Home / Fiksi Remaja / Musuh Besar Si Gendut / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Musuh Besar Si Gendut: Chapter 11 - Chapter 20

108 Chapters

11. Pertumpahan Darah

"Dave! Dave, hentikan!" teriakku, aku menggandoli tangan Dave. Tangannya yang kuat menghajar Rick sampai ia berdarah-darah, tubuh Rick bergetar hebat dan ia seperti kehabisan napas. Dave masih menggila membabi-buta memukul wajah, dada, dan kepalanya. Ia tak menggubris omonganku dan masih memukuli Rick dengan nafsu."Dave, dia bisa mati!" Aku menahan tangannya lagi, dan berteriak sekencang-kencangnya. Lindsay sepertinya sangat syok dan memeluk Lili erat. Ia kalut antara takut dan sedih melihat sosok Rick yang benar-benar babak belur."Rose, Rick sudah mau mati!" teriak Lili yang membuat aku juga ikut panik. Dave tak ada tanda akan berhenti menghajar Rick."Ia tak mendengarkanku!" keluhku frustrasi."Alihkan perhatiannya!" perintah Lili kepadaku. Aku berpikir... apa yang harus kulakukan untuk mengalihkan perhatiannya? Tubuhnya terlalu tinggi untuk kuraih, aku juga kalah kuat kalau harus menarik tubuhnya."Apa?!" teriakku kesal dan putus asa."
Read more

12. I Want You 24/7

Aku menangkis tangannya yang mau menyentuh pundakku. Enak sekali dia?! Sudah menghinaku habis-habisan, menciumku lalu memaksaku untuk jadi kekasihnya. Dikira aku bonekanya apa?!"No... Hell... Way!" Ucapku pedas. Bukannya merasa tersinggung ia malah senyum lebih hebat."Kalian keluar, aku harus berbicara dengan pacar baruku ini..." Perintah Dave kepada Lindsay dan Lili, yang herannya mereka taati tanpa perlawanan. Keduanya keluar dari kamar membuatku dan Dave berduaan saja di kamar ini."Kau terlalu menyebalkan untuk jadi kekasihku." Ucapku memulai diskusi yang semoga saja terberujung pertengkaran hebat."Aku? Menyebalkan? Ada jutaan perempuan di sana yang mengantri untuk ada di posisimu sekarang.""Mereka pasti gila. Sudahlah Dave, aku berhenti jadi asistenmu, dan karena pertunangan Lindsay dibatalkan... Aku juga akan pindah dari apartemenmu... Aku mau hidup mandiri, lagi pula aku sudah bisa lulus, aku hanya menunggu semua surat-surat dan dokumen
Read more

13. Cincin Tunangan

Aku dan Dave ada di restoran di lantai bawah hotel. Ia masih dengan keras kepala memaksaku untuk mengikutinya kemanapun ia pergi. Seperti saat ini, tengah malam dan ia kelaparan. Lindsay dan Lili memutuskan menginap dan baru pulang besok pagi, sama sepertiku dan Dave. Ya..sejak kejadian itu ia memaksaku untuk tidur di kamar yang sama dengannya. Walau aku memastikan bahwa ia tidur di sofa...dan aku di kasur. Tapi, Dave dengan kekeraskepalaanya, di pagi hari...seperti tadi pagi ia sudah berada di sampingku.Walau aku memastikan, tak ada tubuhku yang digerayanginya."Kau tak mau makan?" Tanya Dave, ia sedang memakan sebuah steak ribs yang sangat besar, double portion. Padahal dia sendiri yang bilang harus paham kalori, dan pembakaran lemak, tapi tengah malam begini ia makan makanan semacam itu.Aku menggeleng, kutopanh daguku dengan tangan, dan sejak tadi aku menguap. Dave memaksa makan di restoran yang sebenarnya sudah tutup ini, sepertinya ia membayar lebih agar
Read more

14. Ia Menyerah?

Dave walau dengan terpaksa ia kahirnya mengantarkanku pulang, kami menuju apartemennya yang terletak di pusat kota. Pria ini memang kaya raya sejak kecil…dan terbiasa dengan hidup mewah. Bisa dilihat dari apartemennya yang semua berkesan mahal. Aku melihat beberapa barang yang emmang berasal dari sebuah galeri seni, bahkan beberapa lukisan mahal dari pelukis terkenal.“I don’t know you are into art..” Ucapku padanya, Dave berjalan di belakangku, menyusuri foyer panjangnya tempat ia memajang koleksi lukisan mahalnya. Bahkan ada ebberapa patung dan art piece, berupa jejeraing emas dengan beberapa ornament. Sangat exquisite!“Aku tak punya hal lain untuk menghabiskan uangku…” Jawabnya sombong. Memang pria ini sudah brengsek sejak awal, tapi aku merasa bodoh juga karena mengatakan itu kepadanya.“Seharusnya kau membeli lukisanku… aku cukup banyak menjualnya keluar, dan selalu laku di hari yang sama…&rdq
Read more

15. Masalah Pnotoshoot

“Rose… apa kau mengerti tentang fotografi?” Tanya Dave kepadaku. Aku baru saja bangun tidur dan pria itu sudah sangat segar dengan rambut basah, duduk di atas ranjang dengan bertelanjang dada. Apa ia hobi bertelanjang dada? Seingatku memang ia sering melakukan fotoshoot dengan bertelanjang dada.“Humm… tidak? Kenapa?” Tanyaku yang baru saja bangun tidur dan diajak berbiara, otakku belum sepenuhnya terkoneksi. Ia seperti sedang sangat serius menghadap laptopnya, mungkin ada masalah pelik?“Kenapa?” tanyaku mengusap mulutku, aku takut ada sisa air liur yang membekas.Dave mengambil tanganku, dan membuatku duduk di sampingnya. Aku bisa melihat sebuah email yang terpampang di layar laptop milik Dave.“Apa ini?” Tanyaku mengerutkan dahi.“Sebuah surat penawaran, kau membalasnya…lalu aku dapat email pribadi. Isinya…mereka memintaku untuk melakukan pemotretan dimanapun aku b
Read more

16. Tragedi Lambung

Aku benar-benar terkejut dengan apa yang kutemukan di kamar rahasia kakakku selama ini, jadi ia benar-benar terobsesi dengan Rose? After all of this time? Benar-benar mengangetkan. Aku sedang memgang ponselku, dan menunggu balasan Dave.Aku duduk di kamar Rose, sebuah kamar khusus yang diperuntukkan Rose, seorang perempuan yang notabenenya adalah orang luar…sahabatku, dan Dave memberinya kamar khusus, sedangkan aku? Bahkan ia sering mengusirku dari apartemen ini. That jerk!Rose juga sedang sibuk di depan laptop yang Dave belikan untuknya, demi pekerjaan..katanya saat itu.Ah.. kenapa aku sama sekali tak curiga selama ini…kalau ia segitu tergila-gilanya dengan Rose. Aku menyesal mengetahuinya baru sekarang…kalau saja…Semua orang yang kutemui, mereka selalu bertanya tentang keadanku. Sepertinya mereka khawatir…dengan keadaan hatiku saat ini. Setelah semalam sebelum hari pertunanganku dan Rick, aku memergokinya sedang ber
Read more

17. Untuk Apa Bekerja?

Aku sudah menelepon Dave, dan ia akan langsung menuju rumah sakit tempat Rose dirawat. Kenapa aku bisa lupa…kalau Rose memiliki masalah Gerd?! Agh! Aku pasti akan habis dimarahi oleh Dave.Aku duduk di depan ruang instalasi gawat darurat, Rose masih ditangani dan nantinya akan dipindahkan ke ruang perawatan. Dokter yang awal memeriksanya sudah mengatakan bahwa mungkin masalah lambung, setelah diberi pertolongan pertama…selanjutnya ia harus diwarat untuk beberapa hari.“Linds… apa yang terjadi?” Tanya Dave dengan tergesa, wajahnya penuh peluh, apakah ia berlari?“Rose kesakitan…ia makan sesuatu yang pedas dan ia langsung collapse seperti itu…” Jelasku dengan ketakutan, wajah Dave sangat menyeramkan saat ini.“Pasti ia telat makan…dan langsung memakan makanan pedas..” Gumam Dave lebih ke dirinya sendiri.“Ya..ia mencari makanan di apartemenmu…tapi tak menemukan
Read more

18. Pengakuan Dave

Lindsay sudah pulang, ia mau berganti pakaian dan berjanji akan kembali ke ruang perawatanku. Aku sudah bilang kepadanya untuk tak melakukannya…tapi sahabatku itu memaksa ingin datang, ia merasa bersalah karena membelikanku makanan yang pedas…ia terus menyalahkan dirinya bahwa aku sakit adalah akibat dari kelalaianya, yang langsung di ‘iya’ kan oleh kakaknya sendiri, David. Aku merasakan kembung di perutku, dan sedikit nyeri saat menelan, terlebih dari itu… aku tak merasakan keluhan apapun. Dokter masih memaksa aku menggunakan IV, walau sebenarnya aku merasa risih dengannya. Sejak tadi Dave memaksaku memakan bubur tanpa rasa yang mangkuknya ia pegang sekarang. Wajahnya berkerut dengan kesal. Kenapa ia seperti itu? Memang ini salahku? Ya…benar, memang ini kebodohanku sendiri, karena aku yang tak perhatian aku akhirnya seperti ini. Aku miskin dan terlalu banyak berulah. Mengingat tentang hal itu, aku membuka mulutku lebar-lebar, membuat pria yang berjanji akan
Read more

19. Dokter Seksi Bertubuh Taut

“Marioo…ngghh..” Keluhku, aku menggila…pria ini benar-benar membuatku meledak lagi dan lagi. Mario sang dokter seksi yang ternyata berasal dari Brazil…he blows my mind and my anatomy down there. Ia memiliki lidah yang sangat luar biasa…seperti magic…lidah itu..Agh…. Nggh…Otakku bahkan tak bisa memproses apa yang terjadi, aku hanya merasakan kenikmatan yang lagi dan lagi…bahkan pria itu masih dalam seragam kerjanya, kami sedang dalam ruang periksanya.I know…sangat seksi kan!Saat aku mau pulang tadi, aku bertemu dengannya, ia sudah siap dengan tas dan sepertinya mau pulang juga. ia menawarkanku untuk pulang bersama, dan I said yes. Tentu…kenapa aku harus menolaknya kan? Makhluk Tuhan yang seksi ini terlalu sayang untuk disia-siakan. Kami memasuki lift yang kosong, dna tiba-tiba aku menggila. Aku tak sengaja menyentuh celananya bagian depan. I know..how silly right.
Read more

20. Lindsay Yang Berbeda

“Kenapa aku merasa Lindsay jauh berbeda sekarang?” Tanyaku kepada Dave, ia sednag membaca Koran paginya. Lindsay akan datang jam dua sore…membawa pakaian bersih milik Dave dan membawa pulang pakaian kotornya. Tapi yang membuatku heran adalah, pakaian bersih yang ia bawa…memiliki tag sebuah laundry tak jauh dari tempat ini, dan ia seperti memakai pakaian yang hampir smaa setiap hari. Aku tahu dan kenal Lindsay, ia paling nati memakai pakaian lebih dari satu atau dua kali, tapi hari ini aku melihatnya memakai pakaian mini dress berwarna kuning pucat, dan ini adalah kali keempatnya, aku sudah dirawat selama dua minggu… dna Lindsay sudah memakainya empat kali? Bukankah itu sangat ajaib?“Ia membawakanku pakaian baru… atau pakaianku yang kemarin kupakai. Aku punya feeling ia tak mengambil pakaian baru dari apartemenku…”“Kau kan punya sistem CCTV yang bisa diakses lewat ponselmu, ccoba lihat!” Usulku yan
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status