"Sudah mau pulang?" Pemuda yang menemui Caca meletakkan buket bunga di nakas. Bukan hal yang spesial, sih, hanya paduan krisan dan aster yang biasa ditemukan dalam acara-acara keluarga.Raut yang terbentuk di wajah Caca menyiratkan kebingungan. Dia melihatku dan si pemuda bergantian. "Bagaimana kamu bisa ada di--"Aku memotong perkataan Caca, "Sebentar. Ini siapa?" merasa tidak mengenal sosok yang menoleh padaku juga.Pemuda ini tidak lebih tinggi dariku, tetapi punggungnya tampak tegak ketika berdiri meski menggunakan busana kerja formal berjas. Bikin minder? Iya. Mungkin rutin olahraga, belakangan aku sendiri enggak sempat. Terlalu banyak masalah dan kerjaan."Selamat siang. Perkenalkan, saya Aksa Bagaskara, putra pertama dari Nugraha Salim.""Siapa?" Bentar, aku roaming beneran. Pengusaha yang mendominasi pasar pangan itu, kan?Maksudku, dominasi wajah si pemuda sama sekali berbeda dengan kalangan kami, terutama bagian tulang hidungnya yang tinggi."Klien baru Papa." Caca mengulurk
Read more