Home / Fiksi Remaja / 10 Years Ago / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of 10 Years Ago: Chapter 1 - Chapter 10

46 Chapters

Prolog

"Aku akan tetap mencintaimu, meski kau tak lagi bersamaku." ✈✈✈ 2017 Sepuluh tahun yang lalu, Sebuah tragedi kecelakaan transportasi begitu tragis terjadi di Indonesia. Tragedi yang tak lain jatuhnya pesawat Adam Air di perairan Majene, Sulawesi Barat. Semua orang pasti telah mengetahui kabar buruk yang pada saat itu sangat gempar dibicarakan. Baik dari mulut ke mulut, maupun melalui media massa. Meski demikian, kemirisannya masih terkenang bagi semua orang. Kabar duka yang membawa kepiluan dan kesedihan bagi keluarga korban, membuat warga Indonesia berprihatin dan ikut mendo'akan korban-korban pesawat Adam Air.  Di samping kesedihan dan kepiluaan yang dirasakan keluarga korban, wanita yang diperkirakan berumur 26 tahun itu pun ikut merasakan kesedihan yang teramat dalam dari lubuk hati maupun jiwanya. Bagaimana mungkin tidak? Kekasi
Read more

Chapter 1

MYSTERIOUS PAPER "Keberadaannya menjadi teka-teki yang menarik untuk dipecahkan." ✈✈✈ Tahun Ajaran 2005-2006 Masa Orientasi Siswa Masa yang dikenal momok bagi peserta didik baru. Pada masa ini tak jarang ditemukan senior mengerjai atau memelonco calon adik kelasnya. Seorang siswi berpakaian kaos putih lusuh seperti tiduran di kubangan lumpur. Berdiri tegap menghadap ratusan orang berstatus sama sepertinya-junior. Hanya seorang diri. Karena itu dia menjadi titik fokus penglihatan orang-orang. Matanya menyipit. Setiap menit berganti matahari menyingsing bagai api neraka. Topi berbentuk kerucut-terbuat dari karton yang melingkari kepalanya-hampir remuk lantaran beribu bulir keringat mengepul di kening. Dia melirik puluhan orang duduk di depannya. Sebagian besar mereka berwajah pucat dan lemas tak ber
Read more

Chapter 2

HIS SMILE "Tersenyumlah. Dengan begitu kebahagiaan akan terpancar di sekelilingmu" ✈✈✈ Pertama kalinya Andin mengenakan pakaian SMA. Baju putih sekolah yang kecil dan rok abu-abu didesain sedikit ketat di atas lutut, itulah ciri khas seragam SMA Bakti Nusa di tahun 2005. Andin berdiri di depan cermin memandang bayangan semu. Dia tersenyum riang memakai dasi panjang khas Bakti Nusa. Andin pun beranjak mengambil tas punggung berwarna cokelat dan merangkulnya. Dia bergegas pergi dari kamarnya ke lantai bawah. Dari anak tangga terakhir Andin memperhatikan kedua orangtuanya sibuk dengan kegiatannya di pagi hari. Ayahnya sibuk membaca koran sambil menyeruput secangkir kopi sementara Ria berada di dapur menyiapkan sarapan untuknya. "Pagi, Ayah." Andin menghampiri lelaki itu dan mencium pipinya. "Iya," jawab Syafril singkat.
Read more

Chapter 3

SOMEONE "Kau takkan pernah tahu bila seseorang yang kau temui hari ini bisa menjadi orang yang sangat penting dalam hidupmu suatu saat nanti." ✈✈✈ Andin mengunjungi perpustakaan sekolah yang identik dengan interior klasik. Hanya Andin sendiri. Tidak ditemani Meysa dan Putri. Dia menginginkan ketenangan ketika membaca buku. Andin menyukai karya sastra fiksi. Maka tak mengherankan bila dia sering ke sini selama proses pembelajaran belum intensif. Saat ini Andin duduk di sudut ruang. Dia begitu larut membaca Dealova, novel karya Dira Nuranindya yang banyak diminati remaja bahkan orang dewasa. Tanpa Andin ketahui seseorang memandanginya dari jauh. Dia bersandar di rak buku dengan kedua tangan melipat. Bibirnya membentuk suatu lekukan tipis. Suasana perpustakaan begitu tenang. Inilah yang membuat Andin betah berlama-lama di sini. Kombinasi zat
Read more

Chapter 4

LOVE LETTER "Terkesan klasik namun sangat berkelas, itulah surat cinta." ✈✈✈ Andin duduk di sofa empuk dengan kaki terlentang. Meminum secangkir teh hangat untuk menetralisir hawa dingin di sekitarnya. Lalu Andin berpaling ke jendela bening di sampingnya. Begitu derasnya hujan di malam hari. Ria tersenyum memandangnya. Andin pasti tengah menunggu kehadiran Syafril. Ralat. Dia tengah menunggu muffin kesukaannya. "Ayah lama banget pulangnya," gerutu Andin disusul ekspresi cemberut. Ria mengelus kepalanya. "Di luar lagi hujan. Bisa bahaya kalo Ayah bawa mobil ngebut." Andin mengangguk paham. "Iya juga." Dia kembali memperhatikan tv tabung di depannya. Menyaksikan sinetron Liontin, sinetron yang tengah naik daun.  Andin bergegas menuju ruang depan setelah mendengar gerbang terbuka. Mengintip sesu
Read more

Chapter 5

HOPE "Semua orang pasti memiliki harapan. Namun tak semua harapan bisa berwujud nyata." ✈✈✈ Kegiatan ekstrakurikuler SMA Bakti Nusa selalu diselenggarakan setiap hari sabtu. Usai mengikuti kegiatan belajar, para peserta didik berpencar menuju ekstrakurikuler masing-masing. Mulai dari bidang olahraga, seni, dan lainnya. Andin telah menetapkan pilihannya untuk mengikuti kegiatan seni lukis yang dipandu oleh wali kelasnya sendiri, Siti.  Kisaran peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler ini sebanyak 35 peserta yang terdiri dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas. Semuanya tergabung menjadi satu kesatuan. Saat ini mereka tengah berkumpul di ruang seni. Memegangi sebuah kanvas dan alat lukis, mereka begitu khusyuk mendengarkan petuah yang disampaikan Siti. Ruangan seni sekolah belum cukup memadai. Beberapa kursi yang ada tak dapat me
Read more

Chapter 6

HOPE "Semua orang pasti memiliki harapan. Namun tak semua harapan bisa berwujud nyata." ✈✈✈ Kegiatan ekstrakurikuler SMA Bakti Nusa selalu diselenggarakan setiap hari sabtu. Usai mengikuti kegiatan belajar, para peserta didik berpencar menuju ekstrakurikuler masing-masing. Mulai dari bidang olahraga, seni, dan lainnya. Andin telah menetapkan pilihannya untuk mengikuti kegiatan seni lukis yang dipandu oleh wali kelasnya sendiri, Siti.  Kisaran peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler ini sebanyak 35 peserta yang terdiri dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas. Semuanya tergabung menjadi satu kesatuan. Saat ini mereka tengah berkumpul di ruang seni. Memegangi sebuah kanvas dan alat lukis, mereka begitu khusyuk mendengarkan petuah yang disampaikan Siti. Ruangan seni sekolah belum cukup memadai. Beberapa kursi yang ada tak dapat me
Read more

Chapter 7

LOVE SONG "Ketika seseorang memintamu mendengarkan suatu lagu, maka dengarkanlah. Karena pada lagu itu tersimpan makna tersirat untukmu." ✈✈✈ Andin mendecis sebal. Kebisingan dari barisan belakang sungguh mengganggunya. Berani sekali mereka berbuat onar kala sesi amanat. Apalagi yang menjadi amanat saat ini adalah Ibu Nis, guru yang sangat dihormati. Andin melirik barisan yang terdiri dari satu orang, itu adalah barisan ketua kelas. Tampaknya Arya tak terganggu dengan kebisingan di barisang belakang. Tentu saja karena jaraknya cukup jauh.  "Siapa sih yang ribut di barisan belakang?" keluhnya. Meysa melirik ke belakang. Mendapati empat cowok duduk mengapar di lapangan ini. Apa yang sedang mereka lakukan? Apa kalian dapat menebaknya? Beberapa kartu berciri khas gambar koi tergenggam di masing-masing tangan. Tidak, ini bukanlah perjudia
Read more

Chapter 8

AWKWARD "Ketika kau bertemu dengan orang yang kau sukai, tanpa sadar kau akan menunjukkan tingkah aneh di depannya." ✈✈✈ Agustus, 2005. Agustus adalah satu bulan yang sangat berarti bagi Indonesia. Kalian pasti tahu peristiwa apa yang terjadi puluhan tahun lalu pada bulan ini, bukan? Tepatnya 17 Agustus 1945, dimana Ir. Soekarno selaku Bapak Proklamator, memproklamasikan kemerdekaan yang berlatar tempat di rumahnya. Pada hari itu pula berkibarnya saka merah-putih yang dijahit istrinya bernama Fatmawati. Rakyat Indonesia sangat antusias. Sudah saatnya mereka bebas dari belenggu penjajahan dan penindasan.  Sambutan hangat dari rakyat tak pernah lepas dari pemasangan bendera di setiap rumah. Ruas jalan pun diramaikan pernak-pernik berwarna yang sama dengan bendera kita.  Satu minggu sebelum hari besar, tepatnya tanggal 10 Agustus,
Read more

Chapter 9

SCENARIO "Tak ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Semua mengikuti skenario yang ada. Entah memang skenario dari Semesta atau skenario yang dia rancang sendiri." ✈✈✈ Suara yang bersumber dari benda elektronik memecah keheningan di ruangan besar ini. Bila tak ada benda tersebut mungkin suara jangkrik di luar akan terdengar sampai ke dalam rumah. Rumah bertingkat dua itu memang terlihat sunyi. Hanya berpenghuni satu keluarga yang terdiri dari tiga orang. Seorang gadis duduk di atas sofa empuk. Menghiraukan benda di depannya berbicara sendiri. Seakan tak ada artinya benda itu menyala. Dia sedang sibuk. Matanya tak henti mengawasi telepon rumah yang terletak di atas meja. Berharap ada dering panggilan dari seseorang.  Wanita yang duduk di samping meliriknya gemas. Anak semata wayangnya itu memasang muka kecut dengan bibir manyun. Kedua tangannya melipat di depan.&nbs
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status