Beranda / Romansa / My Boyfriend / Bab 1 - Bab 10

Semua Bab My Boyfriend: Bab 1 - Bab 10

38 Bab

Seleksi pertama

"Honey!" Seru Gibran pada Alleta, "Doakan aku agar bisa bernyanyi dengan santai, dan luar biasa," ucapnya meminta semangatan dari pacarnya, Alleta!Alleta tersenyum, "Pasti, dong! Aku akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu, Bunny!" Jawabnya sembari mengunyel-ngunyel pipi Gibran gemas.Mereka sedang duduk di kursi tunggu, sebelum masuk ke ruang seleksi untuk bernyanyi."Honey!" Serunya lagi dengan suara sedikit bergetar, dan telapak tangan sudah sangat dingin."Tenang, Bunny! Tarik napas dalam-dalam, lalu keluarkan," titah Alleta.Gibran mengikuti arahannya, "Tetap, Hunny! Aku masih gugup, aku takut tidak bisa bernyanyi dengan bagus!" Katanya sedih.Alleta kembali menangkupkan kedua tangannya ke pipi, Gibran."Bunny! Liat aku!" Pintanya, dan dilakukan oleh Gibran, "Tenang! Jangan berpikiran macam-macam, kamu pasti bisa! Semangat!" Kata Alleta menyemangatinya."Semangat!" Timpal Gibran seraya mengangkat tangannya ke atas.
Baca selengkapnya

Penawaran

"Permisi!" seru seseorang yang sedari tadi menunggu Gibran keluar.Alleta meliriknya sebentar, kemudian saling tatap dengan Gibran.Gibran seperti bertanya dengan isyarat alisnya di angkat. Kemudian, Alleta mengendikkan bahunya tidak tahu."Maaf, Tuan, dan Nona! Saya mengganggu kebahagiaan kalian," ucapnya sembari menunduk hormat.Gibran, dan Alleta hanya diam. Kemudian Alleta berpindah kesamping Gibran.Orang itu tersenyum sekilas, kemudian menyodorkan tangannya kehadapan Gibran."Perkenalkan, saya Pasih!" katanya memperkenalkan dirinya sendiri.Gibran menunduk sebentar. Kemudian ia membalas uluran tangannya, "Gibran!""Boleh minta waktunya sebentar?" pintanya dengan sangat sopan.Gibran merenung sebentar, dan menoleh pada pacarnya. Alleta!Gibran meminta jawaban padanya.Alleta mengangguk."Boleh!" jawab Gibran."Kalo gitu, kita ngobrolnya di cafe depan saja, gimana? Supaya bisa leluasa bica
Baca selengkapnya

Bersamamu

Ke-esokan harinya, Gibran bangun pagi sekali."Mah! Pah! Aku berangkat kuliah sekarang!" seru Gibran sembari memakai kaos kakinya."Tumben pagi sekali?" tanya Mamahnya."He, hari ini ada janji sama Alleta," jawabnya santai. Dia berdiri, dan bersalaman dengan Mamahnya."Oh. Hati-hati, ya Sayang!" ucap Mamah sembari mengelus pundak Gibran halus.Gibran mengangguk, "Papah masih di dalam?" tanya Gibran sembari celingak-celinguk ke arah kamar."Iya. Katanya gak enak badan," jawab Mamahnya sedih.Gibran dengan cepat berjalan kearah kamar mendengar hal itu. Dia sangat hawatir dengan kondisi Bapaknya."Pak! Bapak sakit apa?" tanya Gibran cemas."Em," gumamnya sembari membukakan mata perlahan, "Gibran! Bapak gak papa, cuma panas dingin biasa," jawabnya.Gibran menatap seluruh tubuh Bapaknya yang masih di tutupi oleh selimut yang bergulung."Kita ke dokter, ya!" ajak Gibran sangat hawatir."Gak usah, Bapak cum
Baca selengkapnya

Tanda tangan

"Jangan malam-malam, ya, Nak! Pulangnya," kata Mamah sembari mengelus kepala Gibran pelan.Gibran mengangguk. Ia sekarang mau berangkat ke Cafe yang sudah menawarinya untuk nyanyi."Salamlikum!" serunya sembari menutup pintu."Kumsalam," jawab Mamah dari dalam.Gibran berangkat menggunakan motor kesayangannya. Motor itu tidak mewah, tapi itu motor dari hasil kerja kerasnya selama ini.Sebelum berangkat, Gibran menelpon pacarnya terlebih dahulu."Halo, Hunny!" seru Gibran saat panggilannya telah di angkat.".....""Iya, Hunny! Ini baru naik ke motor," jawab Gibran sembari tersenyum-senyum.".....""Baik, Hunny!"".....""Amiiinn. Bye Hunny! Sampai bertemu besok, eeeemmmuuuuaaahhh," katanya, dan mencium Hp-nya sendiri. Tutt...Panggilan di matikan setelah obrolan selesai.Brrmmmm....Gibran melajukan motornya membelah jalan yang lumayan padat.Tak lama, Gibran s
Baca selengkapnya

Mengantarnya

Tepat pukul 10:00, Gibran pamit untuk pulang. Ia sudah berjanji untuk pulang tidak terlalu larut malam."Hati-hati, ya!" seru Pasih dari ambang pintu masuk.Gibran dan Alleta menoleh, lalu tersenyum menyapa.Brmmm....Gibran pulang berboncengan."Hunny! Kok kamu bisa dateng, sih! Bukannya Mamah, dan Papah mu tadi gak ngijinin?" tanya Gibran."Em," Alleta memeluk tubuh Gibran hangat, "Tadi siang, iya. Tapi, pas petang, setelah kepulanganmu, mereka kayaknya berpikir lagi, deh!" jawab Alleta."Kok kayaknya?" tanya Gibran."Kan aku gak tahu, Bunny!""Oh, iya, iya," jawabnya, "Terus, gimana?""Ya, Mamah samperin aku kekamar, bilang gini, 'Al! Kalo kamu mau nemenin Gibran, boleh! Asal jangan malem-malem pulangnya',  nah, gitu," jawab Alleta membuat Gibran gemas."Kayaknya, ada yang ngambek, nih?" ucap Gibran meledek."Ih, siapa yang ngambek?""Kamu lah, makannya Mamah berpikir kembali, lalu iji
Baca selengkapnya

Pagi yang mendung

Keesokan paginya, Gibran terbangun dan sudah mendapati Hpnya berantakan di atas lantai. "Astaga! Aku lupa, kalo semalam aku lagi main Handphone." Gibran langsung mengambil Hp tersebut dan memasangkan semuanya kembali. Hhh... Gibran mengehela napas pelan. Kemudian ia berjalan menuju sebuah kabel yang tergantung. Ia mencolokkan satu kabel ke sisi Handphone yang berlubang. "Sampe nge-drop begini," gumamnya dan membiarkan Handphone terisi daya. "Mah!" seru Gibran keluar dari dalam kamar. "Apa, Nak!" jawabnya dari arah dapur. "Mamah lagi masak apa?" tanya Gibran setelah berada di dapur, dan duduk di kursi meja makan. "Masak orek tempe, kangkung, dan yah! Seperti biasa. Hasil berkebun kemarin!" jawabnya dengan terus membolak balik masakan. "Oh. Maaf, ya, Mah! Aku, akhir-akhir ini gak bantuin Mamah!" kata Gibran merasa bersalah. Mamah menoleh sebentar, "Gak papa. Mamah'kan ada yang bantuin juga," jawabn
Baca selengkapnya

Bersamamu aku bahagia

Setibanya di kampus, Gibran langsung memarkirkan kendaraannya di halaman kampus.Mereka terburu-buru turun dan berlari menghindari gerimis yang makin lebat."Hunny!" seru Gibran dan mendekati Alleta.Mereka berteduh di depan teras kampus."Biar aku yang bukain," kata Gibran.Alleta hanya tersenyum manis.Gibran langsung membuka res-sleting yang terpasang dan membuka jas yang di pakai oleh Alleta."Ini biar aku saja," ucap Alleta sembari memegang jas celana yang ia pakai.Gibran mendongak, lalu menyunggingkan bibirnya sebelah, "Aku gak bakal apa-apain kamu, kok," ucapnya menggoda Alleta."Hish!"Alleta mendelikkan matanya sebal.Setelah itu, Gibran dan Alleta berjalan bersama menuju kelas."Hunny! Kok sepi, ya?" ucapnya.Alleta celingukan, "Iya, ya. Kok sepi, sih!" timpalnya."Jangan, jangan,""Ah. Kita terlambat, Bunny!"Terlihat jelas raut wajah Alleta menjadi lemas tak b
Baca selengkapnya

Perkenalan.

Hai para reader yang baik dan ramah.  Salam kenal semua. Saya, Rhaniie. Sering dipanggil (Dede). Itu panggilan kesayangan dari keluargaku. Hi.... Aku hanya ingin menyampaikan, ini ceritaku yang kedua disini. Jangan lupa kasih dukungannya, ya.  Dengan cara : Rate!  Kalo boleh, bintang lima, ya. Hihi... Vote! Berapapun seikhlas kalian. Coment! Comen apapun terserah, ya. Yang penting itu benar kenyataannya. Apalagi kalo memberikan krisar. Makasih banget. Jangan lupa! Masukan juga ke pustaka kalian. OK! Semoga cerita ini bisa menghibur kalian semua. Mengambil hikmah didalamnya, dan.... Semoga kalian diberi kesehatan selalu, panjang umur, dan di gampangkan rezekinya. Sukses semua! Makasih! Sarangheo! Salam hangat dan cinta sebanyak-banyaknya. From : Istri halunya Mas Tae.             &n
Baca selengkapnya

Ungkapan ketulusan

Gibran dan Alleta berjalan menuju ke salah satu bangku paling pojok.Serettt…Gibran menarik sebuah kursi untuk Alleta duduki."Silahkan!" seru Gibran manis kemudian ia ikut duduk sebentar."Mau pesan apa?" tanya Gibran."Em, sepertinya bakso enak, Bunny!" ucapnya bersemangat."Pasti! Apalagi dengan cuaca yang kayak gini," tambah Gibran."Ok. Kalo gitu, aku pesan bakso aja!""Siap. Tunggu sebentar, ya?"Alleta mengangguk pelan dan Gibran langsung berdiri, melangkah menuju tempat memesan makanan.
Baca selengkapnya

Cemburu

Tak lama, suara gemuruh Mahasiswa/i yang akan pada makan di kantin kampus mulai berdatangan."Eh, ada Gibran!" seru seorang wanita tepat di samping Alleta.Gibran tersenyum menanggapinya."Gak nge las?" tanyanya.Gibran menggelengkan kepalanya, "Kita kesiangan," jawabnya."Kenapa? Pasti gara-gara jemput dia dulu, ya, kan?" tuduhnya sambil melirik Alleta sekilas.Hhhh….Alleta mendengus sebal. Gibran melihatnya jadi merasa lucu, "Enggak, kok. Karena tadi hujan lumayan deras, jadi kita neduh sebentar," jawab Gibran dengan tatapan terus fokus pada Alleta yang juga menatapnya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status