“KAU TIDAK AKAN pernah lebih baik dariku, Kei Hasegawa. Tanganmu sama kotornya denganku. Aku sudah dengar banyak tentang kau yang sebenarnya. Nogawa mengatakan semuanya padaku, tentang kau yang hampir membunuhnya. Membunuh bukanlah hal yang sulit buatmu, ‘kan? Kau sama sepertiku—pembunuh, orang yang tidak berhak mendapatkan kebahagiaan dan akan terus terjebak dalam kesendirian, ditolak dan tidak diterima. Camkan itu sebelum kau menyumpahi pamanmu sendiri, Nak.” Citra berubah menjadi merah darah, diikuti oleh jerit kesakitan. Kaki ingin berlari, tetapi dihalangi berat yang tak terlihat. Kei merasakan hantaman di perut, dia yang terjatuh. Udara seolah ditarik paksa dari paru-paru. Napas tersekat, berat, dan sesak. Telapak tangan mengepal, erat. Ketika membuka mata, warna putih terang memenuhi penglihatan. Kei mengerjap, mulai menyesuaikan cahaya yang seolah menusuk mata. Dia menoleh ke sekeliling, mengamati ruang tengah sebuah apartemen; merasakan lembut sofa
Last Updated : 2021-09-01 Read more