Home / Pendekar / PENDEKAR TAPAK DEWA / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of PENDEKAR TAPAK DEWA: Chapter 71 - Chapter 80

151 Chapters

PART 71

      Karena Uma na’e (Istana Sandaka) belum rampung pemasangannya, maka rombongan dari utusan keenam kerajaan itu menginap di rumah-rumah di sekitar Uma Na’e yang telah rampung pemasangannya secara darurat.      Baru keesokan harinya, setelah matahari sudah siang, rombongan utusan dari keenam kerajaan itu kembali ke kapalnya masing-masing untuk berlayar. Tiap utusan kerajaan masing-masing mendapatkan satu peti sahara besar perhiasan emas dan perak dari La Mudu untuk dipersembahkan kepada raja mereka masing-masing. Dan tak lupa La Mudu memberi buah tangan berupa sekantong perhiasan emas dan perak juga kepada tiap urusan, seperti janjinya kemarin.       Setelah keenam kapal utusan dari keenam kerajaan itu telah berlayar, La Mudu tidak kembali ke kapal, namun langsung menuju Uma Na’e (Istana Sandaka) yang diikuti oleh segenap wanita yang tel
last updateLast Updated : 2021-09-26
Read more

PART 72

        La Mudu hanya menunduk mendengar cerita itu, namun Putri Mantika hanya menatap kosong ke depan tapi kedua mata indahnya telah digenangi oleh cairan bening. Ia membiarkan saja air matanya menetes satu-satu menimpa bagian pahanya. Hal yang makin memilukan hatinya adalah, ternyata laki-laki yang selama hidupnya ia panggil sebagai “ayahanda” dan yang sangat menyayangi dan memanjakannya adalah justru sang pembantai dan pemangsa kedua orang kkandungnya yang asli. Andaikata saudara kembar dampitnya, La Mudu, tidak datang atau tewas dalam tragedi yang sangat memilukan itu, tentu selamanya ia tetap menganggap bahwa La Afi Sangia alias Paduka Sandaka Dana adalah ayah kandungnya.        “Terima kasih atas ceritanya, Ama Pancala,” ucap La Mudu. “Kita tak perlu lagi larut dalam kesedihan. La Afi Sangia dan orang-orang yang terlibat
last updateLast Updated : 2021-09-28
Read more

PART 73

            La Mudu dan Putri Mantika menyaksikan acara pembagian itu di beranda depan Uma Na’e. Keduanya tak henti-hentinya tersenyum melihat wajah-wajah bahagia para warga saat menerima bagiannya masing-masing.         Saat itu Dato Hongli muncul dari dalam. Dan tanpa berkata apa pun, sang mantan jenderal perang dari Negeri Siane itu duduk di kursi di sebelah kanan muridnya.     “Eh, Ato...Sudah selesai semedinya?”bertanya La Mudu dan mencium tangan gurunya.     “Hm,” gumam Dato Hongli, lalu balik bertanya, “Belum selesai pembagiannya...?”     “Ini sudah melewati separuhnya dari keseluruhan penerimanya, Ato.”   
last updateLast Updated : 2021-09-29
Read more

PART 74

       “Apa kira-kira kapal-kapal ini kuat untuk pelayaran jauh?”       “Tentu saja, Ananda Jawara. Karena kapal-kapal ini merupakan kapal-kapal Bugis yang terkenal kuat dan terbuat dari kayu-kayu dengan mutu terbaik,”Bumi Osu merasa heran dengan pertanyaan itu, lalu ia bertanya balik kepada La Mudu, “Apakah itu berarti Ananda Jawara berencana untuk melakukan pelayaran jauh?”       “Iya, Bumi Osu,”sahut La Mudu tanpa melihat kepada lawan bicaranya, “saya berencana akan melakukan pelayaran menuju Negeri Sinae.”        “Negeri Sanae...?”Wajah Bumi Osu menunjukkan kekagetannya. “Jauh sekali negeri itu, Ananda Jawara.”        “Iya, benar! Menuru
last updateLast Updated : 2021-10-02
Read more

PART 75

         Sore perlahan turun. Pantai Naru yang berhadapan langsung dengan kokohnya Gunung Sangiang keadaannya tetap ramai oleh orang-orang yang melaut dan menunggu para suami atau saudara mereka yang pulang dari melaut. Wajah-wajah mereka terlihat ceriah penuh keakraban dan kekeluargaan. Sebuah suasana yang demikian lama tak mereka rasakan. Mereka adalah warga Tanaru dan desa-desa di sekitarnya.        “Kapan Kak Turangga memulai usaha penangkapan ikannya?”bertanya Putri Mantika. Saat itu keduanya sedang duduk bersisian di sebuah punggung batu karang di pinggir pantai.       “Kakak sudah membicarakannya dengan kakakmu, La Mudu. Sekembali dari Daratan Sinae, usaha itu akan segera Kakak buka. Tapi sebelum itu, ada hal penting yang akan Kakak lakukan...,” sahut La Turangga.   &
last updateLast Updated : 2021-10-03
Read more

PART 76

         Yang paling merasa ditinggalkan di antara seluruh pengantar adalah Meilin, tentunya. Ia belum begitu lama menikmati kebersamaan dengan sang suami, tapi sudah harus berpisah. Ia berdiri di antara Putri Mantika yang merupakan kekasih dan calon istrinya La Turangga, Dewi Kamuni (Dewi Kemuning Senja) yang merupakan kekasih dan calon istrinya La Santara, La Nilam Pambinta yang merupakan kekasih dan calon istrinya La Jangga Jo,  La Shinta Panala yang merupakan kekasih dan calon istrinya La Pabise, serta Dewi Wunta Ntara kekasihnya La Lewamori. Gadis pemalu yang terakhir ini adalah putri dari mendiang Dewa Bangga, dan usianya masih lebih muda dari gadis-gadis yang berdiri dengannya saat itu. Sederet gadis cantik itu tak bergeming di tempatnya berdiri hingga dua kapal yang mereka antar itu lenyap oleh lengkungan laut dan sudut pulau. Mereka mengiringi kepergian para laki-laki yang mereka cinta itu dengan
last updateLast Updated : 2021-10-05
Read more

PART 77

 Selama sang murid mengadakan pelayaran, otomatis yang menjadi orang yang paling didengarkan kata-kata dan perintahnya oleh segenap orang yang berada di Desa Tanaru adalah Dato Hongli. Sang mantan jenderal perang dari kekaisaran Dinasti Ming itu menggantikan posisi sang murid dalam kebijakan apa pun yang menyangkut kepemimpinan di desa yang baru kembali dibangun itu. Beliau harus hadir dan menjadi petunjuk dalam setiap geliat kehidupan warga desa mulai terlihat di segala sektor itu. Bagi yang bekerja di sawah dan ladang mereka mulai sibuk menggarap wasah dan ladang mereka, begitu pun yang beternak. Lalu yang menggeluti kehidupan lewat laut, nelayan pun menjalankan pekerjaan mereka dengan tanpa rasa takut lagi akan diserang oleh perompak mana pun lagi.        Untuk usaha pelayaran dan penangkapan ikan, orang yang sudah memulai usahanya adalah Bumi Osu. Enam kapal penangkap ikan dan satu kapal be
last updateLast Updated : 2021-10-08
Read more

PART 78

    La Saladi menepuk dahinya. Ia nyaris lupa dengan tujuannya. Ah, gara-gara tertawan oleh kecantikan para bidadari ia menjadi lalai. “Iya, Dato. Kami datang ke mari dalam rangka membawa pesan dari Paduka Sangaji meminta kesediaan Dato atau Jawara Mudu untuk memberikan pelajaran ilmu beladiri dan ilmu kesaktian lainnya terhadap putra dan putri raja, atau mungkin terhadap pajuri-pajuri kerajaan.”       “Hm...,” Dato Hongli manggut-manggut. “Ya, saya belum bisa memutuskan saat ini. Biarlah semua keputusan saya serahkan kepada murid saya, La Mudu. Saya pribadi ya senang-senang saja. Tapi seperti Tuan-Tuan lihat, usia saya adalah usia istirahat sembari menikmati ujung usia saya. Tapi jangan khawatir, saya akan membicarakannya dengan murid saya jika sudah kembali dari pelayarannya. Kelak saya akan mengirimkan utusan ke istana untuk membawa pesan keputusannya.”
last updateLast Updated : 2021-10-09
Read more

PART 79

      Setelah melewati Kota Quanzhou, La Mudu dan kelima sahabatnya melintasi sebuah padang Dongbu Xi Shu Caoyuan yang luas dan panjang. Jalur itu merupakan salah satu jalur alternatif yang menghubungkan Kota Quanzhou dengan kota-kota atau daerah-daerah lain di sebelah timur bahkan menuju ke Ibu Kota Pey King.       Dalam jarak tertentu, selalu ada pemukiman yang cukup luas dengan kehidupan masyarakatnya yang tenang. Namun dari kondisi rumah-rumah mereka yang tampak kurang begitu terawat, bisa dipastikan kondisi negeri ini belum begitu pulih benar setelah terjadi keruntuhan Kekaisaran dari Dinasti Ming beberapa puluh tahun yang silam.      Saat keenamnya mampir untuk mengisi perut mereka di sebuah warung makan yang cukup ramai di sebuah pemukiman yang bernama Shezhihu, mereka kurang mendapat sambutan yang ramah dari pada pelanggan yang sedang menikmati maka
last updateLast Updated : 2021-10-10
Read more

PART 80

      Saat rombongan La Mudu telah berada di mana kuda-kuda mereka diikat, pemuda yang tadi dikejar oleh lima laki-laki datang tergopoh-gopoh dan berkata, “Pendekar Mata Lebar, ijinkan saya untuk mengikuti rombongan kalian. Jika saya pulang sendiri saya pasti akan dihadang dan dibunuh oleh kelompok tadi. Kumohon...!”      “Kami akan menuju Ziangxi. Tempat tinggalmu di mana?” tanya La Mudu.       “Ya, saya juga tinggal di daerah sekitar itu. Tolonglah saya, Pendekar Mata lebar...!”        La Mudu melihat ke lima sahabatnya lau mengamati wajah pemuda yang lusuh itu. “Namamu siapa...?”       “Nama saya Shun Shin, Pendekar Mata Lebar...”    &nbs
last updateLast Updated : 2021-10-14
Read more
PREV
1
...
678910
...
16
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status