Semua Bab Musuh Besar Si Gendut: Bab 91 - Bab 100

108 Bab

91. Suami Yang Liar

Lucas bergerak dengan liar, tubuhnya bergerak dan herannya. Aku mengikuti gerakan itu. Aku menikmatinya.. seperti ini adalah hal yang wajar, alami.Ia semakin cepat menumbuk, napasnya memburu dengan wajah menghadapku penuh napsu. Mata hijau tuanya seperti bersinar...dan peluh membasahi dahinya. Beberapa kali aku mendengar suara desahan seorang perempuan...seorang perempuan yang mirip seperti jalang yang sedang bercinta dengan kekasihnya. Setelah aku membuka telingaku lebar-lebar. Aku sadar..suara itu berasal dari mulutku.Aku medesah...dengan beberapa kali memanggil namanya. Lucas...Lucas...mmh...Lucas...deeper...Lucas..jangan berhenti.Aku seperti tak mengenali diriku sendiri. Aku secara tak sadar menikmati gerakan Lucas yang semakin lama semakin membuatku mabuk.Saat ia mencapai puncak, ia melakukannya di dalam. Ia mengeluarkannya di dalam. Apa dia gila? Aku bisa hamil?!Napasku masih tersengal, dari aktivitas
Baca selengkapnya

92. Tamu Tak Diundang

Ternyata yang memencet bel sejak tadi adalah Rosalind…perempuan yang selama ini sering mengobrol dengan Lucas, perempuan yang sama yang memperpanjang masa bulan madunya di hotel ini, plus…perempuan yang sama yang memandag Lucas seperti sebuah Turkish delight…ia seperti ingin melahap Lucas hidup-hidup. Aku mengerenyit, kenapa jadi menyeramkan?!“Hei!” Sapa Rosalind dengan ceria, suaranya keras dan cempreng. Apakah ia sengaja agar Lucas mendengarnya?Hmm.. apakah akan berkesan tak sopan, kalau aku tak membiarkannya masuk, karena…mmh…aku malas mengobrol dengannya.“Hai, Rosalind. Ada apa?” Tanyaku straight to the business. Semoga saja Lucas tak muncul…karena kalau sampai perempuan ini melihat Lucas, ia sudah pasti akan menerobos masuk, karena selama ini ia selalu menggunakan kata, ‘best friend,’ sebagai senjata mengobrol dan bertamu di kamar kami.“Aku hanya bosan di kamar&he
Baca selengkapnya

93. Kebohongan

Dua minggu berlalu, aku dan Lucas mengalami banyak kemajuan, walau kehadiran perempuan yang naksir Lucas selalu mengganggu. Aku dengan terang-terangan tidak menyukainya. Kenapa ia masih ada di sini, padahal ia sudah harus check out tiga minggu yang lalu! Alasan konyol apa yang ia gunakan untuk memperpanjang honey-moonnya di sini? Apa karena suaminya terkena bulu babi? Konyol sekali! Sejak saat itu aku selalu melihat Rosalind berpergian sendirian..aku sama sekali tak pernah melihat suaminya. Ia beralasan kalau suaminya tak mau kelaur dari kamar… setiap kali aku menyindirnya.Lucas, dengan desakan dariku…plus beberapa ancaman dan trauma di masa lalu, akhirnya berusaha menjauhi Rosalind. Setiap kali aku kesal dengan perempuan itu…Lucas yang akan menjadi korban. No sex for him all day. Dan ia mengamuk karena itu, sejak kejadian itu ia seperti seorang tikus yang langsung kabur saat melihat kucing.“Kau mau berjalan di pantai? Udaranya belum
Baca selengkapnya

94. Misi Menjemput Lindsay

 Aku berjalan medekatinya. Jalanku tertatih… namun aku berhasil duduk di depannya. Ia langsung membersihkan luka di tanganku yang sudah kering. Aku tahu itu luka yang cukup dalam…beruntung darahnya tak terus menerus mengalir sejak tadi. Aku baru sadar bahwa tangan kiriku memang sakit. Sejak tadi, mungkin karena adrenalineku terpompa tinggi..aku tak menyadarinya.Saat kapas berisi alkholol menyentuh lukaku, aku mendesis. Sangat sakit.“Ya memang sakit. Kau jangan sampai mengulanginya. I don’t like it!”Aku ingin menjawabnya dengan sebuah jawaban yang sarkas..atau menyakitkan. As if.. aku peduli. Awas saja kalau ia memang membohongiku. Aku takkan pernah memandangnya sebagai lelaki lagi.“Kalau kau memang tak suka denganku.. atau tak menyukai apa yang kuperbut..kau cukup katakan… atau kalau aku masih keras kepala…kau boleh melukaiku. Lebih baik aku yang terluka.. aku tak sanggup kalau melihat dirimu ya
Baca selengkapnya

95. Kejadian Di Resort

 "Kau Rose, apa yang terjadi.. ceritakan!" Rengek Lindsay.Aku mengembuskan napas panjang. Kami... Aku, Louis dan Richard menunggu selama satu jam.. dan kau tak kunjung datang. Richard menyusul dan ia kembali dengan kabar kau tak ada di kamar. Kami melakukan pencarian. Sampai di bawah.. aku bertemu dengan Dave. Aku memberitahunya...." aku masih ingat wajah Dave saat itu. Memang aku sengaja melihat wajahnya. Apakah ada tanda kecemasan atau tidak. Ekspresinya hanya kaget."Lalu aku memberitahunya.. saat itu ia terlihat sedikit kaget..sedikit! Karena at the end aku tahu ia juga ikut andil dalam hal ini. Kami mencarimu.. bahkan sampai ke kantor polisi. Satu kali dua puluh empat jam.. semua mencarimu. Nothing.""Lalu....""Dave saat itu ikut mencari.. lalu ia bilang ia dapat petunjuk.. dan kau berada di sebuah tempat.  Ia mau mengajakku.. tapi tidak dengan Louis dan Richard. Ia mengijinkan ku ikut dengannya. Ah... Aku tak tahu itu akal-akalannya. Akh
Baca selengkapnya

96. Hanya Sebuah Ciuman

Aku berjalan perlahan ke arah pintu kamar. Jantungku berdegub kencang dan kepalaku penuh dengan berbagai rencana. Mengenai apa yang akan kukatakan kepada Dave nanti.Aku membuka pintu, dan seketika pintu dibuka suasana ruangan menjadi sunyi. Semua mata tertuju kepadaku. Uh oh!Aku berjalan menuju mereka dan berdeham pelan."Mmh.. boleh aku bicara dengan Dave?" Tanyaku dengan sebuah senyuman canggung. Aku melirik ke arah ayah Lindsay..wajahnya sangat tegang dan matanya membara ke arah Dave. Sepertinya memang perang keluarga hampir berlangsung. Semoga saja ini bisa berhasil. Aku melirik ke arah Lindsay dan Nonna, wajah mereka sedikit mengendur dari tegang dan tersenyum ke arahku. Ada rasa terima kasih?Dave berdiri, "kau mau bicara dimana?" Tanyanya dengan mata tertuju hanya kepadaku."Mmh.. anywhere?" Jawabku bingung. "Linds... Kau bisa menemaniku?" Pintaku kepada Lindsay."No. Kalau kau mau bicara denganku... It will only be you and me! No o
Baca selengkapnya

97. Perjanjian Dengan Dave

“Humm… I want a different room!” Ucapku cepat.“Sure!” Jawabnya dengan senyuman paling lebar. Itu juga yang terjadi di Bahama, aku memaksanya menyewakan kamar yang berbeda untukku, agar tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Dan syukurlah itu yang terjadi. Apapun misinya di Bahama… tak ada yang terealisasi… walaupun aku tak tahu apa misi sebenarnya, he didn’t get anything from me.“Apa kau tak mau bertanya..apa pekerjaanku sekarang?” Tanyanya.Kami sudah memasuki ruangan pertama di condonya. Sebuah ruang tamu yang teramat besar.“Aku lebih ingin tahu… ada berapa kamar di tempat ini?!”“Lebih dari delapan, aku berencana memiliki enak orang anak.” Jawabnya lagi. Sangat tidak penting karena aku tak mau mengetahuinya, aku cukup berduka dan berempati kepada istrinya kelak…karena suaminya menganggapnya seperti kucing betina. No offense.. tapi menurutku
Baca selengkapnya

98. Kamar Pojok

Dave memang membawaku ke sebuah pantai tak jauh dari condonya. Ia memang pulang dan langsung menuju pantai yang ia maksud. Beberapa kali ia menelepon seseorang, dan mengiyakan beberapa hal. Walau ia tak menyebut apapun selain kaya, ‘iya… ‘ dan ‘okay…’.Ia terlihat sangat antusias atas perjalanan ini,  tapi bukankah ia seperti biasa juga seperti ini?Tak sampai dua puluh menit, Dave sudah memarkirkan mobilnya di sebuah hotel pinggir laut. Sebuah hotel yang mewah..dan sepertinya berharga ribuan dollar untuk satu malam menginap. Tapi …berhubung Dave adalah pribadi yang lebih kaya daripada sebelumnya..kurasa itu bukan masalah untuknya. Ia dengan santai memberikan kunci mobilnya agar diparkirkan oleh Valet.Ia membawaku ke lobby, dan ia langsung disambut oleh seorang permepuan berpakaian sangat resmi dengan senyuman lebar mengembang.“Selamat Datang Tuan Robinson, kami sangat beruntung melayani anda di ho
Baca selengkapnya

99. Busted, Benar-benar Nakal

Aku menempati kamar yang seharusnya menjadi kamar Dave, aku dengan otak jahatku. Ah…sudah sangat lama aku tak melakukan hal kurang kerjaan seperti ini… menakut-nakuti Dave.Aku membaca…dan men-research beberapa mitos mengenai kamar di pojok. Dan sosok hantu membawa anak itu… aku ingin mengcreate momen-momen yang menyeramkan itu… agar Dave ketakutan dan menyerah.Saat sedang asik membaca kisah-kisah horror sebagai bahan referensiku, suara ponselku berbunyi…dan kulihat. Itu Lindsay.“Linds…”“Rose.. kau dimana?” Tanyanya dengan nada bosan. Bahkan belum dua puluh empat jam kami berpisah. Aku sedang dalam misiku..karena sebentar lagi malam akan semakin larut…moment pertama harus cukup mengejutkan untuk Dave…ah..aku sudah tak sabar.“Aku di hotel..dekat pantai. Dave ingin sekalian berlibur.” Jawabku santai.“Dan.. kau setuju?” Tanyanya h
Baca selengkapnya

100. Make-up Sex

Aku masih diam, mataku hanya mengerjap beberapa kali, ia sudah berada sangat dekat denganku.Saat hidungnya menempel dengan hidungku, aku baru sadar…dan bisa merasakan otakku memberi alarm bahaya.“Dave…stop!” Ucapku menahan pundaknya. Kedua tanganku berhasil menahannya mendekat lagi. Hidungnya sekarang berjarak sepuluh centi dari wajahku.“Why? Kenapa aku harus berhenti?”“Kau sudah berjanji…” Jawabku, masih menahan tubuhnya.“Aku tak pernah berjanji…” Tantangnya.“You did.” Ucapku sudah mulai kalut. Ia lebih besar…dan memiliki tenaga lebih besar daripadaku.“I didn’t.” Ia sekarang bisa mendekat lagi, ia memindahkan tanganku yangmenahan pundaknya menjadi berada di belakang lehernya. What…the?! How did he do that? Kenapa aku tak sadar.Ia tersenyum sekarang. Kedua tanganku berada di lehernya dan sekarang bibir
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status