MYSTERIOUS PAPER
"Keberadaannya menjadi teka-teki yang menarik untuk dipecahkan."
✈✈✈
Tahun Ajaran 2005-2006
Masa Orientasi Siswa
Masa yang dikenal momok bagi peserta didik baru. Pada masa ini tak jarang ditemukan senior mengerjai atau memelonco calon adik kelasnya.
Seorang siswi berpakaian kaos putih lusuh seperti tiduran di kubangan lumpur. Berdiri tegap menghadap ratusan orang berstatus sama sepertinya-junior.
Hanya seorang diri. Karena itu dia menjadi titik fokus penglihatan orang-orang.
Matanya menyipit. Setiap menit berganti matahari menyingsing bagai api neraka. Topi berbentuk kerucut-terbuat dari karton yang melingkari kepalanya-hampir remuk lantaran beribu bulir keringat mengepul di kening.
Dia melirik puluhan orang duduk di depannya. Sebagian besar mereka berwajah pucat dan lemas tak berdaya. Lirikannya berganti pada senior yang berkumpul di bawah rindangan pohon ketapang-tempat yang dingin dan teduh. Tidak seperti dia dan junior lain yang mati kepanasan.
Siswi itu mendengkus kesal. Ini adalah hari penindasan terjadi kembali usai Kemerdekaan.
Teriknya sinar matahari membakar kulit para junior. Hal ini sudah menjadi bagian sakral dalam aktivitas MOS. Tak ada yang berani memprotes senior yang selalu berkata benar.
Kaki siswi itu gemetaran. Keringat dingin mulai membasahi wajahnya yang pucat pasi. Dia melirik papan pengenal nama-terbuat dari karton-yang dikalungkan sejak awal mula MOS dilaksanakan.
Andin Apriliani, untaian nama yang tertulis di papan pengenalnya.
Andin merasa kepalanya dipukul beribu martil. Amat sangat menyakitkan. Penglihatannya kian memburam. Badan mungilnya lemah lesu bagai daun lalang tertiup angin.
Kali ini dia melepaskan semua keluh penatnya. Kakinya sudah tak berdaya menopangi tubuh mungilnya. Perlahan badan Andin tergelincir ke belakang. Terakhir kali dia melihat seorang cowok berlari cepat ke arahnya.
✈✈✈
Kelopak mata Andin mengerjap hingga cahaya masuk sedikit demi sedikit sampai terlihat jelas. Pertama kali yang dia lihat adalah langit-langit berwarna putih. Dia melihat lambang segitiga bertuliskan 'UKS' terpaku di depannya.
Andin berpaling melihat segelas air putih di atas nakas. Ada satu kertas yang menempel di permukaan gelas.
Dari siapa?
Satu kata itu mewakili rasa penasarannya. Dalam posisi fowler Andin mengulurkan tangan mengambil kertas itu.
Andin memandang kertas di tangannya cukup lama. Tulisan di kertas itu sangat bagus dan rapi. Menarik dipandang. Otot disekitar bibirnya refleks menarik hingga membentuk suatu lekukan. Iya, Andin tersenyum.
Dia melipat dua kertas itu dan menyimpannya di saku rok. Gorden di sampingnya pun menyingkap tatkala dua siswi masuk menjinjing tas berwarna cokelat.
Mereka duduk di kursi samping ranjang Andin dan memberikan tas itu padanya. "Makasih," ungkapnya.
Andin mengamati kedua temannya. Seragam yang mereka kenakan sama-sama lusuh sepertinya. Kini yang menjadi pembeda hanyalah kuncir rambut. Mereka masih berkuncir kepang dua sedangkan rambut Andin tergerai lurus. Seseorang pasti membuka kuncirnya ketika dia pingsan.
Para siswi wajib menguncir kepang dua selama MOS. Hal itu telah diperjelas senior sebelumnya. Bagi siapapun yang tidak mematuhi tata tertib senior, lari keliling lapangan lima kali adalah hukumannya.
"Awalnya kita cariin lo di barisan, tapi mereka bilang lo lagi di UKS," jelas temannya, Meysa.
Andin menghela napas sambil mengurut keningnya. "Iya. Gue pingsan tadi."
Untuk kelompok MOS terbagi menjadi dua. Andin dari regu Anggrek termasuk dalam kelompok A, sedangkan Meysa dan Putri kelompok B. Pelaksanaan tempatnya berbeda dimana kelompok A di hulu lapangan dan kelompok B di hilir lapangan.
"Sekarang lo udah baikan?" tanya Putri.
Siswi itu mengangguk pelan. Dia mengambil segelas air dan meneguknya.
"Lo bawa bekal, kan?" sahut Meysa.
"Iya."
"Makan dulu, Din. Cepet makannya. Bentar lagi kita disuruh baris."
Andin mengambil kotak bekal dari tasnya. Dia membuka pelan kotak itu dan melahap seporsi nasi beserta lauk seadanya.
Keadaan di UKS dapat dikatakan cukup ramai. Bukan Andin saja yang pingsan, ada beberapa siswa lain yang merasakan hal serupa. Mereka tergabung dari kelompok A dan Kelompok B.
✈✈✈
Siang hari ini sinar surya tidak ingin bersahabat dengan ratusan junior. Tak ada belas kasih untuk memadamkan sinarnya. Mungkin satu menit saja sudah lebih dari cukup bagi mereka.
Ah, tak apalah. Hari ini juga hari terakhir penindasan yang terhitung selama tiga hari berturut-turut menghantui mereka. Paling tidak alasan para junior baris saat ini untuk mengikuti pelantikan.
Baik kelompok A maupun kelompok B tergabung menjadi satu dalam pertemuan terakhir ini. Mereka berbaris rapi di tengah lapangan menyaksikan kegiatan yang baru saja dimulai.
Berhubung Andin baris paling depan di regunya, otomatis dia dapat melihat jelas berlangsungnya kegiatan ini.
Dari sekian banyaknya orang-orang di depan sana, mata Andin berfokus pada dua orang yang berdiri di pojok lapangan. Mereka adalah perwakilan siswa dan siswi yang terpilih untuk acara pelantikan.
Andin menilik satu per satu wajah mereka. Dia belum pernah melihat mereka dalam barisan regu maupun kelompok yang sama sepertinya. Mungkin.
Mereka kini berhadapan langsung dengan Kepala Sekolah yang sedang memberikan amanat kepada calon peserta didik. Tak berselang lama berpindah pada sesi pelantikan peserta didik baru yang telah diwakilkan.
Andin sempat mendengar desas-desus di sekitarnya. Mereka membicarakan seorang siswi yang menjadi perwakilan di sana adalah anak seorang guru.
Andin memasati wajahnya dari kejauhan. Warna kulit putih dan wajah ayu, tak sedikit beberapa cowok dari regunya memuji kecantikan siswi itu.
Kedua muda-mudi itu serempak menunduk usai Kepala Sekolah mengambil papan pengenal yang mengalungi leher mereka.
"Dengan pelepasan ini saya ucapkan selamat kepada peserta didik. Sekarang kalian resmi menjadi anak SMA Bakti Nusa." Ucapan Ibu Nurhayati disambut tepuk tangan meriah dari ratusan orang di depannya.
Sejak tahun kemarin, sekolah bernama SMU Bakti Nusa resmi diubah dengan SMA Bakti Nusa. Meski perbedaannya hanya pada singkatan akhir, namun tetap saja sama. Hal ini berlaku pada seluruh SMU yang ada di Indonesia. Selain SMU, SLTP juga ikut berubah menjadi SMP.
✈✈✈
Perlahan Andin membuka pintu sambil mengucap salam. Dia melepas sepatu dan menaruhnya di rak. Indra pendengarannya menangkap suara yang bersumber dari televisi. Seseorang di rumah yang biasa menyalakan tv di siang hari adalah ibunya, Ria.
Pada waktu siang menjelang sore seperti ini beberapa stasiun televisi akan menyuguhkan berita seputar selebriti. Dari berita terkini, hingga gaya hidup selebriti.
Dugaan Andin sangat tepat. Siapa lagi jika bukan Ria duduk santai di atas sofa empuk. Sepasang mata menyaksikan acara dari tv tabung. Acara yang meliput aktris cantik Dewi Sandra yang merubah penampilannya dengan busana tertutup.
Andin mendekati wanita itu dan duduk di sampingnya. Ria mengalihkan pandangan sejenak, lalu memberikan tangannya yang disambut kecupan hangat dari bibir Andin.
"Gimana kegiatan MOS tadi?" Ria membelai lembut kepala akanya.
Keringat dingin menitik di ujung kening Andin. Terasa sulit baginya menelan saliva, seperti ada sesuatu yang mengganjal. Andin bingung harus menjawab jujur atau berbohong hingga ia memilih diam.
Ria tersenyum. Dia dapat memahami perasaan anaknya meski belum diutarakan. Ternyata penindasan MOS belum juga memudar di tahun 2000-an. Ria pun pernah menjadi korban perpeloncoan seniornya di masa SMA. Kini dia memandang anaknya yang terlihat lelah. "Kamu mandi dulu, gih. Badan kamu kotor banget."
Andin mengangguk pelan. Dia bergegas melangkah menuju kamarnya di lantai atas. Andin masuk ke dalam kamar bernuansa pink, yaitu kamarnya.
Usai melepas ransel di atas kursi, Andin membaringkan tubuhnya di atas ranjang dengan sepasang tangan menutup rapat wajahnya. Kelopak matanya menutup dengan berat. Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan.
Matanya mengerjap menatap langit-langit kamar berwarna putih, mengingatkannya dengan UKS. Dia meraba sesuatu dari saku rok dan mengambil lipatan kertas putih. Andin memandangi kertas itu cukup lama hingga membuatnya tersenyum
'Lekas sembuh'
HIS SMILE"Tersenyumlah. Dengan begitu kebahagiaan akan terpancar di sekelilingmu"✈✈✈Pertama kalinya Andin mengenakan pakaian SMA. Baju putih sekolah yang kecil dan rok abu-abu didesain sedikit ketat di atas lutut, itulah ciri khas seragam SMA Bakti Nusa di tahun 2005.Andin berdiri di depan cermin memandang bayangan semu. Dia tersenyum riang memakai dasi panjang khas Bakti Nusa.Andin pun beranjak mengambil tas punggung berwarna cokelat dan merangkulnya. Dia bergegas pergi dari kamarnya ke lantai bawah.Dari anak tangga terakhir Andin memperhatikan kedua orangtuanya sibuk dengan kegiatannya di pagi hari. Ayahnya sibuk membaca koran sambil menyeruput secangkir kopi sementara Ria berada di dapur menyiapkan sarapan untuknya."Pagi, Ayah." Andin menghampiri lelaki itu dan mencium pipinya."Iya," jawab Syafril singkat.
SOMEONE"Kau takkan pernah tahu bila seseorang yang kau temui hari ini bisa menjadi orang yang sangat penting dalam hidupmu suatu saat nanti."✈✈✈Andin mengunjungi perpustakaan sekolah yang identik dengan interior klasik. Hanya Andin sendiri. Tidak ditemani Meysa dan Putri. Dia menginginkan ketenangan ketika membaca buku.Andin menyukai karya sastra fiksi. Maka tak mengherankan bila dia sering ke sini selama proses pembelajaran belum intensif.Saat ini Andin duduk di sudut ruang. Dia begitu larut membaca Dealova, novel karya Dira Nuranindya yang banyak diminati remaja bahkan orang dewasa.Tanpa Andin ketahui seseorang memandanginya dari jauh. Dia bersandar di rak buku dengan kedua tangan melipat. Bibirnya membentuk suatu lekukan tipis.Suasana perpustakaan begitu tenang. Inilah yang membuat Andin betah berlama-lama di sini. Kombinasi zat
LOVE LETTER"Terkesan klasik namun sangat berkelas, itulah surat cinta."✈✈✈Andin duduk di sofa empuk dengan kaki terlentang. Meminum secangkir teh hangat untuk menetralisir hawa dingin di sekitarnya. Lalu Andin berpaling ke jendela bening di sampingnya. Begitu derasnya hujan di malam hari.Ria tersenyum memandangnya. Andin pasti tengah menunggu kehadiran Syafril. Ralat. Dia tengah menunggu muffin kesukaannya."Ayah lama banget pulangnya," gerutu Andin disusul ekspresi cemberut.Ria mengelus kepalanya. "Di luar lagi hujan. Bisa bahaya kalo Ayah bawa mobil ngebut."Andin mengangguk paham. "Iya juga."Dia kembali memperhatikan tv tabung di depannya. Menyaksikan sinetron Liontin, sinetron yang tengah naik daun.Andin bergegas menuju ruang depan setelah mendengar gerbang terbuka. Mengintip sesu
HOPE"Semua orang pasti memiliki harapan. Namun tak semua harapan bisa berwujud nyata."✈✈✈Kegiatan ekstrakurikuler SMA Bakti Nusa selalu diselenggarakan setiap hari sabtu. Usai mengikuti kegiatan belajar, para peserta didik berpencar menuju ekstrakurikuler masing-masing. Mulai dari bidang olahraga, seni, dan lainnya.Andin telah menetapkan pilihannya untuk mengikuti kegiatan seni lukis yang dipandu oleh wali kelasnya sendiri, Siti.Kisaran peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler ini sebanyak 35 peserta yang terdiri dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas. Semuanya tergabung menjadi satu kesatuan.Saat ini mereka tengah berkumpul di ruang seni. Memegangi sebuah kanvas dan alat lukis, mereka begitu khusyuk mendengarkan petuah yang disampaikan Siti.Ruangan seni sekolah belum cukup memadai. Beberapa kursi yang ada tak dapat me
HOPE"Semua orang pasti memiliki harapan. Namun tak semua harapan bisa berwujud nyata."✈✈✈Kegiatan ekstrakurikuler SMA Bakti Nusa selalu diselenggarakan setiap hari sabtu. Usai mengikuti kegiatan belajar, para peserta didik berpencar menuju ekstrakurikuler masing-masing. Mulai dari bidang olahraga, seni, dan lainnya.Andin telah menetapkan pilihannya untuk mengikuti kegiatan seni lukis yang dipandu oleh wali kelasnya sendiri, Siti.Kisaran peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler ini sebanyak 35 peserta yang terdiri dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas. Semuanya tergabung menjadi satu kesatuan.Saat ini mereka tengah berkumpul di ruang seni. Memegangi sebuah kanvas dan alat lukis, mereka begitu khusyuk mendengarkan petuah yang disampaikan Siti.Ruangan seni sekolah belum cukup memadai. Beberapa kursi yang ada tak dapat me
LOVE SONG"Ketika seseorang memintamu mendengarkan suatu lagu, maka dengarkanlah. Karena pada lagu itu tersimpan makna tersirat untukmu."✈✈✈Andin mendecis sebal. Kebisingan dari barisan belakang sungguh mengganggunya. Berani sekali mereka berbuat onar kala sesi amanat. Apalagi yang menjadi amanat saat ini adalah Ibu Nis, guru yang sangat dihormati.Andin melirik barisan yang terdiri dari satu orang, itu adalah barisan ketua kelas. Tampaknya Arya tak terganggu dengan kebisingan di barisang belakang. Tentu saja karena jaraknya cukup jauh."Siapa sih yang ribut di barisan belakang?" keluhnya.Meysa melirik ke belakang. Mendapati empat cowok duduk mengapar di lapangan ini. Apa yang sedang mereka lakukan? Apa kalian dapat menebaknya?Beberapa kartu berciri khas gambar koi tergenggam di masing-masing tangan. Tidak, ini bukanlah perjudia
AWKWARD"Ketika kau bertemu dengan orang yang kau sukai, tanpa sadar kau akan menunjukkan tingkah aneh di depannya."✈✈✈Agustus, 2005.Agustus adalah satu bulan yang sangat berarti bagi Indonesia. Kalian pasti tahu peristiwa apa yang terjadi puluhan tahun lalu pada bulan ini, bukan? Tepatnya 17 Agustus 1945, dimana Ir. Soekarno selaku Bapak Proklamator, memproklamasikan kemerdekaan yang berlatar tempat di rumahnya.Pada hari itu pula berkibarnya saka merah-putih yang dijahit istrinya bernama Fatmawati. Rakyat Indonesia sangat antusias. Sudah saatnya mereka bebas dari belenggu penjajahan dan penindasan.Sambutan hangat dari rakyat tak pernah lepas dari pemasangan bendera di setiap rumah. Ruas jalan pun diramaikan pernak-pernik berwarna yang sama dengan bendera kita.Satu minggu sebelum hari besar, tepatnya tanggal 10 Agustus,
SCENARIO"Tak ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Semua mengikuti skenario yang ada. Entah memang skenario dari Semesta atau skenario yang dia rancang sendiri."✈✈✈Suara yang bersumber dari benda elektronik memecah keheningan di ruangan besar ini. Bila tak ada benda tersebut mungkin suara jangkrik di luar akan terdengar sampai ke dalam rumah. Rumah bertingkat dua itu memang terlihat sunyi. Hanya berpenghuni satu keluarga yang terdiri dari tiga orang.Seorang gadis duduk di atas sofa empuk. Menghiraukan benda di depannya berbicara sendiri. Seakan tak ada artinya benda itu menyala. Dia sedang sibuk. Matanya tak henti mengawasi telepon rumah yang terletak di atas meja. Berharap ada dering panggilan dari seseorang.Wanita yang duduk di samping meliriknya gemas. Anak semata wayangnya itu memasang muka kecut dengan bibir manyun. Kedua tangannya melipat di depan.&nbs
ANOTHER SIDE“Bersyukurlah atas apa yang Tuhan takdirkan untukmu. Kamu tidak akan pernah tahu bahwa orang di luar sana menginginkan hidup sepertimu, sedangkan kamu tidak mensyukurinya.”✈✈✈Minggu, 8 Januari 2006Mentari pagi membawa pesan baik kepada semua orang, bahwa hari ini adalah hari yang indah untuk melakukan segala aktivitas. Meski hanya ada satu mentari, dia dapat menemani kita kapan pun dan dimana pun.Andin memperhatikan suasana di sekitarnya dari balik jendela mobil. Para pejalan kaki, para pemotor, para pemobil, para penjual koran, dan yang lainnya telah berperan baik seperti yang Tuhan amanahkan.Mobil sedan itu memperlambat laju hingga menepi di pinggir jalan. Kendaaraan itu berhenti tak jauh dari seorang pedagang yang pernah dia temui beberapa waktu lalu."Kita turun dulu," titah seseorang di sampingnya. Pemilik perut buncit itu membuka sabuk pengaman dan keluar dari mobil.Sejenak Andin melihatnya memberi lambaian tangan pada pedagang itu. Kemudian dia membuka pintu
NEW YEAR “Semua orang memiliki harapan yang ingin dicapai setiap tahunnya. Dan semoga Semesta mempermudahmu mencapai harapan itu.” ✈✈✈ Ini adalah malam terakhirmu, 2005. Melewati 365 hari dengan rasa duka dan rasa cita. Kami merasakan tumbuh, gagal, lalu bangkit, dan berakhir dengan keberhasilan. Perjalanan panjang itu terasa begitu cepat dan singkat. Rasanya seperti kemarin kami menyambutmu di malam pergantian tahun. Di tahunmu, kamu mempertemukanku dengan seseorang yang baik. Dia mengalihkan semua orang, menjadi pusat perhatian, dan dia juga berhasil meleburkan benteng pertahanan ini. Hanya saja ada satu hal yang mengundang benci, kamu tak membiarkan dia untuk dimiliki. Mungkin tugasmu hanyalah mempertemukan. Lalu kamu menggantinya dengan seseorang yang baik pula. Dengannya rasa bahagia terus mengalir dalam jiwa, mengobati harapan yang telah pupus, dan menumbuhkan kembali harapan baru dengannya. Memang awalnya menentang. Namun semakin hari keputusan itu berubah. Mene
YOU“Kepadamu yang selalu ada di sampingku, mengisi hari indahku, aku tak bisa lagi menyangkal perasaan ini. Apa yang dikatakan Dewa 19 dalam lagunya benar-benar terjadi padaku, bahwa aku telah mencintaimu.”✈✈✈Riuh suara menggema di dalam gedung berukuran besar. Dua kubu bersahut memberi semangat kepada temannya yang bertanding. Ratusan kertas karton berwarna putih dan merah terbentang di setiap sudut. Warna itu sebagai simbol atau penanda, putih untuk SMA Bakti Nusa, sedangkan merah untuk SMA Gadjah Perkasa.Andin sedikit mengangkat kepala. Manik mata menangkap ratusan orang di sekelilingnya. Mereka duduk di kursi penonton yang berada di atas. Tidak seperti dia yang duduk bersama tim cadangan basket.Lalu manik matanya berpindah pelan ke bawah. Menangkap sosok cowok jangkung berseragam basket dengan nomor punggung 14. Di kepalanya melingkar sebuah benda berwarna putih, menyamakan dengan warna seragamnya.Anak basket sering memakainya ketika bermain. Selain untuk menambah tampilan,
SOMEDAY“Suatu hari nanti kamu akan menyadari bahwa orang yang layak kamu pilih adalah orang yang selalu ada di sampingmu."✈✈✈"Milo, lihat kamera ini sebentar aja," pinta seorang gadis dengan rambut dicepol. Kamera digital di tangannya mengarah pada seekor kucing berwarna hitam.Milo merealisasikan permintaannya. Kucing itu menoleh dan menatap lama kamera. Andin tersenyum menatap layar. Satu jarinya menekan tombol shutter untuk mengambil gambar.Andin melihat hasil foto dengan menunjukkan lekukan tipis di bibirnya. Dia tersenyum sangat lama. Milo terlihat sangat menggemaskan.Lalu Andin menaruh kameranya di atas meja. Sudah saatnya dia berhenti mengambil foto Milo. Dia pun mendaratkan tulang duduknya di atas sofa. Manik mata fokus pada kucing hitam di sampingnya.Satu tangan membelai rambut halusnya. Kucing itu terlihat sangat senang. Andin terkekeh melihatnya. Sesekali Andin melakukan hal jahil dengan mengacak rambutnya. Lantas Milo langsung menatapnya sinis dan bersiap untuk mener
YOUTH“Nikmati masa muda dengan mengisi harimu bersama teman atau pun seseorang yang istimewa di hatimu. Penuhi masa ini dengan kebahagiaan, jauhkan sesuatu yang dapat merusaknya.”✈✈✈Seluruh peserta didik berbaris rapi sesuai barisan kelasnya masing-masing. Ribuan pasang mata fokus memperhatikan seorang wanita berdiri di belakang mimbar. Dia berbicara seorang diri di sana. Menyampaikan suatu pengumuman, tak lain mengenai hari libur semester gasal. Jangka waktu libur semester ini tak pernah lebih dari dua minggu. Setelah pengumuman selesai dia turun dari sana. Membiarkan pihak OSIS mengambil alih untuk mengumumkan hasil kegiatan class meeting yang telah diselenggarakan dua hari berturut-turut.Salah satu panitia yang bertugas menyebut kelas pemenang dari setiap lomba. Dari cabang olahraga futsal dia menyebut kelas X IPA-4 sebagai juara pertama. Lantas anak kelas itu langsung bersorak menyambut kemenangan. Mereka melompat girang dan saling merangkul. Ada beberapa kelas lain juga yan
YOUR PRESENCE“Kehadiranmu berhasil mengubah duniaku, membawaku menuju versi yang lebih baik."✈✈✈Sudah kesekian kali dia menoleh ke kanan. Memandangi seseorang yang sekali pun tak pernah melihatnya. Siswi itu larut menyaksikan pertandingan futsal bersama teman kelasnya.Dia menghela napas berat. Harapannya pupus untuk meminta dia datang dan menyemangatinya di pertandingan final nanti. Dia pun menyadari bahwa tak lama lagi pertandingan segera dimulai. Menghitung detik-detik terakhir saja.Manik matanya beralih tatkala mendengar derap langkah seseorang dari arah depan. Seorang cowok mengenakan seragam basket melangkah menujunya."Muka lo kenapa kusut gitu," celetuk Guntur. Dia duduk di samping Dirga dan merangkul lehernya.Dirga memalingkan wajahnya ke kanan. Kali ini dia mendapati Andin tengah tertawa lepas. Dia begit
NEVER GIVE UP“Teruslah berusaha hingga kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan. Karena apapun yang kamu usahakan dengan sungguh-sungguh pasti akan membuahkan hasil yang baik.”✈✈✈Andin memandang lama ke utara. Entah sudah berapa menit dia habiskan untuk melihat ke sana. Beberapa orang yang berlari-lari di lapangan itu terekam baik dalam ingatannya.Manik matanya tak berhenti mengawasi pergerakan seorang cowok bernomor punggung 21. Cowok itu bergerak lincah sehingga dia dapat mengelabui musuhnya. Andin memandang kagum ke cowok itu. Pada seorang cowok bernama Arya.Dalam hatinya dia terus menuturkan kalimat-kalimat pembangun dan semangat untuk Arya. Sangat disayangkan dia tak dapat melakukannya secara langsung.Satu tangannya menopang dagu. Dari raut wajah itu dapat tergambar apa yang tengah dia rasakan. Bimbang. Di satu sisi dia ingin menyaksikan
A STUPID THING“Cukup, berhentilah mencintai seseorang yang tidak akan pernah mencintaimu. Kamu melakukan hal bodoh yang dapat menyiksa dirimu sendiri.”✈✈✈Seorang siswa berseragam basket melangkah percaya diri menujunya. Berjalan dengan seulas senyum melekat di wajahnya. Dari sana tergambar bahwa dia sangat bahagia. Ah, tentu saja dia sebahagia itu. Timnya telah berhasil masuk ke babak final usai mengalahkan X IPA-2."Selamat untuk tim kalian," ucap Andin. Dia beranjak dari bangku."Untuk tim aja?" Dirga memajukan wajahnya."I...iya.""Untuk gue nggak ada ucapan selamat?""Kan udah termasuk," bela Andin.Dirga melipat kedua tangannya. Memasang senyum genit. "Tapi gue maunya seorang."Andin mengalihkan pandangannya. Memperhatikan keadaan di sekitar. "Lo ngomong ap
DIFFERENT“Kini kita tak lagi sama. Kita berjalan di arah yang berbeda, dan takkan pernah ada titik temu untuk bersatu.”✈✈✈Seluruh peserta didik Bakti Nusa serempak memasang wajah bahagia tatkala melangkah masuk gerbang sekolah. Kini tak ada lagi ujian yang kerap menghantui mereka selama beberapa hari terakhir. Semuanya telah usai.Selepas ujian mereka akan saling bertarung memperebutkan juara satu sampai tiga dalam kegiatan class meeting. Namun sebelum kegiatan itu terealisasikan, mereka wajib melunaskan hutang mereka kepada guru Fisika, Martha.Iya, hutang itu diperuntukkan kepada mereka yang memiliki nilai di bawah 75. Terlihat seluruh anggota Empat Perewa mengambil bagian dalam kegiatan ini. Dengan gunting lipat mini mereka memotong rumput halaman sekolah yang begitu luas.Mereka duduk bersebelahan dengan posisi membelakangi Martha. Salah se