Aku menghela napas panjang. Sepanjang jalan kenangan kita berdua. Iya, kita. Aku dan kamu. Itu artinya kita. Rasanya gondok gimana gitu, udah capek-capek bicara, eh, yang kuajak ngemeng ternyata hanyalah seekor patung. Kesel, deh, akh, akh, akh. Ikh, ikh, ikh. Yang paling seksi, seksi sekali. Kamulah makhluk hidup yang paling seksi, seksi sekali.Udah, akh. Mending aku masuk ke dalam rumah. Gelap, Mak! Sangat gelap. Enggak ada cahaya sama sekali. Bagaimana ini? Lampu togok yang tadi dipinjamkan Pak Acung, sudah mati terhembus angin malam. Untung saja aku tidak phobia kegelapan. Dan untungnya lagi, aku walau bukan perokok aktif, selalu bawa korek hidung ke mana-mana.Kunyalakan korek api, lalu cuzzz. Lampu togok pun menyala dengan riang gembira. Bahagia rasa hati begitu melihat cahaya yang menerangiku di dalam kehitaman tanpa noda, dosa, suci lahir dan batin. Semakin ke sini, kalimatku kian bertele-tele. Jangan kalian anggap ini kesal
Read more