Beranda / Fiksi Remaja / Musuh Besar Si Gendut / 48. Pencegah Kehamilan

Share

48. Pencegah Kehamilan

Penulis: Abarakwan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Travis memberikanku sebuah roti yang sangat lezat dengan isian vanilla dan susu. Aku menikmatinya dangen lahap, bahkan aku bisa menghabiskan roti yang kedua. Sungguh lezat roti buatannya.

“Kalau kau sudah kenyang, ayo kita ke dokter yang kumaksud. Mumpung Clair masih bisa jaga toko sampai siang ini.” Ajak Travis yang langsung kuberikan anggukan setuju. Aku memberitahu terlebih dahulu kepadanya, bahwa aku tak punya uang…dan aku inginn menjual ponsel yang sekarang dalam keadaan non aktif ini. Aku menceritakan kepada Travis, bahwa bisa saja Dave memasangkan sebuah pelacak di ponsel ini. 

“Tenang saja… biar kuurus.” Ucapnya tenang dan mantap, ia seperti tahu apa yang harus dilakukan. Ia memintaku memberikan ponsel itu kepadanya.

Kami mengucapkan selamat tinggal kepada Clair. Perempuan itu tersenyum lebar kepadaku, aku sempat mengira Clair adalah kekasih dari Travis…tapi ternyata ia memiliki nasib yang hampir sama den

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Musuh Besar Si Gendut   49. Kuharus Lari Lagi

    Aku sampai di bakery milik Travis dan ikut membantunya membuat beberapa batch, ternyata Clair memiliki kelas mengajar nanti siang, ia adalah salah seorang dosen pembantu di kampus yang terletak tak jauh dari sini.“Kau mengajar apa, Clair?” Tanyaku kepada sosok yang sudah full make up, ia adalah sosok cantik dan menarik, pantas saja aku salah mengartikan kalau ia adalah kekasih Travis.“Aku mengajar script editing di bagian literature.” Jawabnya santai, ia juga membantu memasukkan roti yang sudah jadi ke dalam kemasan yang sudah memiliki logo, Mrs. Munn bakery.“Wow…kau seorang editor?” Tanyaku kagum.“Kurang lebih, tapi aku suka bekerja di sini… walau si pelit itu tak menaikkan gajiku bertahun-tahun.” Ia menyindir Travis yang langsung tertawa kencang.“Aku juga membayarmu dengan cinta dan kasih sayang Clair…itu tak bisa dinilai dengan uang, kau tahu!” Jawab Trav

  • Musuh Besar Si Gendut   50. Alicia, Sang Mantan

    Aku dan Travis mempersiapkan keberngakatanku yang tiba-tiba. Ia menyerahkan toko kepada Clair dan menjelaskan segalanya. Sampai saat ini aku aku juga belum tahu mau pergi kemana. Yang jelas Travis berjanji membawaku ke sebuah tempat yang aman, menurutnya.Kalau ibuku sudah bilang bahwa Dave sudah menemukan jejakku dan sudah menyebutkan kota Manhattan, bisa dipastikan ia akan datang mencariku sendiri…hari ini. Not a good Idea…I must run as far away as possible. Atau… haruskah aku memutuskannya sendiri… agar ia berhenti mengejarku? Agar aku bisa hidup dengan lebih baik? Tenang?Aku dan Travis sudah berjalan dengan pace yang cepat. Ia diam dan wajahnya tegang. Ia membantuku membawa beberapa supply lukisanku. Aku membawa pakaianku dalam tas ransel.“Apakah kita akan naik kereta?” Tanyaku yang terengah, Travis berjalan sangat cepat.“Nope. Kalau kau mau cepat ditemukan…kita bisa naik kereta…karena aka

  • Musuh Besar Si Gendut   51. Stay Safe, Baby

    Hariku di tempat ini sangat tenang. Tak ada kabar apapun dari Travis. Alicia yang membertahuku, karena Travis berjanji akan menghubunginya kalau ada kabar.Setiap hari aku menikmati udara segar dan suasana indah tempat ini. Aku merasa seperti ada di Swiss, soothing dan menangkan. Aku bahkan menyelesaikan dua buah lukisan dalam dua hari. Bukankah luar biasa. Aku membantu Alicia dengan pekerjaan rumah. Ternyata ia bekerja di sebuah parlor khusus piercing, ia bekerja kepada seorang pria tua yang sangat ahli dalam bidang tattoo dan piercing. Alicia bilang ia belajar banyak dari bossnya.Alicia tak bisa memasak sama sekali, ia terbiasa membeli makanan. Aku yang mengambil alih dalam urusan memasak, walau Alicia yang membeli semua bahannya. Aku tak berani berkeliaran jauh dari rumah, aku takut ada seorang mata-mata Dave yang melihatku.Ini sudah hari ke lima, dan Alicia menjadi panic karena ia tak mendengar kabar apapun dari Travis.“Apakah mungkin ia lupa

  • Musuh Besar Si Gendut   52. Desisan Lucas

    Aku masih sangat kesal dengan kelakuan Lucas. Apa yang ia perbuat tadi di parkiran akan memperburuk kehidupan kampusku. Aku tahu sebentar lagi aku akan lulus… tapi masih setidaknya tiga sampai empat bulan lagi sampai aku benar-benar lulus officially. Lalu aku harus bertahan hidup bagaimana? Apalagi sampai Lucas kembali ke Russia, siapa yang akan melindungku. Bukan berarti aku jadi bergantung dengannya…tapi…para wanita itu sangat buas kalau sedang marah.Aku pernah melihat anak junior yang di bully habis-habisan, karena tuduhan bertindak sombong dengan senior. Like seriously? Junior itu dikurung di kamar mandi paling ujung gedung lama, di tempat koridor yang tak pernah dihuni lagi, ditambah mitos tentang hantu dan penghuni tak kasat mata lainnya. Para senior itu mengancam siapapun yang mau mendekat akan bernasib sama…akhirnya si Junior yang dikurung itu baru bisa keluar saat malam hari, saat paa senior pulang, salah satu petugas keamanan yang menget

  • Musuh Besar Si Gendut   53. Kau Menyiksaku!

    “Kau bilang tak ada yang bisa mencegahmu bekerja untuk Dave? Apakah aku tak berarti untukmu?” Tanyaku dengan suara nasal yang menurutku menggoda, aku membasahi bibir bawahku. Ia mengikuit sapuan lidahku saat membasahi bibir atasku, lalu ia menelan ludah dengan sulit. Hah! Rasakan!“Kau bisa berujung seperti Rose kalau kau tak berhenti menggodaku. Aku hanya pria biasa…yang terkadang bisa mabuk karena sulutan napsu.” Ancamnya.“Aku bisa pergi seperti Rose, atau bahkan kami akan bertemu… dna kabur bersama…mencari pria luar yang baik hati dan mau menampung kami…two beutifull girls…tak ada yang bisa menahan dirinya kan?” Jawabku masih menempelkan dadaku dengannya.“Kau yang memancingku… berhentilah Lindsay…aku harus mencari sahabatmu..” Lucas seperti memfokuskan konsentrasinya untuk menghiraukan godaan dariku. Benarkah? Apa kau yakin bisa menahan semua godaanku..tuan heba

  • Musuh Besar Si Gendut   54. I Want to Love My Life

    “Apa maumu?!” Tanyaku lewat telepon. Aku meminjam telepon Alicia dan menelepon Dave. Aku mendapatkan nomornya dari Clair. Dave sendiri yang berpesan, kepada Clair…kalau mau semua tuntutan dicabut…Aku yang harus menhubunginya langsung. Dasar pria brengsek itu!“Kau!” Jawab suara pria yang sudah lama tak kudengar. Suara pria yang awalnya bisa membuatku bahagia, membeikan harapan lebih kepadaku, tapi sekarang menjadi suara orang yang paling kubenci.`“Lepaskan Travis dan Clair, mereka orang yang sudah membantuku! Kau terlalu jahat….” Ucapku menahan air mata. Aku baru sadar bahwa aku belum siap bertemu dengannya. Aku menangis, karena aku berbicara dengan air mata mengalir deras.Aku tak berbicara untuk waktu yang lama. Dan akhirnya Dave menjawab. Suaranya jauh lebih lembut.“Listen Rose, aku minta maaf. Aku berjanji takkan melakukan hal yang sama kalau memang kau tak mau melakukannya. Aku ak

  • Musuh Besar Si Gendut   55. Rendezvous

    Aku ditunjukkan sebuah kamar dua sekat. Satu kamar tidur dan satu kamar mando. Cukup untuk sementara. Aku membayar biaya sewa minimal… yaitu untuk satu bulan. Lalu sang pemilik kamar sewa pergi. Ini adalah sebuah rumah besar yang memiliki banyak kamar tersekat. Satu bangunan luas…yang hanya terdiri dari petakan kamar dan satu buah dapur besar.Aku cukup puas dengan tempat ini. Aku meletakkan semua barangku. Sudah ada kasur dan sepreinya. Aku hanya tinggal mandi dan tidur. Aku akan menghadapi Dave esok hari. Sebenarnya aku sangat lapar saat ini, tak bagus untuk kesehatanku…belakangan ini memang lambungku sering protes, tapi karena aku hidup menumpang…aku sungkan untuk meminta makanan kalau ia tak menawarainya terlebih dahulu. Biasanya aku memakan roti siang hari, walau aku memasak di dapur Alicia.. Aku hanya memakannya saat sang pemilik rumah makan bersamaku, entah,..mungkin karena perasaanku saja… tapi aku merasa seperti pencuri kalau aku me

  • Musuh Besar Si Gendut   56. Konfrontasi

    Lindsay dan Lucas yang mengantarkanku bertemu dengan Dave, mereka berjanji akan tetap berada di ruangan yang sama. Aku sempat bertanya kepada Lindsay kenapa ia membelaku seperti sekarang, ia menjawab… karena ia tahu apa yang terjadi dan apa yang selama ini menjadi prinsipku. Ia berpikir pasti Dave memaksaku saat itu, walaupun aku memberi penjelasan sebenarnya bahwa aku seperti dihipnotis dan mengangguk saja saat ia melakukannya, aku merasa diriku bodoh, dan aku merasa digunakan? Entahlah. “Rose… kau tak perlu berpikir keras…aku akan menemanimu, tenang saja! Ada Lucas…ia pasti takkan berani macam-macam.” Ucap Lindsay yang duduk di kursi penumpang depan, berdasarkan keterangannya…ia saat in sedang memiliki jadwal kosong…makanya ia langsung pergi menemuiku. “Babe…kita makan dulu yaa…” Ucap Lindsay. Aku menahan senyum, ia memang terlihat sangat cocok dengan Lucas. Dan pria di sampingnya memang sangat sabar dalam memnghadapi Lindsay. Setidaknya itu yang kulihat. Lucas men

Bab terbaru

  • Musuh Besar Si Gendut   108. Perkosa Aku, Istriku! End

    Lindsay mendapatkan happy endingnya. Sehari setelah resepsi pernikahanku di Brazil, ia melangsungjan resepsi pernikahannya di hari berikutnya..di tempat yang sama…sama meriahnya dengan dirinya berbalut gaun indah dan mempesona. Lindsay menjalani pernikahannya dengan indah..ia dan Lucas berlibur ke beberapa pulau eksotis seperti Maldies, Bali dan Jeju…untuk bulan madu mereka. Mereka baru berhenti berpergian untuk bulan madu, saat Lindsay postif hamil dua bulan kemudian. Bukankah itu sangat enak? Lindsay maksudku, ia bisa mendapatkan bulan madunya selama dua bulan, traveling ke tempat indah..sebelum cooling down di Vegas karena hamil. Sementara aku, sejak pernikahanku… aku tak boleh berpergian kemanapun menggunakan persawat… karena kehamilanku, tentu saja. Perutku sudah sangat besar…bahkan aku tak bisa tidur dengan terlentang lagi… aku hamil anak kembar lagi! Dave dengan sperma yang seperti Sparta! Bagaiamana mungkin ia menggunakan kondom dan masih bisa membuatku hamil

  • Musuh Besar Si Gendut   107. The Man Is Mine! And Mine Alone!

    Hal yang paling menyebalkan di dunia adalah menunggu. Aku berada di aula depan kastil kami di Brazil… menghadiri pernikahan super megah dari Dave dan Rose. Ya mereka akhirnya akan menikah, setelah diketahui Rose sedang mengandung anak Dave, mungkin hari ini adalah usia kandungannya yang ke delapan minggu. Seharusnya ini adalah upacara pernikahanku… namun semua itu akhirnya ditunda karena Dave lebih memiliki alasan urgensi. Sementara aku dan Lucas masih berjarak tempat..ia masih di Guatemala.Lucas kemarin malam berjanji akan datang, ia berusaha akan datang…menyelesaikan semua urusannya di sana…dan terbang di penerbangan pertama. Aku sampai sekarang belum bertemu dengannya, padahal acara sebentar lagi akan dimulai. Agh… kenapa ayah menjadi sangat menyebalkan..aku menyesal karena ak ikut dengan Lucas ke Guatemala, bahkan kami belum melaksanakan malam pertama kami. Damn it! Aku sudah protes kepada ayah, dan ia hanya menjawab bahwa Lucas belum m

  • Musuh Besar Si Gendut   106. Kondom Bocor?

    Aku tak menerimanya, mataku memandang lurus ke arah matanya yang memohon."Aku tak suka susu." Jawabku ketus. "I just wanna sleep...in peace! Tak bisakah aku tidur?""Kau boleh tidur setelah meminum ini, kau muntah dan kehilangan tenaga...please Rose!""Kalau ini semua akibatmu, kenapa aku yang harus merasa susah.""Aku menderita saat tahu kau hamil dan kehilangan anak kita setelahnya, aku sering bermimpi dua anak lelaki lucu yang memiliki wajahmu dan warna rambutku... Rose..Mereka anak kita yang meninggal... Aku selalu menangis saat bangun tidur saat bermimpi mereka..jika saja semua baik-baik...mereka mungkin sudah lahir dan sangat menggemaskan..." Ia seperti orang yang meratap. Aku bisa melihat kesedihan dalam wajahnya.Kalau ia sudah seperti ini, aku tak bisa lagi mengelak. Akhirnya aku meminum habis susu itu, dan ia tersenyum lebar. Setelah meletakkan gelas susu itu..ia menunduk dan mencium perutku yang masih datar."Sehat terus... anak-

  • Musuh Besar Si Gendut   105. Dua Garis Biru

    Aku menghabiskan waktu dua hari lagi di pantai yang sama dimana Dave dan aku kembali bersama. Ya.. aku sudah yakin dengan keputusan itu. Sejak saat itu juga, Dave memindahkan semua barang-barangnya ke kamar yang sama denganku."Persetan dengan penunggu kamar pojok! Aku tak mau lagi tinggal di kamar itu. Aku rela membeli berdus-dus kondom kalau perlu." Ucapnya suatu malam, saat aku memaksanya kembali ke kamar. Tentu saja ia mengatakannya dengan tenang dan penuh senyum. Yang ada di kepalanya adalah urusan ranjang. Thats it!"The condom part... Is actually not included!" Jawabku malas. Aku sedang berbalas pesan dengan Lindsay."It is! Tentu saja...! Apa mulai sekarang aku bisa melakukannya tanpa kondom?!"Pft... Ia terus mengulanginya. Ia sengaja membicarakan hal semacam itu agar ia mendapatkan jalur mulus melancarkan aksinya. Biasanya aku selalu terperdaya.Aku diam, malas membalas. Bahkan rambutku belum kering dari kejadian di kamar mandi baru

  • Musuh Besar Si Gendut   104. Pernikahan Vs Tugas Mendadak

    Ia melepaskan ciumannya, memangku dengan serius. "Be mine... Aku tak mau menunggu...now! Be mine! Linds... Please! Marry me!""Bukankah kau memang sudah jadi suamiku?" Jawabku masih terengah."Kau masih marah? Aku melakukannya hanya karena aku menginginkanmu...so bad Linds... Aku tak bisa melihat kau dengan pria lain." Ucapnya lagi."Hmm...""Kau boleh menghukumku.. apapun itu, tapi... Nikahi aku dulu...""Apa aku bisa menolak?" Tanyaku."No.. aku akan membawamu langsung ke altar.. saat ini..detik ini!" Ucapnya. Ia meletakkanku ke kursiku semula.Ia menyetir mobil dengan cepat. Aku hanya diam.. masih setengah shock dengan welcome kiss dari Lucas. Ia bilang mau menikah sekarang juga? Semoga saja ia hanya bercanda.Sepuluh menit berikutnya kami berada di parkiran sebuah capel. Ia tak bercanda!"Lucas!" Protesku."Please..Linds... I can't... Just can't stand it anymore!" Pintanya dengan sungguh-sungguh.

  • Musuh Besar Si Gendut   103. Be Mine, Linds!

    Aku masih tak percaya dengan apa yang Dave barusan bilang. Jadi dia dan Rose bersama?! Bagaimana bisa?! Apa jangan-jangan Dave menggunakan dukun untuk memantrai Jen? Ini di luar akal sehat?! Bahkan aku adiknya saja tak percaya Dave dan Rose akan bersama. Satu karena Rose dan Dave tidak satu kutub...mereka berlawanan, dua karena ada Louis?! Bagaimana bisa Rose meninggalkan Louis?!Aku ingin bicara langsung dengan Rose.. memastikan. Apa yang dikatakan oleh Dave benar. Tapi setiap kali aku meneleponnya kembali, nomor itu tidak diaktifkan.Nonna masuk ke dalam kamar, dengan segelas tehnya..sebuah teh dengan gelas elegan dari dinasti kuno. Mungkin dari dinasti Ming? Entahlah.. yang jelas itu adalah cangkir berharga lebih dari 15000USD dan selalu dibawa kemana-mana oleh Nonna. Rasa tehnya akan hambar kalau diseduh di gelas biasa. Huh the perks of being rich right?!"Linds..." Sapa Nonna dengan wajah senyum elegannya. Ia duduk di kursi yang menghadap jendela..meminum t

  • Musuh Besar Si Gendut   102. Komitmen

    This is the moment of Truth! Aku akan menghubungi Louis. Aku sudah memakan sarapan begitu juga Dave. Ia memesankan English Breakfast terlezat yang ada, entah karena memang masakan itu penuh bumbu atau aku dan ia yang terlalu kelaparan. Aku duduk di atas kasur dengan ponsel di tangan..kami sudah mandi dan berpakaian yang normal. Aku mengenakan summer dress bertema floral..dan Dave mengenakan kaus putih berkerah dan celana jeans panjang.Ponsel itu hanya kupandangi layarnya. Aku sedang menyusun kalimat yang akan kukatakan kepada Louis.Dave sejak tadi hanya diam, ia membalas email dengan laptopnya di sampingku. Sesekali ia melihatku dan berhenti dari pekerjaannya."Wish me luck!" Gumamku lalu aku meneleponnya. Aku sempat berpikir mau mengirim pesan saja.. tapi aku merasa itu terlalu kejam...karena pasti ia akan sakit hati setelahnya, setidaknya aku menelepon...agar ia bisa leluasa bertanya."You can do it baby!" Gumam Dave. Ia berhenti dan memperhatikanku.

  • Musuh Besar Si Gendut   101. Napsu Mantan Atlet

    “Dave…Please..”“Apa Rose… apa yang kau mau?” Tanya Dave, suaranya serak. Ia juga tersengal.“Kau.. aku mau kau.” Ucapku. Entah keberanian dari mana yang membuatku berkata seperti itu. Yang jelas aku merasakan adanya dorongan dari dalam diriku yang ingin dituntaskan…dan aku mau Dave yang melakukannya.“Say it again Rose… sayangku..” Bisiknya lagi. Ia seperti sengaja hanya menciumi pipi dan hidungku, ia sengaja tak mencium bibirku.“You…I want you.. all of you!” Pintaku, kini aku memegang kepalanya dan menciumnya persis di bibir. Ia seperti api yang diberi gasoline, membara…semakin membara.“Kau yakin…sayang?” Bisiknya lagi.“Just fucking do it!” Bentakku kepadanya. Ia tertara..lalu dengan cepat ia membuka semua pakaiannya. Entah ini kali berapa aku melihatnya tanpa pakaian. Dan aku mengangumi tubuh indahn

  • Musuh Besar Si Gendut   100. Make-up Sex

    Aku masih diam, mataku hanya mengerjap beberapa kali, ia sudah berada sangat dekat denganku.Saat hidungnya menempel dengan hidungku, aku baru sadar…dan bisa merasakan otakku memberi alarm bahaya.“Dave…stop!” Ucapku menahan pundaknya. Kedua tanganku berhasil menahannya mendekat lagi. Hidungnya sekarang berjarak sepuluh centi dari wajahku.“Why? Kenapa aku harus berhenti?”“Kau sudah berjanji…” Jawabku, masih menahan tubuhnya.“Aku tak pernah berjanji…” Tantangnya.“You did.” Ucapku sudah mulai kalut. Ia lebih besar…dan memiliki tenaga lebih besar daripadaku.“I didn’t.” Ia sekarang bisa mendekat lagi, ia memindahkan tanganku yangmenahan pundaknya menjadi berada di belakang lehernya. What…the?! How did he do that? Kenapa aku tak sadar.Ia tersenyum sekarang. Kedua tanganku berada di lehernya dan sekarang bibir

DMCA.com Protection Status