Setelah selesai membereskan barang-barang dan tenda, mereka berkumpul dan berdo'a terlebih dahulu, agar perjalanan pulang mereka lancar.
"Alangkah baiknya, kita berdo'a terlebih dahulu sebelum melakukan perjalanan menuju rumah kita, berdo'a sesuai kepercayaan masing-masing, mulai." Zaki memimpin do'a.
Kemudian mereka menunduk dan berdo'a.
"Berdo'a, selesai."
"Yu kita jalan!" ajak Glen.
Mereka pun mulai berjalan menelusuri jalanan yang cukup curam, dengan dikelilingi tumbuhan yang lebat dan pohon-pohon yang tinggi.
"Aduuh, cape banget." keluh Vera
"Lebay banget sih, baru aja jalan sebentar" ledek Glen.
"Ih dasar orang kota ngeselin!" Vera membalas ledekan Glen.
Glen hanya membalasnya dengan memeletkan lidah.
Setelah sekian lama berjalan, mereka pun sudah sampai di pertengahan. Langit telah berubah menjadi gelap, tandanya hujan akan turun. Mereka segera berjalan agak cepat agar tidak terjebak hujan.
"Duaarr!" suara petir terdengar sangat kencang, dan rintikan air hujan pun mulai turun.
"Kita neduh dulu yuu" ajak Alin, dengan suara agak kencang.
"Disini gaada tempat neduh, jadi kita harus jalan sampai kaki gunung." balas Bimo.
Untungnya, mereka membawa jas hujan plastik masing-masing. Namun, Alin tetap saja ingin meneduh karena ia takut suara petir.
"Temen-temen, Alin takuutt!!" teriak Alin kepada teman-temannya yang masih terus berjalan.
"Lin, ayo Lin, masih jauh nih." ucap Zaki.
"Alin takut banget...."
Zaki menggelengkan kepala dan menyuruh Alin berjalan duluan.
Namun saat mereka sedang fokus menyesuaikan langkah dengan tanah yang curam dan licin, Zaki melihat ular berada di kaki Alin.
"Aliiinn!!! Awasss!!!" teriak Zaki
"Aaaaaaawww!" Alin berteriak kesakitan.
Kakinya sudah terlanjur di patuk ular berbisa, Alin menangis kesakitan.
Teman-teman Alin pun memutar balik langkah dan segera menolong Alin. Semuanya nampak panik melihat mulut Alin yang berubah menjadi biru.
Glen tiba-tiba maju dan berlutut menghadap kaki Alin, ia segera menghisap bisa ular yang ada di kaki Alin.
"Glenn hati-hatii!" ucap Vera khawatir.
Ghea menangis melihat kejadian ini, ia merasa bersalah sekali, karena yang mengajak mereka camping adalah Ghea.
"Woy, cepetan! Kita harus bawa Alin ke rumah sakit!!" teriak Glen.
Mereka segera mengangkat semua barang-barang Alin, sedangkan Alin di gendong oleh Glen.
Hujan lebat telah berganti menjadi gerimis, mereka menunggu angkot di tempat kemarin mereka turun.
"Aduh sialan! Ini angkotnya mana lagi?!!" Bimo sangat kesal karena angkot tak kunjung datang.
Dan akhirnya saat ada mobil bak yang lewat, mereka meminta untuk menumpang, dan sang supir mengizinkan. Mereka segera membawa Alin ke rumah sakit, di perjalanan Alin sempat membuka mata, wajahnya sangat pucat, seperti mayat.
"Lin, Lo sadar Lin!!! Bentar lagi kita sampe!!" ucap Vera sambil menangis.
"A-aku pe-pengen pulang" ucap Alin dengan suara yang sangat pelan.
Mereka semua menangis tak tega melihat sahabatnya kesakitan seperti ini.
"Lin, kita udah mau pulang Lin!!! Tetep buka mata lo...hiks" Vera terus menangis sambil memeluk sahabatnya itu.
Kemudian Alin menutup matanya seketika dan membuat teman-temannya kembali histeris.
🦋🦋🦋
Sesampainya dirumah sakit, Glen menggendong Alin dengan tergopoh-gopoh.
"Dokter!!dokter!!" teriak Glen.
"Ya mas, ada yang bisa kami bantu?" tanya seorang suster.
"Sus, bantu temen saya sus, dia dipatuk ular berbisa." ucap Vera dengan air mata bercucuran.
Suster pun menganggukan kepala dan segera menyuruh mereka membawa Alin ke ruang UGD.
Alin sedang ditangani oleh dokter didalam ruangan, sedangkan teman-temannya duduk dikursi yang terletak di depan ruang UGD.
"Aliiiin..." rintih Vera sambil menutup wajahnya.
Mereka semua nampak sangat sedih dan menyesal, dengan muka yang nampak kacau, mereka semua terus menangis.
"Ini semua salah gue, andai a-aja gue ga ngajak kalian ke gunung..." ucap Ghea tiba-tiba.
"Maafin gue, aliin..." lanjutnya.
Vera yang melihat itu segera memeluk Ghea dan berkata, "Ini semua bukan salah lo, ini emang udah takdirnya... Kita ga perlu nyalahin diri sendiri, apalagi nyalahin orang lain, Alin ga butuh semua itu... Alin cuman butuh do'a dari kita semua..."
Suasana saat itu nampak penuh haru.
Beberapa saat kemudian, dokter keluar dari ruang UGD dan mereka sangat ingin tahu keadaan Alin sekarang.
Glen segera menghampiri dokter dan bertanya. "Dok, gimana keadaan temen saya?" "Untuk saat ini, keadaannya sangat kritis, racun ular tersebut sudah menyebar ke separuh bagian tubuhnya." Penjelasan dari dokter itu, membuat teman-teman Alin kembali menangis. "Tapi Alin masih bisa sembuh kan dok???" tanya Glen sambil mengusap air matanya. "Insyaallah bisa, kami akan berusaha sekeras mungkin untuk kesembuhan teman mas. Tapi untuk sekarang, pasien tak dapat dijenguk terlebih dahulu." ucap Dokter itu. Glen menganggukan kepalanya pelan. "Apa ada orang tua pasien?" tanya dokter. "Tidak ada dok," jawab Bimo "Saya meminta untuk bertemu dengan orang tuanya ya, mohon di panggilkan. Mereka semua mengangguk. "Yasudah, saya permisi." ucap dokter itu. Setelah dokter memberi tahukan soal keadaan Alin yang kritis, Vera pun menghubungi nomor telfon Pak Kuncoro, ayahnya Alin.
Ghea maju kehadapan Pak Kuncoro dengan kepala tertunduk."Saya yang merencanakan, bahkan memaksa untuk camping Pak." ucap Ghea sambil berusaha menahan suara tangis."Oh, jadi kamu yang mengajak Alin untuk ikut acara tidak jelas yang kamu rencanakan?! Yang membuat anak saya teh jadi Kritis kaya gini!" Pak Kuncoro terus menerus meluapkan amarahnya."Dia ga salah Pak! Stop bentak dia, disini kami semua memang menyetujui ini, dan kami semua minta maaf atas musibah yang menimpa Alin. Ini diluar dugaan kami Pak." Glen berusaha membela Ghea dan teman-temannya."Bagaimanapun ceritanya, kalian semua tetap salah! Gara-gara kalian anak saya harus terbaring lemah diatas kasur sana!" ucap Pak Kuncoro sambil menunjuk Alin yang sedang terbaring tak sadarkan diri diatas kasur Rumah sakit."Saya tidak akan pernah lagi membiarkan Alin bermain lagi dengan Kalian!" lanjut Pak Kuncoro."Pak udah pak... Ini rumah sakit, jangan berisik..." ucap Bu ningsih sambil m
Di bawah atap saung yang terbuat dari daung pisang, ke 5 Sahabat itu sedang duduk sambil memikirkan keadaan Sahabat mereka yang 1 lagi, yang tengah menelusuri alam bawah sadar."Kalo dipikir-pikir, sepi juga ya gaada Alin." ucap Zaki tiba-tiba."Iya bener, ya walaupun dia ga seheboh kita, tapi rasanya hambar banget kita kumpul tanpa ada dia disini." Glen juga ikut berbicara tentang Alin.Mereka semua kembali kedalam lamunannya masing-masing."Pengen banget deh gue nengokin dia" ucap Bimo"Sama euy, cuman ya kalian tau lah Pak Kuncoro segimana marahnya kemarin."Mereka mengangguk"Yaudah, ayo kita coba ke Rumah sakit, terus minta izin sama Pak Kuncoro buat nengokin Alin." usul Vera"Boleh juga tuh" balas Zaki"Tapi gue..." ucap Ghea pelan."Gapapa Ghe, kita hadapin semua ini sama-sama ya" Vera memegang tangan Ghea."Yaudah ayo sekarang kita berangkat" ajak Bimo"Yuk!!" ucap Mereka bersamaa
Namun, saat mereka sedang bersalaman, tiba-tiba mesin EKG yang berada di sisi brankar Alin berbunyi. Tiit tiit tiit Bu ningsih langsung menghampiri brankar Alin, ia sangat panik. "Panggil dokter, panggil dokter!" Bu ningsih berteriak kepasa teman-teman Alin. Bimo segera berlari menuju ruangan dokter. Beberapa saat kemudian, dokter datang beserta kedua suster. Dengan langkah yang cepat, dokter langsung masuk kedalam ruangan itu. "Bu, ibu tunggu di luar ya," ucap Suster Bu ningsih menangis, karena keadaan anaknya yang mengkhawatirkan. Vera tak henti-hentinya berdo'a, ia tak kuasa menahan air matanya. Bimo, Zaki, Glen, Vera dan Ghea mengurungkan niatnya untuk pulang ke rumah, mereka memilih diam di Rumah sakit untuk menemani Bu ningsih. Beberapa menit kemudian, Dokter keluar dan memberikan kabar tentang keadaan Alin. "Dok, gimana keadaan anak saya dok, Alin semakin membaik kan dok?" tanya Bu ningsih
Ternyata itu semua hanya mimpi, Ghea bermimpi tengah bertemu Alin. Ghea sangat merindukan temannya itu. Ia melihat ke tempat Alin berbaring, ternyata gadis polos itu masih enggan untuk membuka matanya. "Lin, cepet sadar ya. Gue kangen banget" ucap Ghea lirih." Keesokan harinya Vera, Ghea, Bimo, Glen, dan Zaki memutuskan untuk pulang ke rumah terlebih dahulu. Karena mereka sudah 1 malam menginap di Rumah sakit. "Kalian ngerasa ga sih, kalo Alin itu berpengaruh banget dalam lingkaran pertemanan kita?" ucap Glen saat sedang di perjalanan pulang. "Itumah pasti, Kita kurang lengkap kalo ga ada alin, kalo diibaratin, alin itu kaya jantungnya pertemanan kita tau ga." balas Vera. Mereka semua mengangguk pelan. Beberapa menit kemudian mereka telah sampai di rumah nya masing-masing. Mereka mulai membersihkan badan, sarapan, dan sedikit merenggangkan otot-otot mereka yang sepertinya sudah sangat kelelahan. Di lain tempat, Gh
Keesokan harinya, Alin sudah diperbolehkan untuk pulang ke Rumah. Karena keadaannya yang kian membaik, Alin sangat senang, begitu juga ibu dan bapaknya. "Bu, Alin udah ga sabar pengen pulang, pengen kumpul lagi sama temen-temen Alin." ucap Alin kepada bu Ningsih yang sedang membenahi brankar Alin. Bu ningsih tersenyum, "Iya nak, mereka teman-teman yang baik. Selama kamu tidak sadarkan diri, mereka selalu menengok kamu setiap hari, mereka selalu ngedo'ain kamu. Kehadiran kamu sangat mereka harapkan, kamu beruntung punya temen kaya mereka..." ucap Bu ningsih "Iya bu, Alin bersyukur punya sahabat kaya mereka, Hidup Alin rasanya bahagia kalo lagi sama mereka. Mereka orang-orang baik..." balas Alin Beberapa menit kemudian, Bu ningsih sudah selesai membenahi barang-barang milik Alin. Dan mereka menuju kasir untuk membayar biaya perawatan dan membeli obat yang dibutuhkan Alin, Mereka pulang menaiki kendaraan angkutan umum menuju ke rumah. Setelah sam
Setelah 1 minggu berlalu, Glen masih belum pulang ke Desa, ia masih tinggal di Jakarta. Alin, Ghea,Vera Bimo dan Zaki sudah tak sabar menanti kepulangan sahabat terlebaynya itu. Namun, walaupun lebay, pada saat Alin dipatuk ular, Glen lah yang sangat sigap menolong Alin. Maka dari itu, Alin ingin segera bertemu dengan Glen untuk mengucapkam terima kasih sebanyak-banyaknya. "Glen sempet nelfon kalian ga?" tanya Ghea kepada Bimo dan yang lainnya. Namun, mereka menggelengkan kepala. "Engga ko, Glen ga nelfon kita. Kayanya Glen masih lama di sana, maklumlah mungkin dia masih dalam keadaan berduka, makanya dia masih pengen diem di Sana." jawab Zaki "Kok gue ngerasa kangen ya sama orang itu. Bukannya kangen karena sebab yang lain, tapi kangen ketika kita ngumpul bareng-bareng dan bercanda ria sama-sama. Jujur, gue kangen banget" ucap Vera "Iya juga sih, suasananya beda banget ya, ketika salah satu dari kita ada yang pergi atau absen dari kumpulan gini. Enta
Saat sore hari tiba, Glen, Bimo, Zaki, Vera dan Alin sudah siap untuk memberi surprise kepada sahabatnya, Ghea. Mereka melakukannya di halaman belakang rumah Zaki yang agak luas"Ver, sekarang kamu ke rumah Ghea terus kamu bilang kalo ada sesuatu yang penting banget, kamu harus bilangnya pake nada yang khawatir atau orang ketakutan" ucap Alin pada Vera, mereka mencatat semua rangkaian acaranya di dalam buku"Oh oke, Lin! Tapi kita mulainya pas langit udah gelap aja kali ya? Biar lebih bagus gitu pas bikin surprise selanjutnya" usul Vera"Boleh juga tuh!" ucap Glen menyetujuiMereka tersenyum dan segera beranjak memasangkan lampu hias kerlap-kerlip, sesuai kesukaan Ghea, Mereka memasang warna Gold dan Merah."Aku ambil dulu ya kue nya ke Rumah. Nanti habis magrib kita mulai rencananya!" ucap Alin dengan semangat"Ayo Lin! Vera anter ke Rumah" ajak Vera"Yuk!"Mereka pun pergi ke rumah Alin untuk mengambil kue ulang tahun y
Beberapa bulan kemudian, Basecamp berupa Saung yang berada di tengah hamparan sawah yang sangat luas, terlihat sangat kotor dan tidak terawat. Bagaimana tidak, orang-orang yang selalu mengisi tempat itu dengan canda, tawa, dan nyanyian telah terpisah karena waktunya untuk mengejar mimpi mereka masing-masing telah tiba.Bimo memilih merantau ke Kalimantan, Zaki bekerja sebagai buruh pabrik di Daerah Bandung, Ghea ikut kepada ayahnya ke Bogor, Alin kuliah dan pindah rumah ke Cirebon bersama kedua orang tuanya, dan Glen, Ia berada di Jakarta, meneruskan usaha orang tuanya dan berkuliah juga. Hanya tersisa Vera di sini."Kalian apa kabar?" tanya Vera sambil duduk di Saung yang memiliki seribu kenangan manis itu.Ia sering kali merasa rindu kepada teman-temannya. Rindu yang sangat amat terasa di dadanya, sering membuat dirinya menangis."Vera kangen sama kalian ..." ucapnya lirih."Vera harap, kalian bahagia, kalian sukses, kalian sehat di s
Hari yang sangat cerah. Alin, Glen, Ghea, Bimo, Zaki dan Vera tengah berkumpul di Basecamp mereka."Ga kerasa ya, kita udah pada dewasa. Kayanya sebentar lagi kita bakalan fokus ngejar mimpi kita masing-masing deh," ucap Vera di tengah kesunyian di antara mereka."Iya. Di suatu pertemuan pasti akan selalu ada perpisahan, entah itu karena Impian, kewajiban atau hal yang lain. Yang jelas, kita harus selalu bisa ngerasa ikhlas waktu tiba-tiba kita harus terpisahkan," balas Ghea."Guys," panggil Glen."Apa?""Iya?""Apa?""Mmm ... gue berat ngomong ini. Tapi mau gimana lagi, ini udah keputusan keluarga gue," ucap Glen."Emangnya apa Glen?" tanya Alin."Gue mau nerusin kuliah di Jakarta, sekalian nerusin usaha bokap yang udah mulai agak maju," balas Glen.Jawaban Glen seakan membuat hati mereka sangat sakit. Entahlah, walau Glen hanya pergi ke Jakarta, tapi rasanya sangat berat ketika salah satu dari mereka harus
Saat malam hari, Denis dan Alin sedang makan malam. Alin memasak nasi goreng spesial untuk mereka berdua."Gimana Denis, enak ga masakan Kakak?" tanya Alin.Denis mengangguk semangat. "Enak banget Kak, Kakak emang jago masak ya, kaya Ibunya Denis," ucap Denis."Syukur deh kalo Denis suka, Kakak jadi seneng."Setelah makan malam selesai, Denis membawa piring kotor menuju wastafel yang terletak di Dapur."Denis, biar Kakak aja ya yang nyuci piring," ucap Alin, Denis mengangguk.Lalu Denis berjalan menuju ruang tamu. Ia mengambil sapu dan mulai membereskan barang-barang dan menyapu lantai.Alin yang baru selesai mencuci piring lantas melihat ke Ruang tamu."Denis, ga perlu repot-repot, sayang," ucap Alin sambil menghampiri Denis."Ga papa, Kak. Denis suka bantu-bantu Ibu juga kok di Rumah," ujar Denis sambil tersenyum, Alin ikut tersenyum melihat itu."Ya udah, makasih banyak ya Denis ... kamu baik banget deh, Kakak
Kemudian, anak kecil itu dibawa pulang oleh Alin, selama belum ada pihak keluarga yang menanyakan keberadaan anak kecil itu. "Dek, kalau boleh tau, nama adek siapa?" tanya Alin pada anak kecil yang sedang bersedih itu. "Nama aku Denis, Kak." Anak itu menjawab dengan suara yang pelan. Alin mengusap kepalanya, ia merasa sangat iba terhadap anak yang malang itu. "Rumah kamu di mana? Kok Kakak kayaknya ga pernah liat kamu ya?" tanya Alin lagi. "Rumah aku ada di desa seberang, Kak. Aku suka banget naik biang lala, makanya Ibu ngajak aku ke pasar malam itu," jawab Denis, Alin menganggukkan kepalanya pelan. "Ya sudah, kamu ga usah khawatir ya, pasti Ibu kamu baik-baik aja. Sekarang kamu istirahat aja," ucap Alin. Denis memang anak yang baik, terlihat saat pertama kali di bawa ke rumah Alin, ia nampak sangat sopan dan penurut. "Kak, Denis ngantuk," ucap Denis. "Yuk tidur, udah larut malem juga," ajak Alin.
Setelah mereka naik, biang lala mulai berputar pelan. Alin sangat terkagum-kagum melihat pemandangan dari atas. "Waw ... Indah banget, Alin suka," ucap Alin. "Indah banget ya, Lin. Ghea juga suka," ujar Ghea. "Alin suka banget sama biang lala, setiap ada pasar malam kayak gini, Alin pasti wajib naik biang lala ini. Alin suka pemandangan," ucap Alin. Saat diputaran ke 3, lampu biang lala tiba-tiba mati. Semua yang menaiki biang lala menjerit-jerit ketakutan, kebanyakan anak kecil yang naik. "Mungkin korslet ya listriknya," tebak Vera. "Iya, udah biasa kok kaya gini kalau ada pasar malam, jadi santai aja," Ghea terlihat santai sambil terus melihat pemandangan di bawah. "Tapi Alin takut ..." rengek Alin. "Alin ... Ga papa kok. Tunggu 5 menit lagi ya, pasti jalan lagi," Ghea berusaha menenangkan Alin. Setelah itu, Alin berusaha untuk tenang. Namun, sudah 10 menit biang lala tak kunjung nyala. Ternyata ada kabel yang
Hari itu Zaki, Glen, Bimo, Alin, Vera dan Ghea melihat ada selembaran kertas yang berisi pemberitahuan tentang adanya pasar malam di kampung mereka. Alin yang sudah lama tak pernah mengunjungi pasar malam lantas senang. "Wah ... Pasti seru nih! Alin mau naik sangkar burung ah ... Terus mau beli baju juga, Alin udah lama ga beli baju," ucap Alin dengan nada yang nampak bahagia. "Kalian mau datang?" tanya Ghea. "Ayo!" ajak Vera. "Gas lah!" "Ayokk!" "Kuyy!" Mereka sepakat untuk pergi bersama, sebab tempat diadakan pasar malam itu tidak terlalu jauh dari rumah mereka. *** Malam hari pun tiba, mereka pergi dengan berjalan kaki, sesekali mereka bercanda, dan tertawa. Lampu sorot pasar malam itu terlihat dari kejauhan, Alin semakin tak sabar ingin segera menaiki permainan yang ia sukai. Di pasar malam itu, selain pedagang, ada banyak juga wahana permainan sederhana. Seperti, kora-kora, ombak banyu
Keesokan harinya, Mereka tengah berkumpul di Saung. Berbincang-bincang mengenai rencana masa depan Mereka, sesekali Mereka tertawa karena lelucon yang selalu dilontarkan Bimo"Kalo Si Zaki mah lagi nungguin Si Ratih anaknya pak kades sampai lulus Sekolah. Katanya Zaki cinta mati sama Ratih" ucap Bimo"Yang mana sih Ratih teh?" tanya Vera"Itu ih Ver, yang cantiknya subhanallah banget. Tapi sayang, dia gaulnya sama anak kota, jadi susah deh buat luluhin hatinya." jawab Zaki dengan nada pasrah"Yaudah atuh kamu mah sama Ceu Wati we, kan Ceu Wati janda ngehot di kampung ini" sahut Ghea"Gamau bekas orang lain!" tolak Zaki"Ya terus kamu mau nungguin hati Ratih luluh sampai kapan? Gimana kalo sampai perang dunia ke 3 Ratih belum luluh-luluh sama kamu?" ucap Bimo"Jodoh mah gaakan kemana Bim, siapa tau Ratih berjodoh sama Gue, kan enak ke Gue nya ha ha ha" Zaki tertawa sendirian"Kenapa pada diem?" tanya Zaki"Ga lucu ah si Z
Saat sore hari tiba, Glen, Bimo, Zaki, Vera dan Alin sudah siap untuk memberi surprise kepada sahabatnya, Ghea. Mereka melakukannya di halaman belakang rumah Zaki yang agak luas"Ver, sekarang kamu ke rumah Ghea terus kamu bilang kalo ada sesuatu yang penting banget, kamu harus bilangnya pake nada yang khawatir atau orang ketakutan" ucap Alin pada Vera, mereka mencatat semua rangkaian acaranya di dalam buku"Oh oke, Lin! Tapi kita mulainya pas langit udah gelap aja kali ya? Biar lebih bagus gitu pas bikin surprise selanjutnya" usul Vera"Boleh juga tuh!" ucap Glen menyetujuiMereka tersenyum dan segera beranjak memasangkan lampu hias kerlap-kerlip, sesuai kesukaan Ghea, Mereka memasang warna Gold dan Merah."Aku ambil dulu ya kue nya ke Rumah. Nanti habis magrib kita mulai rencananya!" ucap Alin dengan semangat"Ayo Lin! Vera anter ke Rumah" ajak Vera"Yuk!"Mereka pun pergi ke rumah Alin untuk mengambil kue ulang tahun y
Setelah 1 minggu berlalu, Glen masih belum pulang ke Desa, ia masih tinggal di Jakarta. Alin, Ghea,Vera Bimo dan Zaki sudah tak sabar menanti kepulangan sahabat terlebaynya itu. Namun, walaupun lebay, pada saat Alin dipatuk ular, Glen lah yang sangat sigap menolong Alin. Maka dari itu, Alin ingin segera bertemu dengan Glen untuk mengucapkam terima kasih sebanyak-banyaknya. "Glen sempet nelfon kalian ga?" tanya Ghea kepada Bimo dan yang lainnya. Namun, mereka menggelengkan kepala. "Engga ko, Glen ga nelfon kita. Kayanya Glen masih lama di sana, maklumlah mungkin dia masih dalam keadaan berduka, makanya dia masih pengen diem di Sana." jawab Zaki "Kok gue ngerasa kangen ya sama orang itu. Bukannya kangen karena sebab yang lain, tapi kangen ketika kita ngumpul bareng-bareng dan bercanda ria sama-sama. Jujur, gue kangen banget" ucap Vera "Iya juga sih, suasananya beda banget ya, ketika salah satu dari kita ada yang pergi atau absen dari kumpulan gini. Enta