Home / Fiksi Remaja / Musuh Besar Si Gendut / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Musuh Besar Si Gendut: Chapter 41 - Chapter 50

108 Chapters

41. Best Kiss Ever

Aku tidak bisa tidur semalaman, ada rasa gelisah karena ketakutanku sendiri. Telingaku seperti menangkap suara langkah orang di depan kamarku. Aku takut… ada seseorang berniat jahat kepadaku.Aku sudah mengunci kamar ini, jadi seharusnya aman kan? Tetapi aku tetap mendengar suara itu.Hah! Akhirnya aku putuskan untuk mengambil ponsel dan mengetik cepat ke nomor yang baru saja ku save. Dengan nama Lucas Bodyguard.“Aku takut.” Send. Aku tak peduli lagi kalau ia mau meremehkanku, daripada aku tak bisa tidur semalaman. Daripada ak umati konyol…di tangan orang asing yang berniat mencuri… atau Mario yang meruoakan Maniac.“Why?” Jawabnya cepat. Ia sepertinya belum tidur, padahal sekarang sudah jam satu dini hari.“Aku mendengar suara langkah orang, aku takut ada seorang maniak yang mau masuk ke kamarku.” Jawabku jujur. Otakku saaat ini dipenuhi dengan banyak sekali bayangan buruk atas sesuatu hal
Read more

42. Lucas Yang Gemas

Tubuhku menggigil saat masih merasakan tubuh Lucas yang berdekatan denganku. Kami tidur di kasur yang sama…setelah sebuah make up session yang mengagumkan. Kenapa hanya dengan ciuman aku merasa seperti habis bercinta dengannya?Ia tidur dengan kaus abu-abunya, aku berharap ia tak memakai pakaian saat ini, agar aku bisa mengelus dada dan perutnya yang sepertinya sangat berotot. Kau ingin menyentuhnya… menciuminya…apakah aku terdengar seperti pervert? Masa bodoh? I want him, yet… aku ingat nasihat Rose, jangan berikan diriku terlalu mudah. Aku akan memastikan no sex without married dengan Lucas. Ha…I know itu sangat tidak fair untuknya, karena selama ini aku melakukannya dengan orang lain bahkan di kali pertama kami melakukan kencan. But I want us to be different. Aku mau kami benar-benar berujung di sebuah pernikahan. Indah…dengan anak yang banyak. Menua. Ah.. apa aku sedang bermimpi?Aku satu-satunya orang yang sadar, aku bisa
Read more

43. Bulu Mata Yang Indah

  “Kau mau aku menciummu lagi?” Tanyanya dengan bulu mata yang hampir menyapu mataku. Kenapa ia memiliki bulu mata yang sangat indah. Ia terlihat cute tapi menggoda…bagaimana mungkin?! Aku mengangguk. Kepalaku mengangguk! Dasar kepala…berani-beraninya kau mengangguk tanpa perintah langsung dari otakku! Aku tak sempat meralat kelakuan kepalaku yang mengangguk, bibirnya sudah menyambar bibirku dengan sangat …. Sangat memabukkan. Aku terhanyut dalam permainan bibirnya…seakan aku adalah sebuah lollipop yang sangat ia suka. Aku memejamkan mata menikmati setiap friksi dan sentuhannya. Hmmm… berciuman dengan orang yang kau cintai…ternyata sangat mengasyikkan. What…cinta? Apakah aku mengatakannya? Ciuman yang terasa sangat magical itu akhirnya berhenti berkat sebuah dering ponsel. Aku mau berpura-pura tak mendengarnya…tapi sepertinya dering yang tak kunjung berhenti itu membuat Lucas terganggu. Ia berhenti dan menjauh dariku, ia mengambil
Read more

44. Campus Couple

Kami tiba di kampus dengan statusku yang terlambat. Aku sudah memucat, ini adalah kelas perdana semester pendekku, dan aku terlambat setengah jam? Sangat impressive.Lucas sepertinya paham aku sedang gugup, terlepas aku membentaknya tadi…karena ia menuduhku perempuan matre.“Aku akan mengantarkanmu ke kelas, dan mengijinkanmu agar bisa masuk kelas.” Ucapnya santai. Niatnya baik, tapi karena aku sedang emosi, aku hanya mencebik.Saat keluar dari mobil, ada beberapa mahasiswa yang memperhatikanku, ada Rowena yang sedang berbicara dengan Gracia…teman sekomplotannya. Aku menoleh berlawanan arah, aku tak perlu memperburuk moodku saat ini.Aku dan Lcuas berjalan cepat, aku melihat jadwal mata kuliahku. Hanya ada dua mata kuliah, dan kelas pertama berada di lantai tiga di gedung baru. Aku mempercepat langkahku, untung saja aku memakai sebuah flip-flop, saat aku menaiki tangga aku setengah berlari karena cemas. Lcuas sepanja
Read more

45. Keberatan Kalau Kupanggil Kekasih?

“Kenapa? Kau keberatan kalau kupanggil kekasih?” Tanyanya dengan santai, wajahnya tersenyum kecil. Ia seperti sedang menggodaku.Aku menaikkan bahu, memang aku harus jawab apa? Aku sendiri bingung mau menjawab apa. Aku ingin berkata Iya, tapi aku terlalu keras kepala untuk itu. Aku ingin berkata tidak, tapi aku menginginkannya.Aku menghabiskan kue nikmat dengan suka hati, kuhapus ingatan mengenai kata kekasih tadi. Aku akan menikmati masa ini sebelum masuk lagi. Mata kuliahku berikutnya tak terlalu serius.Aku berjalan menuju kelas berikutnya, aku tahu kalau Lucas berjalan di belakangku. Dia mau apa? Aku malas bertanya, aku masih dalam fase diam setelah kejadian barusan.Saat tiba di kelas yang tertulis di jadwal, aku berbalik. Akhirnya tak sanggup menahan rasa penasaranku.“Kau tak boleh masuk ke kelas!” Ucapku dengan tangan berada di pinggang.“Kenapa? Setahuku…dosenmu berikutnya adalah orang yan
Read more

46. Goes to Manhattan

Aku bangun dini hari, aku lihat ke kananku Dave masih terlelap dengan dada telanjangnya. Ia telah bercinta denganku beberapa kali tadi malam, dan aku diam saja! Bodoh! Aku sangat bodoh! Aku benci dengan diriku sendiri. Aku melepaskan pelukannya di pinggangku. Aku bangun dan meringis nyeri di bagian bawah.Rasanya sangat sensitive dan menusuk. Sepertinya aku akan sangat sulit untuk berjalan. Akududuk dan meminum segelas air putih. Aku harus berpikir apa yang akan kulakukan setelah ini. Benar Dave dan aku sudah bertunangan tadi malam… tapi apakah aku mau hidup bersama dengannya selamanya, aku takut kalau aku sampai hamil..Dave akan menyusun rencana pernikahan sebentar lagi. Apakah aku mau menikah dengannya? No.Aku tak yakin ia adalah pria yang akan membuatku bahagia, ia menuntut dan tak memperdulikan kemauanku…perasaanku, terbukti kejadian tadi malam… aku pernah bilang kepadanya no-sex before marriage, bahkan berulang kali… dan tadi malam ia
Read more

47. Shitty Things

“Hai Travis…” Sapaku dengan suara agak kencang, agar pria dengan rambut semi gimbal itu mendengarku. Ia menoleh ke arahku dan matanya membelalak. Tangannya yang ia gunakan memeluk perempuan di sampingnya ia berjalan menghampiriku.“Kau Rose Watson? As in Rose? Teman sekolahku dari Texas?” Tanyanya dengan senyuman sangat lebar seperti orang kerasukan, ia berjalan ke arahku. Ia memakai sebuah kaus dan celana bahan berwarna hitam dengan sebuah apron putih bertuliskan ‘Baker of Mrs. Munn Bakery.’Aku mengangguk kepadanya dengan senyuman kecilku. Aku takut mengeluarkan ekspresi berlebihan, karena aku tak tahu siapa gerangan perempuan tadi.Padahal saat ini bukan jam operasional normal bagi para pedagang, ini masih terlalu pagi.. masih jam enam pagi. Tapi ia sudah membuka tokonya dengan seragam rapih.“You look good!” Pujinya saat berada di depanku. Ia memelukku erat dan aku membalasnya. Kami dekat, ralat&h
Read more

48. Pencegah Kehamilan

Travis memberikanku sebuah roti yang sangat lezat dengan isian vanilla dan susu. Aku menikmatinya dangen lahap, bahkan aku bisa menghabiskan roti yang kedua. Sungguh lezat roti buatannya.“Kalau kau sudah kenyang, ayo kita ke dokter yang kumaksud. Mumpung Clair masih bisa jaga toko sampai siang ini.” Ajak Travis yang langsung kuberikan anggukan setuju. Aku memberitahu terlebih dahulu kepadanya, bahwa aku tak punya uang…dan aku inginn menjual ponsel yang sekarang dalam keadaan non aktif ini. Aku menceritakan kepada Travis, bahwa bisa saja Dave memasangkan sebuah pelacak di ponsel ini. “Tenang saja… biar kuurus.” Ucapnya tenang dan mantap, ia seperti tahu apa yang harus dilakukan. Ia memintaku memberikan ponsel itu kepadanya.Kami mengucapkan selamat tinggal kepada Clair. Perempuan itu tersenyum lebar kepadaku, aku sempat mengira Clair adalah kekasih dari Travis…tapi ternyata ia memiliki nasib yang hampir sama den
Read more

49. Kuharus Lari Lagi

Aku sampai di bakery milik Travis dan ikut membantunya membuat beberapa batch, ternyata Clair memiliki kelas mengajar nanti siang, ia adalah salah seorang dosen pembantu di kampus yang terletak tak jauh dari sini.“Kau mengajar apa, Clair?” Tanyaku kepada sosok yang sudah full make up, ia adalah sosok cantik dan menarik, pantas saja aku salah mengartikan kalau ia adalah kekasih Travis.“Aku mengajar script editing di bagian literature.” Jawabnya santai, ia juga membantu memasukkan roti yang sudah jadi ke dalam kemasan yang sudah memiliki logo, Mrs. Munn bakery.“Wow…kau seorang editor?” Tanyaku kagum.“Kurang lebih, tapi aku suka bekerja di sini… walau si pelit itu tak menaikkan gajiku bertahun-tahun.” Ia menyindir Travis yang langsung tertawa kencang.“Aku juga membayarmu dengan cinta dan kasih sayang Clair…itu tak bisa dinilai dengan uang, kau tahu!” Jawab Trav
Read more

50. Alicia, Sang Mantan

Aku dan Travis mempersiapkan keberngakatanku yang tiba-tiba. Ia menyerahkan toko kepada Clair dan menjelaskan segalanya. Sampai saat ini aku aku juga belum tahu mau pergi kemana. Yang jelas Travis berjanji membawaku ke sebuah tempat yang aman, menurutnya.Kalau ibuku sudah bilang bahwa Dave sudah menemukan jejakku dan sudah menyebutkan kota Manhattan, bisa dipastikan ia akan datang mencariku sendiri…hari ini. Not a good Idea…I must run as far away as possible. Atau… haruskah aku memutuskannya sendiri… agar ia berhenti mengejarku? Agar aku bisa hidup dengan lebih baik? Tenang?Aku dan Travis sudah berjalan dengan pace yang cepat. Ia diam dan wajahnya tegang. Ia membantuku membawa beberapa supply lukisanku. Aku membawa pakaianku dalam tas ransel.“Apakah kita akan naik kereta?” Tanyaku yang terengah, Travis berjalan sangat cepat.“Nope. Kalau kau mau cepat ditemukan…kita bisa naik kereta…karena aka
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status