Share

55. Rendezvous

Penulis: Abarakwan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Aku ditunjukkan sebuah kamar dua sekat. Satu kamar tidur dan satu kamar mando. Cukup untuk sementara. Aku membayar biaya sewa minimal… yaitu untuk satu bulan. Lalu sang pemilik kamar sewa pergi. Ini adalah sebuah rumah besar yang memiliki banyak kamar tersekat. Satu bangunan luas…yang hanya terdiri dari petakan kamar dan satu buah dapur besar.

Aku cukup puas dengan tempat ini. Aku meletakkan semua barangku. Sudah ada kasur dan sepreinya. Aku hanya tinggal mandi dan tidur. Aku akan menghadapi Dave esok hari. Sebenarnya aku sangat lapar saat ini, tak bagus untuk kesehatanku…belakangan ini memang lambungku sering protes, tapi karena aku hidup menumpang…aku sungkan untuk meminta makanan kalau ia tak menawarainya terlebih dahulu. Biasanya aku memakan roti siang hari, walau aku memasak di dapur Alicia.. Aku hanya memakannya saat sang pemilik rumah makan bersamaku, entah,..mungkin karena perasaanku saja… tapi aku merasa seperti pencuri kalau aku me

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Musuh Besar Si Gendut   56. Konfrontasi

    Lindsay dan Lucas yang mengantarkanku bertemu dengan Dave, mereka berjanji akan tetap berada di ruangan yang sama. Aku sempat bertanya kepada Lindsay kenapa ia membelaku seperti sekarang, ia menjawab… karena ia tahu apa yang terjadi dan apa yang selama ini menjadi prinsipku. Ia berpikir pasti Dave memaksaku saat itu, walaupun aku memberi penjelasan sebenarnya bahwa aku seperti dihipnotis dan mengangguk saja saat ia melakukannya, aku merasa diriku bodoh, dan aku merasa digunakan? Entahlah. “Rose… kau tak perlu berpikir keras…aku akan menemanimu, tenang saja! Ada Lucas…ia pasti takkan berani macam-macam.” Ucap Lindsay yang duduk di kursi penumpang depan, berdasarkan keterangannya…ia saat in sedang memiliki jadwal kosong…makanya ia langsung pergi menemuiku. “Babe…kita makan dulu yaa…” Ucap Lindsay. Aku menahan senyum, ia memang terlihat sangat cocok dengan Lucas. Dan pria di sampingnya memang sangat sabar dalam memnghadapi Lindsay. Setidaknya itu yang kulihat. Lucas men

  • Musuh Besar Si Gendut   57. Kalimat Terakhir

    Kami dibawa ke lantai tertinggi. Benar dugaanku, gedung ini berlantai enam. Kami menaiki lift khusus dan didampingi oleh sekretaris yang tiba-tiba menundukkan kepalanya dalam diam. Good. Akhirnya ia tahu siapa orang yang ada bersamanya. Ia tak lagi sombong.Saat lift berbunyi dan pintu terbuka, kami melihat sebuah lorong berwarna biru langit dengan karpet berwarna abu-abu yang lembut. Saat aku menginjak karpet itu, aku bisa merasakan bahwa ini adalah karpet berkualitas terbaik. Di sepanjang koridor terpajang beberapa produk perusahaan yang ternyata aku kenal. Beberapa program mereka sudah lama beredar di pasaran.Di ujung ruangan ada seorang sekretaris lagi yang bertugas di sebuah meja besar dengan beberapa telepon berjejer. Saat kami datang ia tersenyum manis, kali ini karyawan perusahaan ini terlihat tulus. Aku tersenyum kembali, begitu juga Lindsay.“Aku mau bertemu kakakku.” Ucap Lindsay saat kamu sudah berada di dekatnya.“Ah&hellip

  • Musuh Besar Si Gendut   58. Cuddle With You

    “Aku tak menyangka akan semudah ini.” Ucapku sambil menoleh ke kursi belakang. Rose terlihat bersandar di sandaran kursi dengan mata terpejam. Ia terlihat sangat pucat dan seperti orang yang kelelahan. Ditambah tubuhnya memang telrihat kurus dengan drastic..bukan kurus yang sehat..kulitnya juga tak glowing seperti biasanya. Ia terlihat sakit.Lucas memberi kode untuk diam, ia menyetir mobilnya dalam diam, ia menoleh sebentar kea rah belakang dan berbisik.“Sepertinya ia lelah..biarkan ia tidur. Aku khawatir ia sakit.” Lanjutnya sambil berbisik. Benar dugaanku kan? Rose terlihat sakit. Aku lalu mendengar suara dengkuran kecil dari belakang, Rose tertidur.Aku sempat khawatir Dave akan menjadi pribadinya yang super menyebalkan…dan aku khawatir dengan keadaan Rose. Apakah Dave benar-benar membebaskan sahabat Rose…like..semudah itukah?“Kita harus bagaimana sekarang?” Bisikku kepada Lucas.“Kita a

  • Musuh Besar Si Gendut   59. Kapan Kita Menikah?

    “Kapan kita bisa menikah, Babe?” Ulangnya saat aku tak kunjung menjawabnya.“Later… aku masih mau sendiri.. aku bahkan belum lulus kuliah. Awas saja kau seperti Dave!” Ancamku.“Ah..ya. mengenai Dave, ia bilang kepadaku. Ia memberikan Rose kebebasan, tapi harus tetap diawasi…dan ia memintaku melakukannya. Kau tak keberatankan? Kaujuga apsti ingin tahu keadaan sahabatmu… aku hanya akan memantau..apakah ia aman.. atau tidak. Seperti itu.”Aku mengangguk setuju. Pasti Dave sudah bernegosiasi dengan Lucas sebelumnya.“Kau berjanji tak perlu melaporkan secara detil tentang segalanya? Maksudku… biarkan Rose hidup dengan normal? Iabisa hidup dengan menjual lukisannya kan?”Lucas tertawa kecil, “Selama ini Dave yang membelinya.” Jawab Lucas.“Ya, tapi selama ia pindah ke Washington…ia menjual beberapa lukisan, jangan bilang itu juga adalah Dave.&rdqu

  • Musuh Besar Si Gendut   60. Your Baby!

    Aku terbangun, aku bisa meraskan tubuh bagian bawahku sangat sakit…dan basah. Apa yang terjadi? Sementara aku melihat sekitarku, ini bukan ruanganku… ataupun kamar yang kusewa kemarin. Ini dimana? Terakhir aku ingat, ah…Lindsay!“Linds….Lindsay?!” Panggilku, lalu aku mendengar derap langkah kaki orang mendekat. Aku lega, sepertinya memang aku berada di apartemen Lindsay, kurasa aku tadi mendengar bahwa kami akan ke apartemen Lucas, kekasih plus body guardnya. Nyeri di perut bawahku semakin menjadi, dan tak tertahankan. Aku memegang bagian yang teramat sakit, seakan ada yang menusuk dari dalam ditambah kram perut yang sama sekali tak pernah kualami.Lindsay datang bersama Lucas dengan wajah panic, mungkin karena mereka melihat wajahku yang kesakitan.“Apa yang terjadi Rose?” Tanya Lindsay duduk di sampingku. Sementara Lucas terlihat berdiri dengan posisi siaga.“Bantu aku berdiri…” Pint

  • Musuh Besar Si Gendut   61. Sadar

    Apa dia bilang? Baby? Aku tak sanggup lagi membuka mata. Aku tertidur dan merasakan seperti dipeluk sebuah selimut tebal dan hangat.Aku merasakan tidur yang nyenyak dan saat aku sadar aku sudah berada di ruangan yang berbeda dengan Lucas duduk di sampingku. Bau aniseptik sangat pekat dan hampir saja membuatku ingin muntah.Aku mengerjapkan mataku beberapa kali, dan berusaha melihat lebih jelas dan mencari keberadaan Lindsay.“Kau sudah sadar…Lindsay sedang ke kamar mandi, ia mengeluh menjadi bau dan ingin mandi.” Ucap Lucas perlahan. “Apa kau mau minum?” Tawarnya. Aku mengangguk.Ia mengambilkan minuman botol dan memasukkan sebuah sedotan dari stainlees ke dalamnya dan membantuku minum.“Apa kau merasa baik? Apa ada rasa sakit? Apa yang kau rasakan?” Tanyanya dengan cepat, suaranya datar tapi aku bisa melihat raut wajah khawatir di wajah kakunya. Aku tersenyum dalam hati. Lindsay sangat beruntung mendapat

  • Musuh Besar Si Gendut   62. Kita... Putus!

    Aku menatap mata hijaunya, aku mencoba mendeteksi kebohongan di sana. Tapi aku lupa, aku berhaapan dengan seorang agen..yang terbiasa dengan hal semacam ini, mungkin Lucas sudah ahli urusan menyembunyikan ekspresi wajah dan matanya. Jadi percuma saja aku mencari kebohongan itu lewat mata! Huh! “Good. Aku tak mau mahluk menyebalkan itu tahu tentang Rose hamil, atau keadaannya sekarang. Kalau sampai bocor, hanya satu pelakunya…Kau!” Tuntutku. “I know. Aku tahu kau akan bilang seperti itu. I wont.” Ucapnya. “Good. Karena aku bersungguh-sungguh dengan ucapanku.” “Tapi…apakah menurutmu ini fair untuk Dave, maksudku… Rose mengandung anaknya, keturunan selanjutnya dari keluaraga konglomerat Watson.” Ucap Lucas lagi. Aku duduk di depannya dengan mata sinis. “Apakah menurutmu fair, untuk seorang pria melakukan sex dengan seorang gadis tanpa persetujuannya? Lalu pertunangan dadakan yang bahkan si perempuan tak ketahui, bahkan whether Rose mau menjadi ke

  • Musuh Besar Si Gendut   63. Apartemen Baru

    Keadaan Rose sudah jauh lebih baik, setidaknya ia sudah tak sepucat saat itu. Aku sudah menemaninya selama satu minggu. Lucas setiap hari berusaha menemaniku, namun selalu kuusir. Setidaknya aku masih belum bisa mempercayainya sekarang ini.Aku bilang kepadanya, bahwa setidaknya untuk menunggu sampai bayi di dalam perut Rose lahir, lalu aku bisa memindahkannya ke suatu tempat. Dan saat itu terjadi, aku sudah lulus kuliah… jadi aku bisa ikut dengannya. Lucas akan kulihat ketetapan hatinya. Apakah ia memang akan setia menjaga rahasia ini? Atau berkhianat.DOkter yang bertugas memeriksa Rose datang setiap pagi, memeriksa kondisi Rose dan dua bayinya, sejauh ini kabar yang kudapat selalu positif. Bahwa kedua janin dalam keadaan baik-baik saja. Hanya Rose yang dalam masa pemulihan. Sepertinya ia memang haus makan bubur itu untuk waktu yang lama. Karena asam lambungnya sudah parah.Aku berpikir akan menyewa seorang pembantu rumah tangga untuk membantuku menguru

Bab terbaru

  • Musuh Besar Si Gendut   108. Perkosa Aku, Istriku! End

    Lindsay mendapatkan happy endingnya. Sehari setelah resepsi pernikahanku di Brazil, ia melangsungjan resepsi pernikahannya di hari berikutnya..di tempat yang sama…sama meriahnya dengan dirinya berbalut gaun indah dan mempesona. Lindsay menjalani pernikahannya dengan indah..ia dan Lucas berlibur ke beberapa pulau eksotis seperti Maldies, Bali dan Jeju…untuk bulan madu mereka. Mereka baru berhenti berpergian untuk bulan madu, saat Lindsay postif hamil dua bulan kemudian. Bukankah itu sangat enak? Lindsay maksudku, ia bisa mendapatkan bulan madunya selama dua bulan, traveling ke tempat indah..sebelum cooling down di Vegas karena hamil. Sementara aku, sejak pernikahanku… aku tak boleh berpergian kemanapun menggunakan persawat… karena kehamilanku, tentu saja. Perutku sudah sangat besar…bahkan aku tak bisa tidur dengan terlentang lagi… aku hamil anak kembar lagi! Dave dengan sperma yang seperti Sparta! Bagaiamana mungkin ia menggunakan kondom dan masih bisa membuatku hamil

  • Musuh Besar Si Gendut   107. The Man Is Mine! And Mine Alone!

    Hal yang paling menyebalkan di dunia adalah menunggu. Aku berada di aula depan kastil kami di Brazil… menghadiri pernikahan super megah dari Dave dan Rose. Ya mereka akhirnya akan menikah, setelah diketahui Rose sedang mengandung anak Dave, mungkin hari ini adalah usia kandungannya yang ke delapan minggu. Seharusnya ini adalah upacara pernikahanku… namun semua itu akhirnya ditunda karena Dave lebih memiliki alasan urgensi. Sementara aku dan Lucas masih berjarak tempat..ia masih di Guatemala.Lucas kemarin malam berjanji akan datang, ia berusaha akan datang…menyelesaikan semua urusannya di sana…dan terbang di penerbangan pertama. Aku sampai sekarang belum bertemu dengannya, padahal acara sebentar lagi akan dimulai. Agh… kenapa ayah menjadi sangat menyebalkan..aku menyesal karena ak ikut dengan Lucas ke Guatemala, bahkan kami belum melaksanakan malam pertama kami. Damn it! Aku sudah protes kepada ayah, dan ia hanya menjawab bahwa Lucas belum m

  • Musuh Besar Si Gendut   106. Kondom Bocor?

    Aku tak menerimanya, mataku memandang lurus ke arah matanya yang memohon."Aku tak suka susu." Jawabku ketus. "I just wanna sleep...in peace! Tak bisakah aku tidur?""Kau boleh tidur setelah meminum ini, kau muntah dan kehilangan tenaga...please Rose!""Kalau ini semua akibatmu, kenapa aku yang harus merasa susah.""Aku menderita saat tahu kau hamil dan kehilangan anak kita setelahnya, aku sering bermimpi dua anak lelaki lucu yang memiliki wajahmu dan warna rambutku... Rose..Mereka anak kita yang meninggal... Aku selalu menangis saat bangun tidur saat bermimpi mereka..jika saja semua baik-baik...mereka mungkin sudah lahir dan sangat menggemaskan..." Ia seperti orang yang meratap. Aku bisa melihat kesedihan dalam wajahnya.Kalau ia sudah seperti ini, aku tak bisa lagi mengelak. Akhirnya aku meminum habis susu itu, dan ia tersenyum lebar. Setelah meletakkan gelas susu itu..ia menunduk dan mencium perutku yang masih datar."Sehat terus... anak-

  • Musuh Besar Si Gendut   105. Dua Garis Biru

    Aku menghabiskan waktu dua hari lagi di pantai yang sama dimana Dave dan aku kembali bersama. Ya.. aku sudah yakin dengan keputusan itu. Sejak saat itu juga, Dave memindahkan semua barang-barangnya ke kamar yang sama denganku."Persetan dengan penunggu kamar pojok! Aku tak mau lagi tinggal di kamar itu. Aku rela membeli berdus-dus kondom kalau perlu." Ucapnya suatu malam, saat aku memaksanya kembali ke kamar. Tentu saja ia mengatakannya dengan tenang dan penuh senyum. Yang ada di kepalanya adalah urusan ranjang. Thats it!"The condom part... Is actually not included!" Jawabku malas. Aku sedang berbalas pesan dengan Lindsay."It is! Tentu saja...! Apa mulai sekarang aku bisa melakukannya tanpa kondom?!"Pft... Ia terus mengulanginya. Ia sengaja membicarakan hal semacam itu agar ia mendapatkan jalur mulus melancarkan aksinya. Biasanya aku selalu terperdaya.Aku diam, malas membalas. Bahkan rambutku belum kering dari kejadian di kamar mandi baru

  • Musuh Besar Si Gendut   104. Pernikahan Vs Tugas Mendadak

    Ia melepaskan ciumannya, memangku dengan serius. "Be mine... Aku tak mau menunggu...now! Be mine! Linds... Please! Marry me!""Bukankah kau memang sudah jadi suamiku?" Jawabku masih terengah."Kau masih marah? Aku melakukannya hanya karena aku menginginkanmu...so bad Linds... Aku tak bisa melihat kau dengan pria lain." Ucapnya lagi."Hmm...""Kau boleh menghukumku.. apapun itu, tapi... Nikahi aku dulu...""Apa aku bisa menolak?" Tanyaku."No.. aku akan membawamu langsung ke altar.. saat ini..detik ini!" Ucapnya. Ia meletakkanku ke kursiku semula.Ia menyetir mobil dengan cepat. Aku hanya diam.. masih setengah shock dengan welcome kiss dari Lucas. Ia bilang mau menikah sekarang juga? Semoga saja ia hanya bercanda.Sepuluh menit berikutnya kami berada di parkiran sebuah capel. Ia tak bercanda!"Lucas!" Protesku."Please..Linds... I can't... Just can't stand it anymore!" Pintanya dengan sungguh-sungguh.

  • Musuh Besar Si Gendut   103. Be Mine, Linds!

    Aku masih tak percaya dengan apa yang Dave barusan bilang. Jadi dia dan Rose bersama?! Bagaimana bisa?! Apa jangan-jangan Dave menggunakan dukun untuk memantrai Jen? Ini di luar akal sehat?! Bahkan aku adiknya saja tak percaya Dave dan Rose akan bersama. Satu karena Rose dan Dave tidak satu kutub...mereka berlawanan, dua karena ada Louis?! Bagaimana bisa Rose meninggalkan Louis?!Aku ingin bicara langsung dengan Rose.. memastikan. Apa yang dikatakan oleh Dave benar. Tapi setiap kali aku meneleponnya kembali, nomor itu tidak diaktifkan.Nonna masuk ke dalam kamar, dengan segelas tehnya..sebuah teh dengan gelas elegan dari dinasti kuno. Mungkin dari dinasti Ming? Entahlah.. yang jelas itu adalah cangkir berharga lebih dari 15000USD dan selalu dibawa kemana-mana oleh Nonna. Rasa tehnya akan hambar kalau diseduh di gelas biasa. Huh the perks of being rich right?!"Linds..." Sapa Nonna dengan wajah senyum elegannya. Ia duduk di kursi yang menghadap jendela..meminum t

  • Musuh Besar Si Gendut   102. Komitmen

    This is the moment of Truth! Aku akan menghubungi Louis. Aku sudah memakan sarapan begitu juga Dave. Ia memesankan English Breakfast terlezat yang ada, entah karena memang masakan itu penuh bumbu atau aku dan ia yang terlalu kelaparan. Aku duduk di atas kasur dengan ponsel di tangan..kami sudah mandi dan berpakaian yang normal. Aku mengenakan summer dress bertema floral..dan Dave mengenakan kaus putih berkerah dan celana jeans panjang.Ponsel itu hanya kupandangi layarnya. Aku sedang menyusun kalimat yang akan kukatakan kepada Louis.Dave sejak tadi hanya diam, ia membalas email dengan laptopnya di sampingku. Sesekali ia melihatku dan berhenti dari pekerjaannya."Wish me luck!" Gumamku lalu aku meneleponnya. Aku sempat berpikir mau mengirim pesan saja.. tapi aku merasa itu terlalu kejam...karena pasti ia akan sakit hati setelahnya, setidaknya aku menelepon...agar ia bisa leluasa bertanya."You can do it baby!" Gumam Dave. Ia berhenti dan memperhatikanku.

  • Musuh Besar Si Gendut   101. Napsu Mantan Atlet

    “Dave…Please..”“Apa Rose… apa yang kau mau?” Tanya Dave, suaranya serak. Ia juga tersengal.“Kau.. aku mau kau.” Ucapku. Entah keberanian dari mana yang membuatku berkata seperti itu. Yang jelas aku merasakan adanya dorongan dari dalam diriku yang ingin dituntaskan…dan aku mau Dave yang melakukannya.“Say it again Rose… sayangku..” Bisiknya lagi. Ia seperti sengaja hanya menciumi pipi dan hidungku, ia sengaja tak mencium bibirku.“You…I want you.. all of you!” Pintaku, kini aku memegang kepalanya dan menciumnya persis di bibir. Ia seperti api yang diberi gasoline, membara…semakin membara.“Kau yakin…sayang?” Bisiknya lagi.“Just fucking do it!” Bentakku kepadanya. Ia tertara..lalu dengan cepat ia membuka semua pakaiannya. Entah ini kali berapa aku melihatnya tanpa pakaian. Dan aku mengangumi tubuh indahn

  • Musuh Besar Si Gendut   100. Make-up Sex

    Aku masih diam, mataku hanya mengerjap beberapa kali, ia sudah berada sangat dekat denganku.Saat hidungnya menempel dengan hidungku, aku baru sadar…dan bisa merasakan otakku memberi alarm bahaya.“Dave…stop!” Ucapku menahan pundaknya. Kedua tanganku berhasil menahannya mendekat lagi. Hidungnya sekarang berjarak sepuluh centi dari wajahku.“Why? Kenapa aku harus berhenti?”“Kau sudah berjanji…” Jawabku, masih menahan tubuhnya.“Aku tak pernah berjanji…” Tantangnya.“You did.” Ucapku sudah mulai kalut. Ia lebih besar…dan memiliki tenaga lebih besar daripadaku.“I didn’t.” Ia sekarang bisa mendekat lagi, ia memindahkan tanganku yangmenahan pundaknya menjadi berada di belakang lehernya. What…the?! How did he do that? Kenapa aku tak sadar.Ia tersenyum sekarang. Kedua tanganku berada di lehernya dan sekarang bibir

DMCA.com Protection Status