Home / Fiksi Remaja / Friendships / 10. Semakin memburuk

Share

10. Semakin memburuk

Author: Yuniiro
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Namun, saat mereka sedang bersalaman, tiba-tiba mesin EKG yang berada di sisi brankar Alin berbunyi.

Tiit tiit tiit

Bu ningsih langsung menghampiri brankar Alin, ia sangat panik.

"Panggil dokter, panggil dokter!" Bu ningsih berteriak kepasa teman-teman Alin.

Bimo segera berlari menuju ruangan dokter.

Beberapa saat kemudian, dokter datang beserta kedua suster. Dengan langkah yang cepat, dokter langsung masuk kedalam ruangan itu.

"Bu, ibu tunggu di luar ya," ucap Suster

Bu ningsih menangis, karena keadaan anaknya yang mengkhawatirkan.

Vera tak henti-hentinya berdo'a, ia tak kuasa menahan air matanya.

Bimo, Zaki, Glen, Vera dan Ghea mengurungkan niatnya untuk pulang ke rumah, mereka memilih diam di Rumah sakit untuk menemani Bu ningsih.

Beberapa menit kemudian, Dokter keluar dan memberikan kabar tentang keadaan Alin.

"Dok, gimana keadaan anak saya dok, Alin semakin membaik kan dok?" tanya Bu ningsih

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Friendships   11. Sadar

    Ternyata itu semua hanya mimpi, Ghea bermimpi tengah bertemu Alin. Ghea sangat merindukan temannya itu. Ia melihat ke tempat Alin berbaring, ternyata gadis polos itu masih enggan untuk membuka matanya. "Lin, cepet sadar ya. Gue kangen banget" ucap Ghea lirih." Keesokan harinya Vera, Ghea, Bimo, Glen, dan Zaki memutuskan untuk pulang ke rumah terlebih dahulu. Karena mereka sudah 1 malam menginap di Rumah sakit. "Kalian ngerasa ga sih, kalo Alin itu berpengaruh banget dalam lingkaran pertemanan kita?" ucap Glen saat sedang di perjalanan pulang. "Itumah pasti, Kita kurang lengkap kalo ga ada alin, kalo diibaratin, alin itu kaya jantungnya pertemanan kita tau ga." balas Vera. Mereka semua mengangguk pelan. Beberapa menit kemudian mereka telah sampai di rumah nya masing-masing. Mereka mulai membersihkan badan, sarapan, dan sedikit merenggangkan otot-otot mereka yang sepertinya sudah sangat kelelahan. Di lain tempat, Gh

  • Friendships   12. Kembali bersama

    Keesokan harinya, Alin sudah diperbolehkan untuk pulang ke Rumah. Karena keadaannya yang kian membaik, Alin sangat senang, begitu juga ibu dan bapaknya. "Bu, Alin udah ga sabar pengen pulang, pengen kumpul lagi sama temen-temen Alin." ucap Alin kepada bu Ningsih yang sedang membenahi brankar Alin. Bu ningsih tersenyum, "Iya nak, mereka teman-teman yang baik. Selama kamu tidak sadarkan diri, mereka selalu menengok kamu setiap hari, mereka selalu ngedo'ain kamu. Kehadiran kamu sangat mereka harapkan, kamu beruntung punya temen kaya mereka..." ucap Bu ningsih "Iya bu, Alin bersyukur punya sahabat kaya mereka, Hidup Alin rasanya bahagia kalo lagi sama mereka. Mereka orang-orang baik..." balas Alin Beberapa menit kemudian, Bu ningsih sudah selesai membenahi barang-barang milik Alin. Dan mereka menuju kasir untuk membayar biaya perawatan dan membeli obat yang dibutuhkan Alin, Mereka pulang menaiki kendaraan angkutan umum menuju ke rumah. Setelah sam

  • Friendships   13. Rindu Glen

    Setelah 1 minggu berlalu, Glen masih belum pulang ke Desa, ia masih tinggal di Jakarta. Alin, Ghea,Vera Bimo dan Zaki sudah tak sabar menanti kepulangan sahabat terlebaynya itu. Namun, walaupun lebay, pada saat Alin dipatuk ular, Glen lah yang sangat sigap menolong Alin. Maka dari itu, Alin ingin segera bertemu dengan Glen untuk mengucapkam terima kasih sebanyak-banyaknya. "Glen sempet nelfon kalian ga?" tanya Ghea kepada Bimo dan yang lainnya. Namun, mereka menggelengkan kepala. "Engga ko, Glen ga nelfon kita. Kayanya Glen masih lama di sana, maklumlah mungkin dia masih dalam keadaan berduka, makanya dia masih pengen diem di Sana." jawab Zaki "Kok gue ngerasa kangen ya sama orang itu. Bukannya kangen karena sebab yang lain, tapi kangen ketika kita ngumpul bareng-bareng dan bercanda ria sama-sama. Jujur, gue kangen banget" ucap Vera "Iya juga sih, suasananya beda banget ya, ketika salah satu dari kita ada yang pergi atau absen dari kumpulan gini. Enta

  • Friendships   14. Selamat ulang tahun, Ghea

    Saat sore hari tiba, Glen, Bimo, Zaki, Vera dan Alin sudah siap untuk memberi surprise kepada sahabatnya, Ghea. Mereka melakukannya di halaman belakang rumah Zaki yang agak luas"Ver, sekarang kamu ke rumah Ghea terus kamu bilang kalo ada sesuatu yang penting banget, kamu harus bilangnya pake nada yang khawatir atau orang ketakutan" ucap Alin pada Vera, mereka mencatat semua rangkaian acaranya di dalam buku"Oh oke, Lin! Tapi kita mulainya pas langit udah gelap aja kali ya? Biar lebih bagus gitu pas bikin surprise selanjutnya" usul Vera"Boleh juga tuh!" ucap Glen menyetujuiMereka tersenyum dan segera beranjak memasangkan lampu hias kerlap-kerlip, sesuai kesukaan Ghea, Mereka memasang warna Gold dan Merah."Aku ambil dulu ya kue nya ke Rumah. Nanti habis magrib kita mulai rencananya!" ucap Alin dengan semangat"Ayo Lin! Vera anter ke Rumah" ajak Vera"Yuk!"Mereka pun pergi ke rumah Alin untuk mengambil kue ulang tahun y

  • Friendships   15. Lotek Ceu Wati

    Keesokan harinya, Mereka tengah berkumpul di Saung. Berbincang-bincang mengenai rencana masa depan Mereka, sesekali Mereka tertawa karena lelucon yang selalu dilontarkan Bimo"Kalo Si Zaki mah lagi nungguin Si Ratih anaknya pak kades sampai lulus Sekolah. Katanya Zaki cinta mati sama Ratih" ucap Bimo"Yang mana sih Ratih teh?" tanya Vera"Itu ih Ver, yang cantiknya subhanallah banget. Tapi sayang, dia gaulnya sama anak kota, jadi susah deh buat luluhin hatinya." jawab Zaki dengan nada pasrah"Yaudah atuh kamu mah sama Ceu Wati we, kan Ceu Wati janda ngehot di kampung ini" sahut Ghea"Gamau bekas orang lain!" tolak Zaki"Ya terus kamu mau nungguin hati Ratih luluh sampai kapan? Gimana kalo sampai perang dunia ke 3 Ratih belum luluh-luluh sama kamu?" ucap Bimo"Jodoh mah gaakan kemana Bim, siapa tau Ratih berjodoh sama Gue, kan enak ke Gue nya ha ha ha" Zaki tertawa sendirian"Kenapa pada diem?" tanya Zaki"Ga lucu ah si Z

  • Friendships   16. Pasar malam

    Hari itu Zaki, Glen, Bimo, Alin, Vera dan Ghea melihat ada selembaran kertas yang berisi pemberitahuan tentang adanya pasar malam di kampung mereka. Alin yang sudah lama tak pernah mengunjungi pasar malam lantas senang. "Wah ... Pasti seru nih! Alin mau naik sangkar burung ah ... Terus mau beli baju juga, Alin udah lama ga beli baju," ucap Alin dengan nada yang nampak bahagia. "Kalian mau datang?" tanya Ghea. "Ayo!" ajak Vera. "Gas lah!" "Ayokk!" "Kuyy!" Mereka sepakat untuk pergi bersama, sebab tempat diadakan pasar malam itu tidak terlalu jauh dari rumah mereka. *** Malam hari pun tiba, mereka pergi dengan berjalan kaki, sesekali mereka bercanda, dan tertawa. Lampu sorot pasar malam itu terlihat dari kejauhan, Alin semakin tak sabar ingin segera menaiki permainan yang ia sukai. Di pasar malam itu, selain pedagang, ada banyak juga wahana permainan sederhana. Seperti, kora-kora, ombak banyu

  • Friendships   17. Tragedi Pasar Malam

    Setelah mereka naik, biang lala mulai berputar pelan. Alin sangat terkagum-kagum melihat pemandangan dari atas. "Waw ... Indah banget, Alin suka," ucap Alin. "Indah banget ya, Lin. Ghea juga suka," ujar Ghea. "Alin suka banget sama biang lala, setiap ada pasar malam kayak gini, Alin pasti wajib naik biang lala ini. Alin suka pemandangan," ucap Alin. Saat diputaran ke 3, lampu biang lala tiba-tiba mati. Semua yang menaiki biang lala menjerit-jerit ketakutan, kebanyakan anak kecil yang naik. "Mungkin korslet ya listriknya," tebak Vera. "Iya, udah biasa kok kaya gini kalau ada pasar malam, jadi santai aja," Ghea terlihat santai sambil terus melihat pemandangan di bawah. "Tapi Alin takut ..." rengek Alin. "Alin ... Ga papa kok. Tunggu 5 menit lagi ya, pasti jalan lagi," Ghea berusaha menenangkan Alin. Setelah itu, Alin berusaha untuk tenang. Namun, sudah 10 menit biang lala tak kunjung nyala. Ternyata ada kabel yang

  • Friendships   18. Anak Yang Malang

    Kemudian, anak kecil itu dibawa pulang oleh Alin, selama belum ada pihak keluarga yang menanyakan keberadaan anak kecil itu. "Dek, kalau boleh tau, nama adek siapa?" tanya Alin pada anak kecil yang sedang bersedih itu. "Nama aku Denis, Kak." Anak itu menjawab dengan suara yang pelan. Alin mengusap kepalanya, ia merasa sangat iba terhadap anak yang malang itu. "Rumah kamu di mana? Kok Kakak kayaknya ga pernah liat kamu ya?" tanya Alin lagi. "Rumah aku ada di desa seberang, Kak. Aku suka banget naik biang lala, makanya Ibu ngajak aku ke pasar malam itu," jawab Denis, Alin menganggukkan kepalanya pelan. "Ya sudah, kamu ga usah khawatir ya, pasti Ibu kamu baik-baik aja. Sekarang kamu istirahat aja," ucap Alin. Denis memang anak yang baik, terlihat saat pertama kali di bawa ke rumah Alin, ia nampak sangat sopan dan penurut. "Kak, Denis ngantuk," ucap Denis. "Yuk tidur, udah larut malem juga," ajak Alin.

Latest chapter

  • Friendships   21. Terpisahkan Oleh Jarak (Ending)

    Beberapa bulan kemudian, Basecamp berupa Saung yang berada di tengah hamparan sawah yang sangat luas, terlihat sangat kotor dan tidak terawat. Bagaimana tidak, orang-orang yang selalu mengisi tempat itu dengan canda, tawa, dan nyanyian telah terpisah karena waktunya untuk mengejar mimpi mereka masing-masing telah tiba.Bimo memilih merantau ke Kalimantan, Zaki bekerja sebagai buruh pabrik di Daerah Bandung, Ghea ikut kepada ayahnya ke Bogor, Alin kuliah dan pindah rumah ke Cirebon bersama kedua orang tuanya, dan Glen, Ia berada di Jakarta, meneruskan usaha orang tuanya dan berkuliah juga. Hanya tersisa Vera di sini."Kalian apa kabar?" tanya Vera sambil duduk di Saung yang memiliki seribu kenangan manis itu.Ia sering kali merasa rindu kepada teman-temannya. Rindu yang sangat amat terasa di dadanya, sering membuat dirinya menangis."Vera kangen sama kalian ..." ucapnya lirih."Vera harap, kalian bahagia, kalian sukses, kalian sehat di s

  • Friendships   20. Tidak Terasa

    Hari yang sangat cerah. Alin, Glen, Ghea, Bimo, Zaki dan Vera tengah berkumpul di Basecamp mereka."Ga kerasa ya, kita udah pada dewasa. Kayanya sebentar lagi kita bakalan fokus ngejar mimpi kita masing-masing deh," ucap Vera di tengah kesunyian di antara mereka."Iya. Di suatu pertemuan pasti akan selalu ada perpisahan, entah itu karena Impian, kewajiban atau hal yang lain. Yang jelas, kita harus selalu bisa ngerasa ikhlas waktu tiba-tiba kita harus terpisahkan," balas Ghea."Guys," panggil Glen."Apa?""Iya?""Apa?""Mmm ... gue berat ngomong ini. Tapi mau gimana lagi, ini udah keputusan keluarga gue," ucap Glen."Emangnya apa Glen?" tanya Alin."Gue mau nerusin kuliah di Jakarta, sekalian nerusin usaha bokap yang udah mulai agak maju," balas Glen.Jawaban Glen seakan membuat hati mereka sangat sakit. Entahlah, walau Glen hanya pergi ke Jakarta, tapi rasanya sangat berat ketika salah satu dari mereka harus

  • Friendships   19. Sampai Jumpa Lagi, Denis.

    Saat malam hari, Denis dan Alin sedang makan malam. Alin memasak nasi goreng spesial untuk mereka berdua."Gimana Denis, enak ga masakan Kakak?" tanya Alin.Denis mengangguk semangat. "Enak banget Kak, Kakak emang jago masak ya, kaya Ibunya Denis," ucap Denis."Syukur deh kalo Denis suka, Kakak jadi seneng."Setelah makan malam selesai, Denis membawa piring kotor menuju wastafel yang terletak di Dapur."Denis, biar Kakak aja ya yang nyuci piring," ucap Alin, Denis mengangguk.Lalu Denis berjalan menuju ruang tamu. Ia mengambil sapu dan mulai membereskan barang-barang dan menyapu lantai.Alin yang baru selesai mencuci piring lantas melihat ke Ruang tamu."Denis, ga perlu repot-repot, sayang," ucap Alin sambil menghampiri Denis."Ga papa, Kak. Denis suka bantu-bantu Ibu juga kok di Rumah," ujar Denis sambil tersenyum, Alin ikut tersenyum melihat itu."Ya udah, makasih banyak ya Denis ... kamu baik banget deh, Kakak

  • Friendships   18. Anak Yang Malang

    Kemudian, anak kecil itu dibawa pulang oleh Alin, selama belum ada pihak keluarga yang menanyakan keberadaan anak kecil itu. "Dek, kalau boleh tau, nama adek siapa?" tanya Alin pada anak kecil yang sedang bersedih itu. "Nama aku Denis, Kak." Anak itu menjawab dengan suara yang pelan. Alin mengusap kepalanya, ia merasa sangat iba terhadap anak yang malang itu. "Rumah kamu di mana? Kok Kakak kayaknya ga pernah liat kamu ya?" tanya Alin lagi. "Rumah aku ada di desa seberang, Kak. Aku suka banget naik biang lala, makanya Ibu ngajak aku ke pasar malam itu," jawab Denis, Alin menganggukkan kepalanya pelan. "Ya sudah, kamu ga usah khawatir ya, pasti Ibu kamu baik-baik aja. Sekarang kamu istirahat aja," ucap Alin. Denis memang anak yang baik, terlihat saat pertama kali di bawa ke rumah Alin, ia nampak sangat sopan dan penurut. "Kak, Denis ngantuk," ucap Denis. "Yuk tidur, udah larut malem juga," ajak Alin.

  • Friendships   17. Tragedi Pasar Malam

    Setelah mereka naik, biang lala mulai berputar pelan. Alin sangat terkagum-kagum melihat pemandangan dari atas. "Waw ... Indah banget, Alin suka," ucap Alin. "Indah banget ya, Lin. Ghea juga suka," ujar Ghea. "Alin suka banget sama biang lala, setiap ada pasar malam kayak gini, Alin pasti wajib naik biang lala ini. Alin suka pemandangan," ucap Alin. Saat diputaran ke 3, lampu biang lala tiba-tiba mati. Semua yang menaiki biang lala menjerit-jerit ketakutan, kebanyakan anak kecil yang naik. "Mungkin korslet ya listriknya," tebak Vera. "Iya, udah biasa kok kaya gini kalau ada pasar malam, jadi santai aja," Ghea terlihat santai sambil terus melihat pemandangan di bawah. "Tapi Alin takut ..." rengek Alin. "Alin ... Ga papa kok. Tunggu 5 menit lagi ya, pasti jalan lagi," Ghea berusaha menenangkan Alin. Setelah itu, Alin berusaha untuk tenang. Namun, sudah 10 menit biang lala tak kunjung nyala. Ternyata ada kabel yang

  • Friendships   16. Pasar malam

    Hari itu Zaki, Glen, Bimo, Alin, Vera dan Ghea melihat ada selembaran kertas yang berisi pemberitahuan tentang adanya pasar malam di kampung mereka. Alin yang sudah lama tak pernah mengunjungi pasar malam lantas senang. "Wah ... Pasti seru nih! Alin mau naik sangkar burung ah ... Terus mau beli baju juga, Alin udah lama ga beli baju," ucap Alin dengan nada yang nampak bahagia. "Kalian mau datang?" tanya Ghea. "Ayo!" ajak Vera. "Gas lah!" "Ayokk!" "Kuyy!" Mereka sepakat untuk pergi bersama, sebab tempat diadakan pasar malam itu tidak terlalu jauh dari rumah mereka. *** Malam hari pun tiba, mereka pergi dengan berjalan kaki, sesekali mereka bercanda, dan tertawa. Lampu sorot pasar malam itu terlihat dari kejauhan, Alin semakin tak sabar ingin segera menaiki permainan yang ia sukai. Di pasar malam itu, selain pedagang, ada banyak juga wahana permainan sederhana. Seperti, kora-kora, ombak banyu

  • Friendships   15. Lotek Ceu Wati

    Keesokan harinya, Mereka tengah berkumpul di Saung. Berbincang-bincang mengenai rencana masa depan Mereka, sesekali Mereka tertawa karena lelucon yang selalu dilontarkan Bimo"Kalo Si Zaki mah lagi nungguin Si Ratih anaknya pak kades sampai lulus Sekolah. Katanya Zaki cinta mati sama Ratih" ucap Bimo"Yang mana sih Ratih teh?" tanya Vera"Itu ih Ver, yang cantiknya subhanallah banget. Tapi sayang, dia gaulnya sama anak kota, jadi susah deh buat luluhin hatinya." jawab Zaki dengan nada pasrah"Yaudah atuh kamu mah sama Ceu Wati we, kan Ceu Wati janda ngehot di kampung ini" sahut Ghea"Gamau bekas orang lain!" tolak Zaki"Ya terus kamu mau nungguin hati Ratih luluh sampai kapan? Gimana kalo sampai perang dunia ke 3 Ratih belum luluh-luluh sama kamu?" ucap Bimo"Jodoh mah gaakan kemana Bim, siapa tau Ratih berjodoh sama Gue, kan enak ke Gue nya ha ha ha" Zaki tertawa sendirian"Kenapa pada diem?" tanya Zaki"Ga lucu ah si Z

  • Friendships   14. Selamat ulang tahun, Ghea

    Saat sore hari tiba, Glen, Bimo, Zaki, Vera dan Alin sudah siap untuk memberi surprise kepada sahabatnya, Ghea. Mereka melakukannya di halaman belakang rumah Zaki yang agak luas"Ver, sekarang kamu ke rumah Ghea terus kamu bilang kalo ada sesuatu yang penting banget, kamu harus bilangnya pake nada yang khawatir atau orang ketakutan" ucap Alin pada Vera, mereka mencatat semua rangkaian acaranya di dalam buku"Oh oke, Lin! Tapi kita mulainya pas langit udah gelap aja kali ya? Biar lebih bagus gitu pas bikin surprise selanjutnya" usul Vera"Boleh juga tuh!" ucap Glen menyetujuiMereka tersenyum dan segera beranjak memasangkan lampu hias kerlap-kerlip, sesuai kesukaan Ghea, Mereka memasang warna Gold dan Merah."Aku ambil dulu ya kue nya ke Rumah. Nanti habis magrib kita mulai rencananya!" ucap Alin dengan semangat"Ayo Lin! Vera anter ke Rumah" ajak Vera"Yuk!"Mereka pun pergi ke rumah Alin untuk mengambil kue ulang tahun y

  • Friendships   13. Rindu Glen

    Setelah 1 minggu berlalu, Glen masih belum pulang ke Desa, ia masih tinggal di Jakarta. Alin, Ghea,Vera Bimo dan Zaki sudah tak sabar menanti kepulangan sahabat terlebaynya itu. Namun, walaupun lebay, pada saat Alin dipatuk ular, Glen lah yang sangat sigap menolong Alin. Maka dari itu, Alin ingin segera bertemu dengan Glen untuk mengucapkam terima kasih sebanyak-banyaknya. "Glen sempet nelfon kalian ga?" tanya Ghea kepada Bimo dan yang lainnya. Namun, mereka menggelengkan kepala. "Engga ko, Glen ga nelfon kita. Kayanya Glen masih lama di sana, maklumlah mungkin dia masih dalam keadaan berduka, makanya dia masih pengen diem di Sana." jawab Zaki "Kok gue ngerasa kangen ya sama orang itu. Bukannya kangen karena sebab yang lain, tapi kangen ketika kita ngumpul bareng-bareng dan bercanda ria sama-sama. Jujur, gue kangen banget" ucap Vera "Iya juga sih, suasananya beda banget ya, ketika salah satu dari kita ada yang pergi atau absen dari kumpulan gini. Enta

DMCA.com Protection Status