Home / Romansa / Dinikahi CEO berstatus Duda / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Dinikahi CEO berstatus Duda: Chapter 71 - Chapter 80

103 Chapters

Kerapuhan hati adrian

Suasana malam ini cukup mencekam bagi Adrian, tepat pukul 00.00 dini hari jam berdenting menandakan bahwa hari sudah berganti dalam seminggu. Adrian menghela nafas, ia masih merasakan kegundahan yang tiada tara.Malam ini, memang malam pertama Adrian kembali menempati kamarnya namun dengan wanita yang berbeda. Ada kilatan kekecewaan dihatinya yang masih tersisa, namun melihat wanita yang tengah berbaring dihadapannya bibirnya tersenyum manis. Ia merasa seperti kembali jatuh cinta."Sayang, aku sudah menemukan orang yang tepat untuk menjaga anak-anak kita. Maaf, bukan maksud aku menggantikanmu" lirih Adrian dalam hati.Meski pernikahan Adrian sudah berjalan hampir tiga bulan, namun sampai saat ini Adrian belum bisa melupakan mendiang istri pertamanya. Wanita yang begitu solehah yang mampu membuat ia takluk. "Esok, aku akan mengenalkannya padamu. Maaf, aku bukannya jahat sama kamu tapi hidup harus tetap berlanjut. Anak-anak butuh sosok seorang ibu, dan aku tidak bisa memerankannya. Mer
Read more

Bertemu?

Adrian semakin mengeratkan pelukannya pada Anna, malam ini keduanya sudah berbaring diranjang setelah Anna berhasil mendiamkan tangis Adrian yang merindukan mendiang istri pertamanya.Adrian menghela nafas beberapa kali saat menatap wajah Anna yang cantik dan begitu damai saat tertidur, rasa bersalah kini kian merasuki hatinya. Sikap Adrian malam ini rasanya begitu jahat, ia takut Annanya itu kembali meragukan perasaan dirinya setelah Anna tau jika cintanya belum sebesar cinta dia pada mendiang istrinya.Cup.Untuk meredakan rasa bersalahnya, mengecup bibir Anna beberapa kali dengan pelukan yang semakin erat membuat tidur Anna terganggu saat ini."Enghhh ..." Lenguh Anna.Adrian terkekeh, ia begitu gemas dengan raut wajah Anna yang merenggut."Mas, kok gak tidur?" tanya Anna kaget dengan suara seraknya ketika kedua netra Anna menangkap basah Adrian yang tengah terkekeh memperhatikannya.Adrian menggeleng, ia mengecup puncak kepala Anna. "Gak bisa tidur ya?" tanyanya Anna dengan sediki
Read more

Pertemuan

Adrian tersenyum, ia melepaskan genggaman tangannya dari tangan Ratu dan Anna. "Apa kabar pak kim?" tanya Adrian tersenyum ramah dengan mengulurkan tangannya untuk menyalami pria yang lebih tua darinya. Pria yang disapa kim itu terdiak kaku, ia ragu hendak menerima uluran tangan dari gus yang sudah lama tak lagi dilihatnya."Ini beneran gus Rian?" tanyanya memastikan. Adrian mengangguk, membuat pria yang disebut kim itu berhambur memeluknya."Apa kabar gus? Lama tak jumpa, bapak rindu loh" ungkapnya menepuk punggung Adrian.Adrian mengangguk, ia membalas pelukan satpam tersebut. "Alhamdulillah baik pak, gimana kabar kalian? Bu nyai sama pak kiyai sehatkan?" Pak kim melepaskan pelukan, ia mengangguk sebagai jawaban. Lalu matanya melirik kesisi kanan dan kiri Adrian. "Ini gus dan ning kecil udah sebesar ini ya" isak pak kim tak percaya, Adrian mengangguk sebagai jawaban.Anna yang sedari terdiam kini menyuruh kedua anaknya untuk menyalami pak kim dengan takzim, keduanya pun dengan ram
Read more

Extra ordinary kids

Abang turun, kesian itu nenek-neneknya berat nahan beban abang. Abangkan gendut," celetuk Ratu.Seketika kedua mata teduh Raja terbuka lebar, bibirnya mengerucut tak terima dengan perkataan sang adik. Sejak kapan dirinya genduk? Berat badannya juga cuma naik dua kilo bulan ini, yang adiknya sendiri yang gendut dengan pipi gembul dan perut buncitnya. "Jiddah sayang," peringat Adrian disela obrolannya dengan abi Hasan dan Fahri, sementara Anna masih diam membisu. Bingung harus memulai percakapan darimana, jujur saja dirinya tak pandai basa-basi untuk membuka obrolan dengan orang baru."Abang gak gendut ya dek, adek aja yang gendut" protes Raja dengan turun dari pangkuan umi Saroh."Iya abang gak gendut, cuma lebar aja" celetuk Ratu dengan memeletkan lidahnya, seketika Fahri tergelak memperhatikan ning kecilnya itu."Om kenapa lagi malah ketawa, gak ada yang lucu!" Protes Ratu mendelik sebal. Fahri terdiam, ia tak menyangka dengan sikap Ratu yang begitu diluar dugaan."Sayang, jangan gi
Read more

Lanjutan

"FAHRI ... Apa-apaan ini, ponakan gue lo kasih apa?"Nah kan, baru juga Fahri berucap suara khas Rama terdengar. Ia berjalam cepat menghampiri mereka yang entah sejak kapan sudah berada di pesantren al-anwar. "Om Rama ..." Pekik Ratu dengan cepat menghambur kepelukannya. Rama tersenyum menyambutnya,"hello princesss ..." Sapanya. Fahri berdiri, ia berjalan mendekati Rama. Menepuk pundak tegas itu dengan pelan. "Apa kabar ente, sudah lama gak pernah lagi kesini. Sibuk banget kayaknya," cibir Fahri terkikik. Rama mendelik, ia duduk disamping Raja dengan Ratu dipangkuannya. "Gue baik," ucapnya datar.Fahri manggut-manggut, tangannya terulur memberikan jajanan cilor pada Ratu. "Cobain deh, ini enak" ungkapnya."Heh!" bentak Rama dengan segera menjauhkan tangan Fahri dari Ratu yang hendak menerima pemberiannya."Om," lirih Ratu, matanya berkaca-kaca. Bibir bawahnya telah bergetar, detik kemudian tangisnya pecah membuat Raja yang tengah anteng menikmati jajanan dihadapannya mengerjap kag
Read more

Penerimaan

"setelah ini, apa kamu masih akan menjauhkan abi dan umi dari kedua cucu kami?" abi Hasan bertanya dengan penuh kekhawatiran, matanya terpancar kesedihan. Lima tahun berpisah dengan kedua cucunya membuat abi Hasan seperti dilanda ketidak percayaan dengan kehadiran Adrian dihadapannya saa ini. Ini terasa mimpi baginya.Dengan senyuman hangatnya Adrian menggeleng pelan, sedari tadi tangannya tak lepas dari genggaman Anna."InsyaAllah tidak akan abi, Rian dan keluarga kecil Rian sudah memutuskan untuk tinggal kembali di mansion yang dulu pernah saya tempati dengan putri abi. Rasanya Rian sudah berdosa sekali memisahkan kalian dengan anak-anak " jawab AdrianAbi Hasan menatap Adrian dalam-dalam, berusaha mencari kejujuran dalam mata menantunya."Sekarang luka Rian sudah sembuh, abi emm ummi mohon doa restunya untuk Rian dan istri Rian. Semoga rumah tangga kami selalu diberkahi," lanjut adrian dengan nada penuh harap. Abi Hasan terdiam sejenak, kemudian tersenyum lembut. Ia merasakan ketul
Read more

Bertemu Zihra

Setelah melaksanakan shalat dzhur berjamaah dimesjid, kini Adrian dan abi Hasan tengah duduk bersantai diruang keluarga, disusul oleh Rama dan sikembar yang so soan ikut ngeteh bersama mereka."Ini kedua cucu Jaddun sudah pada sekolah belum?" Abi Hasan bertanya dengan gemas saat melihat Raja dan Ratu yang tengah asik menikmati buah jambu merah yang dipetik Fahri ditaman tadi.Raja mendongak,"belum, kata ayah bulan ini kita masuk sekolah. Iya kan ayah?" tanyanya memastikan pada Adrian.Adrian mengangguk, ia tersenyum manis kearah putranya."iya, inshaaAllah.""Bulan ini itu kapan ayah? Masih lama ya?" tanyanya Ratu begitu polos.Ketiga lelaki dewasa itu tertawa kecil mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut kecil Ratu. Adrian tersenyum dan mengusap kepala Ratu dengan lembut. "Tidak lama lagi, sayang. Mungkin minggu depan kalian sudah mulai sekolah," jawabnya.Ratu mengerutkan keningnya, lalu menatap Raja. "Minggu depan, kita harus bangun pagi-pagi, ya, bang? Kita gak boleh tidur
Read more

Ketakutan Raja

Sejak pulang dari pemakaman tadi, Raja masih tetap dalam mode ngambeknya. Ia terus saja mendiami orang-orang yang dia temui, termasuk adiknya sendiri.Tatapannya sendu, hatinya seperti remuk redam. Ucapan sang ayah yang membenarkan pernyataan ustadz Fahri membuatnya kecewa, Raja benar-benar seperti orang yang sudah menginjak remaja yang mengerti apa itu kehilangan dan kekecewaan.Bumi seakan mendukung kekecewaannya, ia ikut menangis dengan cara bertahap. Dari mulai gerimis lembut yang menyapa dedaunan hingga hujan deras yang menampar tanah dengan kerasnya. Hujan bahkan turun semakin deras, menimbulkan suara gemuruh yang membuat suasana semakin suram. Raja duduk di tepi jendela kamarnya, memperhatikan titik-titik air yang menempel pada kaca, membentuk pola acak yang tidak beraturan.Adrian yang sedari tadi berusaha keras membujuk pun akhirnya menyerah, membiarkan putra kesayangannya menikmati kesedihan untuk beberapa saat. "Tuhan, kenapa harus ibu? Bahkan Raja sendiri belum pernah mer
Read more

Part 79

Adrian melangkah menuruni satu persatu anak tangga dengan Raja digendongannya, nampak suara canda tawa dari kedua perempuan yang ia sayangi terdengar asik ditelinganya.Adrian mematung sejenak dari jarak yang tidak cukup jauh, memperhatikan bagaimana interaksi Anna dan putri kesayangannya itu. Seulas senyum tercetak indah diwajahnya saat melihat perhatian-perhatian kecil yang Anna berikan pada putrinya."Boy, lihat adikmu. Semburat diwajahnya begitu bahagia saat bundamu memberikan perhatian kecil padanya,"Raja yang sedari tadi ikut memperhatikan, mengangguk setuju."jangan berpikiran seperti tadi lagi ya. Bunda mu bukan orang jahat, ayah janji akan menceritakan tentang ibu kalian tapi Raja juga harus baik sama bunda. Terima dia, seperti dia menerima kamu dengan tulus selama ini" Raja hanya terdiam menanggapi.Adrian melangkah perlahan menuju Anna dan putrinya, menjaga agar langkahnya tidak mengusik momen indah yang tengah berlangsung. Dia menurunkan Raja dengan lembut, membiarkan anak
Read more

Tentang Rama dan Aruni

*Flasback on*Malam itu, suasana mansion menjadi gaduh ketika pintu rumah terbuka menampakan pria paruh baya dengan stelan hitam-hitam bersama sepasang anak yang berusia sepuluh dan delapan tahunan. Semua pandangan mata tertuju pada kedua anak yang bergandengan dengan wajah nelangsa. Adrian yang waktu itu baru berumur lima belas tahun, beranjak dari duduknya menghampiri sang ayah. "Darimana saja, kami mengkhawatirkan mu, ayah?" tanya Adrian memeluk erat sang ayah. "Hai boy, tolong antarkan mereka ke kamar tamu. Biarkan mereka istirahat," perintahnya."Mereka siapa, ayah?""Mereka akan menjadi teman kamu," jawabnya lugas. Semua orang yang sedari tadi terdiam, kini kompak berdiri menghampiri. "Mas, kamu bawa anak siapa? Mengapa kotor begitu?" Kali ini ibunya Adrian yang bertanya.Darius dan murni pun tak kalah syok, ia menatap sang kakak dengan penuh tanya. "Dar, abang kita sudah meninggal" ucapnya menepuk pundak kokoh Darius. "Abang bohong, bang agas sehat-sehat saja. Dia gak mun
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status