknya. Lama kelamaan sosok itu semakin berat.Dia kemudian berlari ke mamanya. Orangtuanya masih mengobrol di ruang tamu. Sedikit heran dengan tingkah Luna. "Kamu kenapa? Lari-lari di dalam rumah."Luna menelan ludahnya. Dia mencoba mencari tahu. "Mah ada yang nempel di pundak aku ga?" ucapnya sambil berbalik ke belakang.Rhea mengangkat alisnya. Dia terlihat kebingungan. "Ga ada apa-apa tuh."Mendengar itu, Luna langsung menggigit bibirnya. Mungkinkah esok hari sosok ini akan hilan
Dengan refleks, Luna berbalik ke belakang. Tidak ada siapapun di sana. Nafasnya masih memburu karena terkejut. Dia meletakan lengan di dada. Terasa debaran jantung yang cepat. "Aku benar-benar lelah rupanya."Luna kemudian merebahkan dirinya di kasur. Dia ingin beristirahat sebentar. Kemudian dia mendengar suara pesan chat masuk ke smartphonenya "Tring". Segera dia mengambil benda persegi panjang tersebut. Rupanya dari Galang. Dia berkata bahwa dia sudah sampai di rumah. Luna tersenyum senang membacanya.Tidak lama kemudian sebuah chat masuk terlihat di pop up layar smartphonenya. Masih dari orang yang sama. "Bolehkah aku menelpon?"Tanpa memakan waktu lama. Sebuah nada dering terdengar di telinga. Nama "Penyelamat" tertera di sana. Segera Luna mencari earphone miliknya dan meletakan di telinga. Agar suara Galang bisa didengarnya dengan jelas."Halo ka!" sapa Luna."Halo," jawabnya. "Bagaimana di sana? Apa kamu senang bisa pulang ke rumah?
"Christie!" sambil berteriak, Bayu langsung berlari menuju dua orang mencurigakan tersebut. Tanpa berbasa basi, dia segera mendorong salah satu diantara mereka yang menggenggam pisau.Mencegah Bayu, satu orang lainnya langsung menarik lengan mahasiswa tersebut. Sempat Bayu terhuyung dan kehilangan keseimbangan sebentar hingga akhirnya dia terjatuh. Beruntungnya pisau yang berada di tangan salah satu dari mereka langsung terhempas.Bruk!Salah satu tudung hitam memukul pipi Bayu. Erangan kesakitan keluar dari mulut mahasiswa tersebut. Sementara Chriestie masih tertidur pulas. Entah apa yang menyebabkan gadis itu sama sekali tidak terganggu dengan suara berisik dari sekelilingnya. Seakan-akan Chriestie dibuat mimpi indah yang membuatnya tidak akan pernah bangun."Christie bangun!"Bayu telah berteriak sekuat tenaga. Namun sayangnya semua percuma. Gadis itu tidak bergerak sedikit pun. Mambuat Bayu sempat berfikir jika memang Chriestie jangan-jangan sudah meninggal. Tudung hitam itu kemb
"Firasatku berkata ada yang tidak beres Nanny!" ucap Bayu.Nanny masih berkeliling di dalam bangunan tua. Tidak hanya Bayu sebetulnya, dia pun merasakan hal yang sama. Ada sesuatu yang tidak beres di sini."Bukankah Galang berkata bahwa dia benar-benar melihat Chriestie?" Nanny mencoba untuk mengkonfirmasi kembali."Benar Nanny, dia bilang sendiri kalau Chriestie ke sini. Tapi aku benar-benar tidak melihatnya. Yang membuat aku merasakan ada hal yang tidak beres adalah ini!" Bayu menunjuk atas makam yang basah oleh darah. "Ini benar-benar tidak beres!""Karena itulah nak, aku melarang kalian untuk ke sini!" ungkap Nanny. "Inilah hal yang berbahaya. Makam ini adalah makam incaran sekelompok tertentu. Sebelum belanda datang, ada yang bilang tempat ini adalah tempat sakral untuk upacara tertentu! Setiap tahunnya, akan diadakan tumbal. Kemudian tidak lama kerabatku membeli tanah ini. Dan di sinilah dia pun mengakhiri nyawanya!"Bayu tercegang mendengar perkataan Nanny. Jadi tanah yang dia
"Nanny, apakah nanny masih kuat?"Bayu menggopong badan Nanny yang mulai menggigil. Perempuan itu mulai menunjukan tanda-tanda tidak sehat. Dia sedang benar-benar kedinginan. Kabut di luar sangatlah tebal, selain itu kabutnya juga menusuk kulit. "Tenang saja nak, badanku tetap bugar seperti saat aku masih muda!" Nanny berbicara sambil tersenyum. Sayangnya itu tidak bisa menutupi fakta bahwa perempuan tua itu kedinginan. Bayu berhenti sebentar, kemudian dia membuka jaketnya. Dia menyipirkannya ke punggung Nanny. "Semoga jaket ini bisa membuat Nanny terhindar dari dingin sebentar.""Bukankah kamu juga kedinginan nak?" tanya Nanny. Dia memegang tangan Bayu yang juga sedang kedinginan."Aku masih muda Nanny, aku masih bisa tahan!" ucap Bayu.Mereka berdua kemudian melanjutkan perjalanan. Meski sudah tertutup kabut, bayang-bayang bangunan sudah cukup terlihat."Sebentar lagi sampai nak! Kita harus memutar ke arah belakang. Di sanalah pintu masuk bangunan tersebut!" Nanny menerangkan kepa
"Danny?! Sob?! Where are u ganteng?" Galang berteriak memanggil sahabatnya tersebut. Namun nihil tidak ada suara jawaban."Bayu?! Kamu masih di sini?" Galang kembali berteriak untuk memastikan sahabatnya satu lagi."Ya bung!" jawab Bayu.Nanny yang sedari tadi diam akhirnya mulai bersuara. "Apakah Danny terpisah dari kita nak?""Ya Nanny!" kedua mahasiswa itu menjawab bersamaan.Galang menggigit bibirnya. Dia khawatir dengan sahabatnya. Tapi tidak hanya Danny yang sedang dalam bahaya, keberadaan Chriestie juga belum terlihat. Dia mengambil nafas dalam-dalam. Apa yang harus dia lakukan sekarang?Bayu kemudian menepuk pundak Galang. "Mungkinkah kita harus berpencar?""Tapi-!" Galang terdengar ragu. Bagaimana jika ini terakhir kalinya mereka bertemu. Bagaimana jika sahabatnya hilang selamanya. Lagipula jika mereka berpencar lagi, bukankah kejadian ini akan lebih parah?"Kamu mencari Danny, aku mencari Chriestie!" ucap Bayu. Belum sempat Galang memprotes, Bayu sudah melanjutkan perkataann
Kukk.. kuk... kuk...Suara burung hantu terdengar di telinga. Danny berkali-kali melihat tangannya. Meskipun gelap dia melihat bulu kuduknya berdiri. Dia pun merasa ada yang tidak beres di kebun ini."Karena kabutnya tebal. Jangan saling terpisah ya!" pinta Nanny.Kebun belakang memang tergolong luas. Nanny sempat bercerita kalau pada zaman Belanda, kebun ini adalah area perkebunan karet yang luas. Ada juga beberapa tanaman lain. Orang Belanda yang mendiaminya adalah kepala perkebunan. Karena itu areanya lumayan cukup luas.Galang sendiri melihat ke kanan dan kiri. Di sana tidak hanya manusia yang berjalan. Ada keanehan di sini, terutama karena ini bertepatan dengan bulan purnama. "Aneh sekali bulan purnama bersinar terang tapi kabut muncul tebal sekali.""Memangnya itu aneh bro?" tanya Danny."Entah. Rasanya aneh saja sih!" ungkap Galang.Bayu sedari tadi hanya diam. Dia memikirkan Chriestie. Namun ada hal yang menjanggal. Dia merasa tujuan yang mereka tuju salah."Teman-teman. Aku m
"Kamu yakin?" Wajah Bayu langsung berubah menjadi pucat. Sebagai pacarnya tentu saja keselamatan orang yang dia sayang adalah segalanya. "Apakah kita tidak sepatutnya memeriksa kamar Chriestie terlebih dahulu? Siapa tahu kamu salah lihat Lang!""Tapi dia masuk ke hutan Bay!" ungkap Galang. Sama seperti Bayu wajah Galang pun panik. Tadinya dia berniat untuk menyusul Chriestie sendiri ke kebun. Tapi dia memikirkan Bayu. Sehingga akhirnya mahasiswa itulah yang pertama kali dia kabari.Saat sedang terjadi keributan. Danny keluar dari kamarnya. "Kalian ngapain bro? Jam dua pagi astaga! Tidur woy tidur. Besok ada mata kuliah pak Herman. Galak betul dia. Takut aku!"Bayu dan Galang akhirnya saling tatap. Mereka kemudian berteriak secara bersamaan. "Chriestie berjalan ke kebun sendirian!"Danny langsung membuka mulutnya lebar. Dia langsung berlari. "Kalau gitu tunggu apa lagi kalian! Cepat kejar bodoh!"Mereka bertiga lari dengan tergesa-gesa. Sampai akhirnya mereka sadar pintu terkunci."Duh
"Jangan marah-marah dulu lah bung! Kamu bantu aku untuk membawa dia kembali ke kamarnya. Setelah itu aku akan menceritakan semuanya!" ucap Galang."Kalau gitu biar aku aja yang gendong dia!" pinta Bayu.Galang mengangguk. Dia memperhatikan sahabatnya. Ternyata Bayu yang dia kenal bucin kepada Chriestie. Sebetulnya sih ingin mengejek tapi dia tahan dulu.Satu menit berlalu sampai akhirnya Bayu menengok Galang."Apa?" tanya Galang."Bantu sob, berat ternyata dia!" ucap Bayu."Dibilang juga apa! Makanya gak usah sok menjadi seorang pangeran dong!" Galang tidak bisa menolak untuk mengejek Bayu.Akhirnya mereka berdua membopong Chriestie kembali ke kamarnya. Seolah-olah tidak ada apapun yang terjadi tadi malam."Jadi ceritakan semuanya!" pinta Bayu."Sebaiknya di luar Bay! Jangan sampai dia terbangun!" ucap Galang.Mereka akhirnya menuju kamar Galang. Namun ternyata yang terbangun pada saat itu bukan hanya Bayu dan Galang. Ada satu orang lagi yang berada di sana."Sarah, sebaiknya kamu tid
"Gengs aku merinding ya!" Danny mendekap tubuhnya sendiri. sembari berkata "hiyy" dia pun merasakan kengerian dan hal aneh."Rasanya kaya rumah ini diincar ga sih?" tanya Bayu.Mereka saling berpandangan satu dengan yang lain. Ketiganya merasakan hal yang sama. Seperti nyawa mereka sedang dalam bahaya."Apa kita harus bilang ke Nanny dan yang lain?" Bayu bertanya kembali."Jangan dulu kayanya! Takut mereka khawatir. Kita lihat dulu aja situasinya," ucap Galang."Benar. Apalagi di sini ada cewe sekarang. Kalau mereka khawatir dan panik ga asik!" ucap Danny."Yasudah kita bertiga sepakat ya buat nyembunyiin hal ini, tapi kalau nanti ada sesuatu buat kedepannya. kita langsung susun rencana lagi!" Galang berkata dengan penuh tenaga. Dua sahabatnya yang lain langsung menggangguk. Mereka hanya bisa berharap bahwa kedepannya akan baik-baik saja.***Kriing....Telepon di rumah berbunyi. Nanny yang kala itu berada di ruangan yang sama langsung mengangkatn
"Hah? Megang tangan?!"Dari mereka bertiga justru Danny yang terlihat panik. Padahal sebelumnya dia adalah orang yang seakan paling berani dan tidak percaya dengan hal mistik."Ja-jangan bercanda!?" ucapnya.Dari sela-sela pandangan dibalik kabut. Mata mereka langsung menerawang ke arah lengan Bayu. Benar saja, sebuah tangan panjang dan berkeriput terlihat di sana. Ketiganya langsung bergetar. Sementara Bayu hanya bisa diam dengan muka yang pucat.Tidak lama kemudian seseorang muncul dari balik kabut. Rambutnya putih beruban dengan lengan yang sudah berkeriput. Mereka bertiga terkejut melihatnya."Na-nanny!?" ucap mereka bertiga serempak."Anak-anak nakal! Sudah kubilang tidak usah mencari tahu lebih jauh. Ayo semuanya kalian kembali!" ucap Nanny. Dibandingkan kaget, mereka bertiga malah terlihat bergembira ketika melihat kedatangan Nanny. "Syukurlah itu hanya Nanny!" ucap Galang. "Aku pikir hantu!" sergah Bayu. "Kalian cepat kem