Beranda / Fiksi Remaja / Friendships / Bab 1 - Bab 10

Semua Bab Friendships: Bab 1 - Bab 10

21 Bab

1. Prolog

"Persahabatan bagai kepompong mengubah ulat menjadi kupu-kupu~ Persahabatan bagai kepompong hal yang tak mudah berubah jadi indah~ Persahabatan bagai kepompong ma'lumi teman hadapi perbedaan~ Persahabatan bagai kepompong na na na na na na~"Ke 6 sahabat itu tengah benyanyi riang di sebuah saung ditengah hamparan sawah yang hijau."Wih, jago juga lo main gitar" ucap Vera kepada bimo yang memainkan gitar ketika mereka bernyanyi.Dengan wajah sombong, Bimo menjawab, "Iyalah, siapa dulu dong.""Dih, gitu doang mah gua juga bisa" ucap Glen sambil mengambil alih gitar dari tangan bimo.Gonjreng gonjrang gonjreng (suara gitar)Seketika teman-teman Glen menutup telinga."Ih sumbang banget suaranya, plis berhenti atau kuping gue bakal copot!" teriak Ghea yang terkenal dengan sifat tomboy nya itu."Iya! Makanya kalo gabisa mainin gitar tuh diem aja, mainin aja tuh orang-orangan sawah!" ledek Zaki 
Baca selengkapnya

2. Kesederhanaan

Mereka ber 6 telah sampai dirumah alin, rumah sederhana yang dikelilingi tanaman-tanaman indah. Mereka ber 6 hidup di dalam sebuah pedesaan yang masih sangat asri, hari-hari mereka selalu diisi dengan kesederhanaan."Lin, dirumah ada siapa?" tanya Vera"Ada ibu, lagi bikin adonan gorengan buat dijual nanti sore." jawab AlinVera mengangguk-nganggukan kepalanya, "Yaudah ayo kita mulai masaknya."Mereka pun memulai kegiatan liliwetannya itu, yang laki-laki tengah sibuk menyiapkan kayu bakar dan yang perempuan tengah sibuk mengiris bahan-bahan yang akan dimasak.Tiba-tiba terdengar jeritan saat mereka sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing."Aww, panasss!" ucap Glen sambil meniup-niup jari telunjuknya"Dih, dasar orang kota, lebay amat." ucap BimoGlen terlihat kesal, "lebay lebay aja lo, nih coba rasain sendiri."Teman-teman glen hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum, karena ya memang mereka memaklumi Glen yan
Baca selengkapnya

3. Rencana

Keesokan harinya, mereka ber 6 berkumpul di saung. Bisa disebut saung itu adalah basecamp mereka, saung itu milik ayah vera, karena ayahnya lah sang pemilik sawah yang amat luas itu."Nanti malem, kita camping yuk!" ajak Ghea kepada teman-temannya."Camping kemana?" tanya Zaki"Emang disini ada gunung?" tanya Glen"Ada, jaraknya lumayan deket, kita cuman perlu naik angkot 1x aja." jawab Ghea"Tapi aku takut, Ghe" ucap Alin, Alin memang paling penakut diantara ke 5 sahabatnya itu. "Ih gaakan ada apa-apa, percaya deh." Ghea berusaha membuat Alin percaya dan tidak takut."Kalo kamu gimana Ver?" tanya Alin kepada Vera yang sedari tadi hanya menyimak."Kalo gue sih ayo-ayo aja, tapi yakin bakalan aman ga nih?" Vera juga sebenarnya agak tidak yakin dengan rencana camping ini, karena gunung yang Ghea maksud adalah gunung yang terkenal dengan cerita mistis, karena banyak orang dari luar kota yang hilang ketika mendak
Baca selengkapnya

4. Camping

Sore haripun tiba, sesuai rencana, mereka telah berkumpul di rumah Alin."Jadi kita bakal beneran camping?" tanya Alin, ia masih belum sepenuhnya yakin tentang rencana ini."Iya lah bener, kita udah siap-siap gini kok." balas Glen"Gue juga masih ga yakin, tapi kalo memang kalian udah fix, yaudah gue ikut aja." ucap Vera yang tengah menggandong ransel berwarna abu nya itu."Hai! Maaf telat yaa..." Ghea baru datang dan ia menyapa semua temannya."Gimana sih, lo yang ngajak dan lo juga yang ngaret." ucap Bimo."Ya maaf, tadi gue ngisi ulang dulu gas kecil ini, biar kita bisa masak disana." "Yaudah, semua udah siap kan?" tanya Zaki"Udah" jawab mereka serentak."Gas!" Mereka menuju terminal angkot didepan gardu desa, hanya butuh 4 menit untuk menunggu kedatangan angkot menuju gunung yang mereka maksud.Setelah 30 menit perjalanan, akhirya mereka sampai di tempat tujuan."Yes, akhirnyaaa"
Baca selengkapnya

5. Camping II

Setelah 3 jam berkumpul diluar tenda, akhirnya mereka memutuskan untuk masuk kedalam tenda dan beristirahat. "Selamat malam semuanya, semoga mimpi indah." ucap ZakiGhea membalas, "Malam juga Zak"Mereka pun bersiap-siap untuk tidur, namun tiba-tiba Alin mencolek bahu Ghea yang baru saja memejamkan mata."Ghe, bangun dong, aku pengen pipis..." rintih Alin dengan nada suara yang kecil."Apa Lin?" tanya Ghea setengah sadar"Aku pengen buang air kecil..."Ghea memaksa matanya untuk terbuka, "Yaudah ayo cepetan"Mereka pun keluar dari tenda dan segera mencari semak-semak."Gapapakan kalo buang air kecilnya di semak-semak aja?" tanya GheaAlin menganggukan kepala, "Gapapa Ghe, yang penting bisa pipis"Setelah menemukan tempat yang aman, Alin segera buang air kecil. Namun tiba-tiba..."Gheaaaaa!!! " jerit AlinGhea yang sedang menahan rasa kantuknya itu langsung terkaget-kaget mendengar jeritan Alin.
Baca selengkapnya

6. Tragedi

Setelah selesai membereskan barang-barang dan tenda, mereka berkumpul dan berdo'a terlebih dahulu, agar perjalanan pulang mereka lancar."Alangkah baiknya, kita berdo'a terlebih dahulu sebelum melakukan perjalanan menuju rumah kita, berdo'a sesuai kepercayaan masing-masing, mulai." Zaki memimpin do'a.Kemudian mereka menunduk dan berdo'a."Berdo'a, selesai." "Yu kita jalan!" ajak Glen.Mereka pun mulai berjalan menelusuri jalanan yang cukup curam, dengan dikelilingi tumbuhan yang lebat dan pohon-pohon yang tinggi."Aduuh, cape banget." keluh Vera"Lebay banget sih, baru aja jalan sebentar" ledek Glen."Ih dasar orang kota ngeselin!" Vera membalas ledekan Glen.Glen hanya membalasnya dengan memeletkan lidah.Setelah sekian lama berjalan, mereka pun sudah sampai di pertengahan. Langit telah berubah menjadi gelap, tandanya hujan akan turun. Mereka segera berjalan agak cepat agar tidak terjebak hujan."Duaarr!" suar
Baca selengkapnya

7. Kritis

Glen segera menghampiri dokter dan bertanya. "Dok, gimana keadaan temen saya?"  "Untuk saat ini, keadaannya sangat kritis, racun ular tersebut sudah menyebar ke separuh bagian tubuhnya."  Penjelasan dari dokter itu, membuat teman-teman Alin kembali menangis. "Tapi Alin masih bisa sembuh kan dok???" tanya Glen sambil mengusap air matanya. "Insyaallah bisa, kami akan berusaha sekeras mungkin untuk kesembuhan teman mas. Tapi untuk sekarang, pasien tak dapat dijenguk terlebih dahulu." ucap Dokter itu. Glen menganggukan kepalanya pelan. "Apa ada orang tua pasien?" tanya dokter. "Tidak ada dok," jawab Bimo "Saya meminta untuk bertemu dengan orang tuanya ya, mohon di panggilkan. Mereka semua mengangguk. "Yasudah, saya permisi." ucap dokter itu.   Setelah dokter memberi tahukan soal keadaan Alin yang kritis, Vera pun menghubungi nomor telfon Pak Kuncoro, ayahnya Alin.
Baca selengkapnya

8. Saling menguatkan

Ghea maju kehadapan Pak Kuncoro dengan kepala tertunduk."Saya yang merencanakan, bahkan memaksa untuk camping Pak." ucap Ghea sambil berusaha menahan suara tangis."Oh, jadi kamu yang mengajak Alin untuk ikut acara tidak jelas yang kamu rencanakan?! Yang membuat anak saya teh jadi Kritis kaya gini!" Pak Kuncoro terus menerus meluapkan amarahnya."Dia ga salah Pak! Stop bentak dia, disini kami semua memang menyetujui ini, dan kami semua minta maaf atas musibah yang menimpa Alin. Ini diluar dugaan kami Pak." Glen berusaha membela Ghea dan teman-temannya."Bagaimanapun ceritanya, kalian semua tetap salah! Gara-gara kalian anak saya harus terbaring lemah diatas kasur sana!" ucap Pak Kuncoro sambil menunjuk Alin yang sedang terbaring tak sadarkan diri diatas kasur Rumah sakit."Saya tidak akan pernah lagi membiarkan Alin bermain lagi dengan Kalian!" lanjut Pak Kuncoro."Pak udah pak... Ini rumah sakit, jangan berisik..." ucap Bu ningsih sambil m
Baca selengkapnya

9. Rindu

Di bawah atap saung yang terbuat dari daung pisang, ke 5 Sahabat itu sedang duduk sambil memikirkan keadaan Sahabat mereka yang 1 lagi, yang tengah menelusuri alam bawah sadar. "Kalo dipikir-pikir, sepi juga ya gaada Alin." ucap Zaki tiba-tiba."Iya bener, ya walaupun dia ga seheboh kita, tapi rasanya hambar banget kita kumpul tanpa ada dia disini." Glen juga ikut berbicara tentang Alin.Mereka semua kembali kedalam lamunannya masing-masing."Pengen banget deh gue nengokin dia" ucap Bimo"Sama euy, cuman ya kalian tau lah Pak Kuncoro segimana marahnya kemarin." Mereka mengangguk"Yaudah, ayo kita coba ke Rumah sakit, terus minta izin sama Pak Kuncoro buat nengokin Alin." usul Vera"Boleh juga tuh" balas Zaki"Tapi gue..." ucap Ghea pelan."Gapapa Ghe, kita hadapin semua ini sama-sama ya" Vera memegang tangan Ghea."Yaudah ayo sekarang kita berangkat" ajak Bimo"Yuk!!" ucap Mereka bersamaa
Baca selengkapnya

10. Semakin memburuk

Namun, saat mereka sedang bersalaman, tiba-tiba mesin EKG yang berada di sisi brankar Alin berbunyi. Tiit tiit tiit Bu ningsih langsung menghampiri brankar Alin, ia sangat panik. "Panggil dokter, panggil dokter!" Bu ningsih berteriak kepasa teman-teman Alin. Bimo segera berlari menuju ruangan dokter. Beberapa saat kemudian, dokter datang beserta kedua suster. Dengan langkah yang cepat, dokter langsung masuk kedalam ruangan itu. "Bu, ibu tunggu di luar ya," ucap Suster Bu ningsih menangis, karena keadaan anaknya yang mengkhawatirkan. Vera tak henti-hentinya berdo'a, ia tak kuasa menahan air matanya. Bimo, Zaki, Glen, Vera dan Ghea mengurungkan niatnya untuk pulang ke rumah, mereka memilih diam di Rumah sakit untuk menemani Bu ningsih. Beberapa menit kemudian, Dokter keluar dan memberikan kabar tentang keadaan Alin. "Dok, gimana keadaan anak saya dok, Alin semakin membaik kan dok?" tanya Bu ningsih
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status