Semua Bab Asmaraloka: Bab 11 - Bab 17

17 Bab

Failed

Terkadang lucu memang, mereka yang setuju bersama, mereka juga yang berpisah, mereka yang meminta berpisah, tetapi sama-sama belum bisa melupakan. Kadang semesta bingung dengan 2 anak manusia ini, apa maunya?Terlihat kini Bara yang semakin gelisah dengan ingatan-ingatannya bersama Kiara, tak terasa bibirnya tertarik keatas, ia bahagia walaupun hanya dengan mengingat kenangannya. Kita abaikan saja, biarkan Bara mencari bahagianya.Di sisi lain juga ada Kiara yang sibuk membolak-balikkan majalah yang ia baca, entah apa yang tenggelam dipikirannya, tetapi tentu saja semua gara-gara Bara. Semenjak pertemuannya dengan Bara, ingatan Kiara kini semakin menjadi-jadi tentang Bara, ya, Kiara merindukan sosok itu, sosok Bara, lagi.Teman-teman kedua anak manusia ini sebenarnya geram melihat tingkah laku keduanya yang sama-sama menepis perasaan rindunya. Seperti ini contohnya.“Senyum terus, Ki, lupain aja kalo gue sama Alya ada disini” Bagus, Kanza, lan
Baca selengkapnya

Come on, Bar

Kini dilubuk hati Bara yang sangat dalam ingin sekali merengkuh kembali Kiara, pujaan hatinya hingga kini. Mengingat betapa marahnya Kiara saat itu selalu saja memberikan celah negatif disetiap niat Bara untuk memperbaiki semuanya, memperbaiki hubungannya dengan Kiara.“Dicoba dulu atuh, Bar” Artha membuka suaranya.Bara kini hanya bisa bungkam, mengangkat bahunya acuh, padahal omongannya Artha ada benarnya. Toh, ia tidak akan tau respon Kiara jika tidak mencobanya.“Kelemahan nomor satu Bara adalah.. Kiara” Sambung Nevan.“Asli, ya, Tha. Susah anjing” Kini Bara angkat bicara. “Ya, nanti kalo misalkan dia masih marah sama gue, terus nolak gue, gimana?”Artha, Ezra, dan Nevan kini hanya menghela napas, bego banget Bara, pikir mereka.“Di. Co. Ba. Bara. Kalo lo gak coba, gimana lo tau apa jawaban Kiara. Emang lo mau penasaran seumur hidup?”Deg. Perkataannya Ezra ada benarnya j
Baca selengkapnya

Progress

Bara benar menepati janjinya, pergi kerumah Kiara, meminta maaf, dan meminta Kiara kembali padanya. Tentu saja Kiara sudah memaafkan, toh, ini salahnya juga karena sudah gegabah mengucapkan kata perpisahan padahal hatinya enggan. Oke, Bara, mari kita bawa Kiara kembali kepelukanmu.Seperti kini, Bara selalu memberi pesan ke Kiara, memberikan perhatian atau sekedar kata-kata penyemangat. Kiara merasa déjà vu kini, ia suka, ia suka diperlakukan seperti ini, lagi, oleh Bara.“Lho, ngapain tiba-tiba disini?” Terkejut, tentu saja Kiara terkejut saat melihat Bara tiba-tiba berada didepan sekolahnya.Bara suka dengan wajah Kiara yang cemberut seperti ini, lucu, katanya. “Mau jemput tuan putri”Kiara sebenarnya sudah tersenyum mengingat tuan putri yang dimaksud Bara adalah dirinya, tetapi, tidak boleh Kiara, ingat harga diri. “Yaudah, sana. Mau jemput pacarmu kan? Gak boleh parkir disini tau” Ujar Kiara sembari me
Baca selengkapnya

Yah

Kiara bergegas keluar kamar dan menuju pagar setelah mendengar bel rumahnya berbunyi. Agak malas memang mengingat ini hari minggu dan Kiara sedang bergelut dengan selimutnya. Ia terkejut setelah melihat tubuh yang tak asing baginya, tubuh lelaki itu sedikit bergetar, ya, itu Arkha.“Lho, Kha. Lo kenapa? Kok gemeteran gini? Masuk yuk” Wajah Arkha sangat tidak baik-baik saja.“Gak, Ki, gapapa disini aja, Cuma sebentar kok” Suara getar Arkha langsung terdengar di telinga Kiara. Ia khawatir, tentu saja. Bagaimanapun Arkha adalah temannya. “Mama Papa cerai, Ki. Arkha kesini cuma mau pamitan sama Kiara. Arkha capek, Ki kalo tetep disini, dioper mulu. Jadi Arkha mau tinggal dirumah nenek aja di Surabaya.” Arkha melihat tatapan sendu milik Kiara. Ia berusaha menahan tangisnya didepan wanita itu.“Ki, maafin Arkha, ya, kalo waktu itu kesannya maksa banget biar Kiara suka sama Ark-“ Tubuh gemetar itu direngkuh oleh Kiara, ta
Baca selengkapnya

Jangan marah, Bar

“Tuh kan, gue bilang apa sama kalian, hah? Anjing”Mereka semua bungkam, menjawab Bara saat sedang marah merupakan masalah besar. Setidaknya biarkan Bara berkelut dengan pikirannya sendiri.Disisi lain, Kiara yang merasa sangat bersalah hanya bisa mengirim pesan berpuluh-puluh maaf untuk Bara, dan tentu saja tidak ada balasan untuknya, telfonnya juga tak diangkat. Kiara takut Baranya menghilang lagi, dan ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.“Coba, Ki, lo kerumahnya, atau ketempat biasa dia nongkrong, jelasin semuanya, kalo lo diem doang gini gak akan kelar ini masalah”Benar, ucapan Kanza benar. Tetapi biarkan Kiara berpikir untuk saat ini.-Kini Bara sudah tenang, masalahnya seakan terbang begitu saja bersama kerikil yang ia lempar. Setelah ini, ia akan menemui Kiara, niatnya.“Lho, Ki. Ngapain disini? Kok tau Bara ada disini?” Kiara lagsung berlari, memeluk Bara, sambil menangis tentu saja.
Baca selengkapnya

Welcome back

Terhitung sudah seminggu semenjak salah paham diantara keduanya. Terkadang, Kiara masih merasa canggung akibat masalah itu. Tidak, Kiara canggung akibat pelukannya bersama Bara. Toh, padahal Bara pun tak apa jika Kiara ingin memeluknya setiap hari. Dasar Bara, modus.Bara dan Kiara kini sudah berada di bianglala pasar malam. Setelah menyantap berbagai makanan, lalu memberikan lolipop dan permen kapas, untuk Kiara tentu saja.“Tuan putri seneng, gak?” Kiara yang tadinya sedang melihat ramainya pasar malam kini menatap mata elang kesukaannya.“Seneng, seneng banget. Makasih, ya, Bar”“Sama-sama, tuan putri..” Kiara kembali sibuk akan pandangannya, dan Bara sibuk melihat hal yang paling menarik untuknya, Kiara.“Kenapa, sih, ngeliatin mulu” Kiara sudah tak tahan terus-menerus dibuat salah tingkah oleh Bara.“Idih, kepedean. Bara bukan lagi ngeliatin Kiara tau” Kiara memutar bola matany
Baca selengkapnya

Bahagia, lagi

Ombak lagi-lagi menabrak tepi pantai, angin sedari tadi berhamburan tak tentu arah, pasir kini hanya menjadi saksi bisu kedua anak manusia yang sedang dimabuk cinta.Seperti tak ada lagi pemandangan yang menarik menurut Bara, matanya terus-menerus memandang Kiara yang sibuk bersama buku yang ia baca. “Tuan putri lagi baca apa, sih? Serius banget” Bara yang sedari tadi hanya memandang, akhirnya angkat bicara.“Bar, Kiara capek deg-degan tiap Bara manggil Kiara tuan putri” Ia tutup buku itu, lalu memandang lelaki disampingnya.“Lho, kenapa? Bara suka manggil Kiara tuan putri. Kiara indah, Kiara cantik, Kiara baik. Aduh, Bara takut ketula sama semesta karena pamerin Kiara mulu”“Tapi emang bener, Ki. Bara sayang banget sama Kiara. Maaf ya, tuan putri, kalo dulu Bara gak ngejar tuan putri buat minta maaf karena Bara terlalu sibuk. Emang bodoh banget ni, si Bara. Bisa-bisanya nyakitin Kiara” Lanjut Bara.&
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status