Home / Fiksi Remaja / 10 Years Ago / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of 10 Years Ago: Chapter 21 - Chapter 30

46 Chapters

Chapter 20

SURRENDER  "Kamu telah menemukan kebahagiaan bersama seseorang. Maka berbahagialah. Urusan luka biarlah waktu yang berperan mengobatinya. Aku menyerah." ✈✈✈ SMSJ, atau yang dikenal dengan Satu Minggu Sebelum Jadian adalah sebuah proyek yang dicetus oleh Al Luqman Hakim. Sesuai dengan namanya, proyek ini mempersiapkan semua yang dibutuhkan Dirga untuk memberikan kejutan besar pada seseorang yang dia suka.  Selama seminggu Luqman dan Guntur disibukkan dengan bermacam persiapan seperti sebuket mawar merah ukuran large, beberapa lembar kertas karton putih dan spidol warna, dan juga lilin aromaterapi tipe tealight. Untuk masalah harga tentu saja persiapan ini merogoh kocek tak sedikit. Semua pembiayaan ini diakomodir Dirga sendiri, termasuk komisi Luqman dan Guntur. Teman satu kelasnya pun turut berpartisipasi dalam proyek SMSJ ini dengan bayaran semangkuk bakso Kang Bahar.
Read more

Chapter 21

HATERS "Biarkan mereka yang membenci untuk membencimu. Hidupmu bukan ditakdirkan untuk membuat mereka menyukaimu." ✈✈✈ Berita mengenai hubungan Dirga dan Andin yang baru terjalin beberapa hari begitu santer dibicarakan. Sebagian dari mereka ada yang pro dan ada pula yang kontra. Namanya saja tim pro, mereka pasti memberikan dukungan positif pada keduanya. Lain halnya dengan tim kontra yang kebanyakan didominasi cewek, tak sedikit dari mereka menggunjing Andin dan mengatakan dia tak pantas bersama Dirga. Dengan percaya dirinya mereka membuat pengakuan bahwa mereka jauh lebih sempurna dibandingkan Andin.  Setiap Andin melewati koridor, kantor guru, toilet, kantin, dan beberapa tempat yang ada di denah sekolah, dia tak pernah lepas dari perhatian orang-orang. Dari pangkal rambut hingga ujung kakinya menjadi pusat perhatian. Mereka seakan mencari letak keunggulan yang dimiliki A
Read more

Chapter 22

TIME "Dewa 19 bersyair dalam salah satu lagunya; bahwa cinta bisa datang karena terbiasa seiring jalannya waktu. Jika itu benar adanya, aku berharap cinta itu datang padaku." ✈✈✈ Andin melirik sebuah tangan yang menggenggamnya. Dia menuntun Andin ke suatu toko dengan tampilan depan berwarna cokelat. Keduanya lalu memasuki toko itu. Harum khas wewangian roti yang baru selesai dibuat menyambut kedatangan mereka. Tanpa perlu mengingat lagi Andin sudah tahu tempat ini. Di sini pula kali pertama mereka bertemu. Kini mereka berdiri di samping meja kasir. Menanti kedatangan seseorang yang tidak Andin ketahui. Namun dia memilih diam dan menunggu. Dia tidak ingin menjadi orang banyak tanya. Tak berselang lama seorang wanita mengenakan blouse motif bunga muncul dari balik pintu. Kemunculannya pun disambut senyuman hangat seseorang di samping Andin. "Ma," sapa Dirga. "M
Read more

Chapter 23

RECEIVE  "Semesta tak pernah berpihak padaku. Kesekian kalinya aku terpaksa menerima suatu hal yang tak pernah ku inginkan." ✈✈✈ Seseorang berkepala pelontos berdiri di depan kelasnya. Hanya seorang saja. Dia berdiri dengan satu kaki terangkat dan kedua tangan memelintir telinganya. Di ujung koridor dia melihat seorang wanita berpenampilan nyentrik dengan mengenakan rok hitam selutut dan atasan kemeja putih renda berlapis. Lehernya tertutupi syal corak macan. Ketika berjalan pinggulnya ikut berayun ke kiri dan ke kanan. Berjalan lenggok bak model di panggung cat walk. Wanita itu kini berdiri tepat di depannya. Menilik wajah siswa itu dengan seksama. Ini bukan pertama kalinya dia mendapati siswa itu dalam seminggu terakhir. Lalu dia memundurkan wajahnya melihat apa yang ada di dalam kelas. Dia menemukan seseorang duduk di bangku paling depan menghadap pes
Read more

Chapter 24

FALL IN LOVE "Jangan cepat berspekulasi dengan menyatakan dia menyukaimu, bila dia memperlakukanmu sama dengan yang lainnya." ✈✈✈ Andin memandangi keadaan di luar bis dari balik jendela. Retinanya menangkap objek besar yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Sebuah logo khas TPI menyambut hangat kedatangan mereka. Satu per satu orang menuruni bis dengan tertib. Andin, Meysa dan Putri berdiri di samping bis sembari menilik orang yang turun. Putri meminta mereka untuk menunggu bersama. Sepertinya dia tengah menanti kehadiran seseorang dari dalam bis. Seseorang mengenakan seragam Bakti Nusa lengkap dengan lencana khusus yang terpasang di dada kanannya. Hanya lima kontestan yang mewakili sekolah saja memiliki lencana itu. Putri memandangi orang itu hingga dia berkumpul di depan bis bersama tiga kontestan lain. Dari kejauhan siswi berkuncir satu itu melihat pung
Read more

Chapter 25

INFLUENCE "Terkadang sikap seseorang dapat berpengaruh besar dalam mengelola rasa." ✈✈✈ Andin menyingkap buku tulis di hadapannya. Dia baru saja menyelesaikan pekerjaan rumah Fisika. Lalu dia mendengar suatu bunyi yang bersumber dari dirinya sendiri. Iya, bunyi itu dapat dihasilkan ketika seseorang merasa lapar. Dia menjamah perutnya. Ada getaran yang tidak dia ketahui dari mana asalnya. Manik matanya memandang langit-langit kamar serupa mengingat suatu hal. Ah, dia lupa bila dia belum makan malam. Dia beranjak dari meja belajar. Berjalan menuju pintu kamar dan menuruni tiap an
Read more

Chapter 26

DATING "Seseorang yang tak pernah kau tunggu kehadirannya justru akan menjadi orang yang sangat penting dalam hidupmu. Semua hanya membutuhkan waktu." ✈✈✈ Seorang cowok berumur 16 tahun--mengenakan jeans hitam dan atasan kemeja abu lengan panjang dilipat satu kali--duduk kaku di kursi ruang tamu. Beberapa bulir keringat menitik di kening. Dia tak berhenti memilin jemarinya yang basah. Pupilnya melirik ragu seseorang di depan. Tatapan lelaki itu seperti ingin menelannya hidup-hidup. Tangannya menjamah ke depan dada. Detak jantungnya berfrekuensi abnormal. "Dirga," panggil lelaki itu. Bahunya refleks bergidik. "I...iya, Om," jawabnya gugup. Lelaki pemilik kumis tipis itu melirik benda bulat yang terpaku di depannya. "Sekarang hampir jam tujuh." Dirga mengikuti kemana matanya tuju. Menilik benda bulat itu. "I...iya."
Read more

Chapter 27

RISE "Jangan bersedih bila ada yang meninggalkanmu. Biarkan dia pergi. Karena yang pergi dari hidupmu akan diganti Semesta dengan seseorang yang lebih baik. Percayalah." ✈✈✈ Seperti biasanya bel pulang sekolah menjadi hal yang sangat dinanti seluruh peserta didik. Tidak hanya peserta didik saja, para guru yang mengajar di kelas pun menantikan hal itu. Satu per satu peserta didik mulai meninggalkan kelas. Menyisakan jejak tak kasat mata di dalamnya. Kini tersisa beberapa orang saja di dalam ruangan besar berwarna putih. Dapat terhitung tiga peserta didik dan seorang guru yang masih menduduki tahtanya. 
Read more

Chapter 28

ONE-SIDED LOVE “Kesalahan terbesarmu adalah kamu terlalu percaya diri dengan menyimpulkan dia juga jatuh hati. Nyatanya hanya kamu sendirian yang jatuh, sedangkan dia tidak.” ✈✈✈ Andin berdiri di depan kelas bersama kedua temannya. Arah pandang mereka sama. Memperhatikan beberapa orang berkumpul di barisan tengah. Sebagian ada yang duduk di bangku dan sebagian lagi duduk di meja. Mereka memfokuskan pandangan pada seseorang yang berdiri di tengahnya. "Masih pagi udah gosip aja," celetuk Meysa. Lantas ketiganya berjalan mendekati perkumpulan itu. Putri bahkan rela men
Read more

Chapter 29

LAUGH OUT LOUD “Selamat datang di Indonesia. Dimana masyarakatnya memitoskan sekolah yang dibangun dari bekas rumah sakit atau tempat pemakaman umum.” ✈✈✈ Seseorang berdiri di samping pintu ruangan bercat putih. Hanya seorang saja. Dia bersandar di sana dengan kedua tangannya menyuluk saku. Sesekali dia mengangkat satu tangannya. Melirik benda bulat yang melingkari pergelangan tangan. Sudah lima menit dia menunggu. Lalu pupilnya berpaling ke pintu yang terbuka. Melirik seorang wanita berambut sebahu duduk di kursi depan. Wanita itu menghadap berlawanan arah dengan kebanyakan orang di sana. 
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status