Home / Romansa / Dinikahi CEO berstatus Duda / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Dinikahi CEO berstatus Duda: Chapter 81 - Chapter 90

103 Chapters

Mario?

Suasana makam siang kali ini mendadak rame, Aruni dan Rama yang ikut bergabung bersama keluarga kecil Adrian menambah suasana kehangatan di ruangan tersebut.Pujian demi pujian banyak Adrian dan Rama lemparkan kepada Anna yang sengaja membuatkan makanan kesukaan mereka. "Aruni, maaf ya kakak tidak tau makanan kesukaanmu, jadi makan yang ada saja ya" ucap tak enak hati. "Tidak apa kak, Aruni suka ini semua kok""Alah, adiknya abang kan penyuka semua jenis makanan mana mungkin tidak ada yang kamu tidak sukai" timpal Rama dengan gelengan. Aruni mencebik kesal, "abang jangan bukai aib aku didepan kakak ipar dong" pinta Anna memelas. "Lagian dari kecil sampai sekarang hobinya doyan makan, tapi lumayan sih sekarang badannya gak gendut-gendut amat padahal porsi turun tuh, heran deh" kekeh Rama, entah itu pujian atau keluhan seorang kakak pada adiknya."Masih doyan semur jengkol gak?" tanya Adrian menimpali. "Masihlah, mana mungkin dia lupa sama semur jengkol, orang tiap pesen makanan ya
Read more

Jangan tinggalin aku

"Ann, ikhlas itu memang tidak mudah tapi setelah ini saya sudah sepenuhnya ikhlas. Mencintai seseorang bukan berarti harus memiliki kan? Melihat kamu lebih bahagia dengannya membuat saya senang. Itu artinya kerelaan saya tidak sia-sia." Lirih Mario. Mata teduhnya memindai tubuh Anna dari ujung kaki sampai puncak kepala dengan lekat. Seketika bibir tipis itu membuat sebuah simpulan, matanya yang teduh kini berkaca-kaca. Anna terlihat lebih cantik sekarang, dengan balutan hijab serta gamis yang membuatnya kini lebih berbeda. Menjadi lebih manis. Mario yakin, ditangan Adrian gadisnya itu menjadi banyak berubah ke hal yang positif. Anna semakin lebih baik dan membuat Mario sadar bahwa cinta Adrian pada gadisnya lebih besar daripadanya. Mario tahu, Adrian bukanlah orang sembaranga. Ia terlahir dari kalangan keluarga terhormat, di dunia perbisnisan bahkan nama Adrian tidaklah asing. Adrian menjadi salah satu yang masuk menjadi salah satu top five, pengusaha sukses diusia muda dengan berb
Read more

First time sekolah

Hari ini, sebelum matahari muncul keperaduan. Dua anak kecil itu sudah siap dan tengah duduk di meja makan menunggu ayah dan bundanya menemui mereka. Wajahnya begitu cerah, sesekali senyuman manis itu tercetak diwajah manis mereka. Keduanya nampak bersemangat sekali. Ronald dan Bayu yang baru saja bangun, seketika ketar-ketir saat bi Sari memberitahu mereka kalau kedua majikannya sudah rapi dan tengah menunggu diruang makan, mereka sontak menyelesaikan ritual paginya dari mulai mandi hingga beribadah mereka lakukan secepat mungkin, takut kedua anak yang sudah siap itu berbuat nekat untuk pergi kesekolah sesubuh ini. Bi Sari tersenyum saat melihat Raja dan Ratu tengah asik membicarakan dirinya yang begitu lues memasak makanan favorit mereka. "Nanti aku juga pengen seperti bibi dan bunda yang jago masak," antusiasnya Ratu berbicara mengenai harapan masa depannya yang diamini oleh sang kakak."Non kalau mau jago masak, harus rajin belajar sama bunda" ucap bi Sari menyelesaikan masaka
Read more

Cerita anak-anak

Seusai membersihkan diri, Adrian turun menghampiri kedua anaknya yang tengah asik belajar menggambar sembari memurojaah surat-surat pendek yang sudah mereka hapal.saking asiknya, keduanya mengabaikan Anna yang tersenyum bahagia memperhatikan mereka. "Waja'alnaa fauqoqum ...""Fauqoqum ..." Raja terus saja mengulang-ulang hapalannya yang ia lupa sementara Ratu masih asik mewarnai enggan membantu. "Sab'ang syidaadaa," sambung Adrian dengan gelengan gemas duduk disamping Raja. "Maaf ayah, abang sering lupa diayat itu" keluh Raja dengan menunduk. Adrian mengangguk, ia membawa Raja kepangkuannya. "Its okay boy, tidak apa-apa. Kita ulang lagi ya, ayo ayah bantu" Raja mengangguk, ia pun kembali mengulang hapalannya sampai tuntas dengan sesekali Adrian membantu mengingatkannya. "Sadaqollahhuladzim," ucap keduanya bersamaan."Nah, itu hafal. Cuma abang harus raji murojaah lagi ya, nanti kalau udah lancar lanjut ke juz 29 ya dibantu sama jaddun nanti biar tambah lancar" ucapnya Adrian, ia
Read more

Drama pagi

Hari-hari berlalu, Anna semakin menikmati perannya sebagai istri sekaligus ibu dari dua anak ajaib yang sangat menggemaskan. Setiap pagi dirinya akan lebih sibuk dibanding bi Sari, dari mulai memasak untuk sarapan, menyiapkan bekal anak-anaknya sampai mengurusi ketiga orang yang sangat ia sayangi itu. "Morning."Adrian membuka matanya malas saat tangan lentik istrinya itu menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya. Adrian tak terima, tangan besarnya kembali menarik selimut itu hingga menutupi tubuhnya. "Bangun mas, bentar lagi jam tujuh," tutur Anna lembut, tangannya kembali menyibakan selimut Adrian. "Sebentar lagi, mas cape" keluhnya Adrian begitu manja, entah kenapa setelah menikah dengan Anna sikap coolnya jadi hilang, menguap begitu saja. Ia malah semakin manja pada istrinya itu melebihi kedua anaknya. "Emang mas gak masuk kerja hari ini? Kata Rama ada rapat penting nanti pukul sembilan, Aruni juga tadi chat aku katanya butuh banget tandatangan kamu buat proyeknya. Aku suruh
Read more

Drama pagi 2 (perdebatan kecil)

Suasana hangat masih menyelimuti keluarga Adrian pagi ini. Entah kenapa, semenjak Adrian menikah, Dapur menjadi ruang favorit mereka untuk saling bercengkrama dengan riang di pagi hari. Entah itu candaan, keluh kesah, atau juga keinginan.Anna begitu bersyukur, kedua anak Adrian sangat menyayangi dirinya bahkan tak pernah menyusahkan dirinya. Prihal rewel dan manja mungkin hal yang lumrah untuk anak-anak, apalagi kedua anak Adrian kan kekurangan kasih sayang seorang ibu, jadi wajar jika mereka begitu manja padanya. "Bunda, nanti pulangnya kerumah oma ya?" Pinta Raja dengan mata berbinar. "Gak kerumah jiddah?" jawab Anna dengan berbalik tanya. Pasalnya selama mereka tinggal di mansion, Raja tak pernah sekali pun absen bermain dipesantren al-anwar ditemani salah satu pengawalnya. Siapa lagi kalau bukan Bayu. Pria itu yang selalu setia menemani Raja pergi ke pesantren al-anwar, yang rela ikut nyebur ke kolam lele demi menemani si tuan muda untuk memanen lele bersama jaddunnya. Yang rel
Read more

Jangan terlalu ikut campur

Sudah setengah hari, ketiga perempuan berbeda usia itu menghabiskan waktu bersama dari mulai pergi ke salon untuk sekedar spa atau perawatan lainnya hingga kini ketiganya baru saja menginjakan kaki di mall terbesar yang ada di Jakarta ditemani kedua pria berbadan kekar yang selalu menemani mereka atas perintah Adrian dengan jarak yang lumayan agak jauh, agar ketiganya tidak begitu risih. Melati berjalan dengan menggandeng Anna serta Aruni disamping kiri dan kanannya, sesekali diselingi canda dan tawa. Tapi tidak dengan Aruni, untuk hari ini rasanya moodnya sedang berantakan, sedari turun dari mansion tadi Aruni bahkan tidak pernah mengeluarkan suara, ia masih dalam mode silent treatmentnya, membuat Anna dan Melati berusaha untuk menghiburnya."Kalau model ini kamu suka, enggak?" tanya Melati menunjuk salah satu abaya berwarna hitam."Lebih suka yang model abaya gini atau gamis biasa aja?" Melati kembali bertanya dengan menunjukkan kedua model gamis ditangan kanan dan kirinya pada Ann
Read more

Komunikasi kunci sebuah hubungan yang baik

Sialan. Adrian terus mengumpat dalam hatinya, ia begitu menyesal dengan apa yang diperbuatnya hingga membuat Anna terisak dan mendiaminya saat ini. Padahal niatnya tadi ingin bermanja setelah seharian itu Anna menghabiskan waktu dengan ibunya. Namun, sialnya emosi Adrian yang tak bisa terkontrol membuat ia kelepasan mengeluarkan nada tingginya. Dan kini, sudah satu jam sejak ia kembali dari mesjid untuk shalat magrib, Adrian masih menunggu di sofa dengan mata tak teralih memandang pintu kamar sang anak, dimana istrinya itu berada. Clek.Suara pintu kamar yang ia pandangi terbuka perlahan, membuat ia refleks berdiri. Dilihatnya Anna dan anak-anak yang sudah rapi membuat Adrian cukup khawatir. Ia takut kejadian dulu terulang lagi. "Mau kemana? Kok sudah pada rapih, hemm" Adrian bertanya takut-takut saat kedua matanya beradu dengan manik tajam milik Anna. "Ayah basa basinya jelek deh, sudah jelas kami kalau udah rapih gini mau kerumah jiddah buat setor hafalan" kekeh Raja. Adrian m
Read more

Masalah Aruni

Pukul tiga pagi Anna mengerjapkan matanya saat alrm pesantren berbunyi, bibirnya mengulas senyum ketika netra coklat itu menangkap wajah damai kedua anak kembarnya yang tengah memeluknya. Sejenak memandang wajah damai mereka membuat hati Anna begitu berbunga, ia sangat bersyukur bisa memiliki kedua anak baik yang menyayanginya begitu tulus. Tuhan memang adil ya, ia mengangkat rahimnya namun ia malah menggantikannya dengan pertemuan berharga anak kembar yang sekarang sudah menjadi anak nya sendiri. Anna memandang keluar jendela, menyaksikan langit yang perlahan berubah warna dari hitam pekat menuju biru lembut. Suasana pagi yang tenang dan dingin terasa sangat kontras dengan kehangatan yang ada di dalam pelukannya. Ia merasakan kehadiran kedua anaknya sebagai berkah yang tak ternilai, sesuatu yang sangat ia hargai setelah perjalanan panjang menuju kebahagiaan ini.Sambil perlahan merapikan selimut di atas tubuh anak-anaknya, Anna mengingat kembali perjalanan hidupnya. Banyak yang men
Read more

Adik saya kenapa?

Bayu menghentikan mobilnya tepat di halaman rumah sakit, usai mematikan mesin buru-buru ia bergegas membukakan pintu untuk Adrian dan Rama. Setelah itu mereka bertiga bergegas memasuki rumah sakit dengan penuh kekhawatiran. "Yu, dimana mereka?" tanya Rama begitu kentara dengan wajah paniknya. Bayu terkesiap, ia menunjuk kearah UGD. Dimana Anna tengah terduduk lesu menatap kosong pintu ruang UGD dihadapannya, buru-buru Adrian berlari menghampiri. "Sayang," tegur Adrian segera mendekat. Anna mendongak, ia bergerak memeluk Adrian dengan tubuh gemetar. "Aruni mas," lirihnya. "Adek gue kenapa An, kenapa bisa ada disini?" paniknya Rama menuntut penjelasan pada Anna. Anna menggeleng lemah. "Aku gak tau, aku baru saja dapat telpon dari nomor Aruni. Tiba-tiba malah dikabarin begini," Rama membuang napas lelah, ia mengusap wajahnya kasar. Sepagi ini pikirannya sudah begitu kacau, ditambah kronologi kecelakaan Aruni yang tidak ada satu pun mengetahuinya membuat Rama merasa teramat bersala
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status