Beranda / Horor / LAILA / Bab 81 - Bab 90

Semua Bab LAILA: Bab 81 - Bab 90

112 Bab

GUDANG KOSONG

Telpon kemudian dimatikan ibu Gina. Lalu dia bicara, "Temanmu Indi, cerdas juga. Tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa!"Badanku gemetar. Kemudian mobil yang membawaku, berhenti. Pria disampingku bicara dengan wajah yang sangat dekat di wajahku, "Kita sudah sampai." Aku merasa risih tapi aku sembunyikan agar dia tidak membenciku. Saat kami masih di dalam mobil tiba-tiba ponselku berbunyi. Ibu Gina mengangkatnya dan terdengar suara Indi."Sebaiknya lepaskan Filio, aku sudah menghapal nomor plat mobilmu. Polisi akan mencarimu. Hukuman berat akan siap menanti jika kalian terus lanjut."Ibu Gina menjawabnya, "Jika kamu melapor. Filio akan mati."Indi juga menjawabnya, "Hukuman mati juga akan menanti kalian."Ibu Gina marah, "Aku tidak peduli. Suruh Wira yang jemput anaknya sendiri. Jika ingin Filio tetap hidup." Kemudian telpon dimatikan.Kedua pria di sampingku terlihat ketakutan.Ibu Gina langsung bicara, "Tidak perlu khawatir. Ini mobil hasil penc
Baca selengkapnya

AYAH MASIH HIDUP

Lama menunggu, Mawar terlihat khawatir. Erlang belum datang juga tapi suara hembusan angin mirip ular masih terdengar."Huss, Hss, Ss!"Mawar kembali memerintah Kumbang, "Cepat kamu lihat Erlang. Aku takut dia kenapa-kenapa?"Tanpa banyak bicara, Kumbang bergerak cepat seperti serangga Kumbang asli. Entah dia takut temannya dalam bahaya atau membalas perlakuan Mawar yang tidak menjawab pertanyaannya. Mawar langsung menggantikan Kumbang memegangi tanganku. Pintu dibiarkan terbuka. Baik Erlang maupun Kumbang tidak kunjung tiba. Hanya suara seperti ular itu yang terdengar."Huss, Hss, Ss!"Mawar khawatir sekaligus emosi, "Sialan, mereka terbang ke mana sih? Gak balik-balik ke sarang."Ucapan Mawar memang agak aneh. Tapi aku tahu maksudnya. Erlang dan Kumbang yang pergi entah ke mana hingga tidak balik ke gudang. Mawar lalu meninggalkanku di gudang. Dia keluar dan mengunci pintu dari luar. Saat aku mencoba membuka pintu tidak bisa. Tiba-tiba tid
Baca selengkapnya

SOSOK DI DEKAT SUNGAI

Aku suka berlama-lama berada di bawah rintik hujan tanpa menggunakan payung, mungkin karena ku diberi nama Hafa. Tapi teman-teman SMA ku bilang, "Dasar gadis aneh, Udah remaja, masih saja main hujan-hujanan." Aku tidak peduli kata mereka. Seperti sekarang saat senja. Ketika pulang membeli buku Harian baru menggunakan uang yang diberikan Ayah sebagai hadiah karena ku telah naik ke kelas 2 SMA. Hujan turun dan aku betah berada di bawahnya membiarkan tubuhku basah. Selain itu yang ku suka adalah tempat sunyi, sebuah jalan aspal dengan pohon di sampingnya yang sedang ku lewati untuk menuju ke rumah. Membuat suasana sangat segar hingga menyejukan hatiku. Tibalah terdengar aliran sungai. Tanda aku harus meninggalkan jalan aspal hitam yang basah dan harus masuk ke hutan untuk menyelusuri jalan setapak tanah coklat yang mengarah ke desa. Ada sesuatu yang ingin ku lihat di waktu ini karena kebetulan awan di langit renggang, yaitu keindahan dari cahaya kuning e
Baca selengkapnya

RAHASIA HUJAN

Di tengah jalan tiba-tiba hujan turun di daerah yang kecil saja, tepatnya di depanku. Sedangkan tempatku berpijak tidak hujan, "Apa ini hujan lokal?"Karena baru menemuinya, aku segera mandi hujan dan membasahi tubuhku. Tiba-tiba hujan berhenti, lalu terdengar suara pria, "Maaf dik. Pipa ledeng bocor. Bapak sedang memperbaiki."Aku kecewa itu bukan hujan, "Maaf pak, ganggu." Lalu kembali melanjutkan perjalanan ke sungai. Saat tiba di sungai, aku kaget. Sungai sudah surut, tapi tidak ada seorangpun di sana, hanya aku sendiri.Lama ku terdiam di sana, tiba-tiba ada anak kecil laki-laki yang datang menghampiriku, "Kakak lagi cari kak Fernan ya?"Aku terkejut dan langsung bertanya senang, "Iya benar, di mana dia dik?"Dia tersenyum, "Kak Fernan ada di sini."Aku segera melihat ke sekeliling tapi tidak menemukan Fernan. Itu membuatku mulai takut dan menatap anak kecil itu dengan gemetar. Aku melihat ke arah Anak kecil yang merupakan tetanggaku, sambil be
Baca selengkapnya

DARAH DI PERBATASAN

Wira terlihat kecewa, "Jika kamu menganggap dalam foto itu, aku sedang bersama Filio, tidak apa-apa!"Aku tersenyum, "Kalau itu aku ngerti. Kamu pacarnya adiknya Fernan kan?" Kembaliku menanyakan itu karena Wira belum mengiyakannya. Tiba-tiba saat di depan rumah. Fernan sudah ada di sana dan langsung di sapa Wira, "Wajahmu seperti perpaduan kami berdua, Orang tuamu. Ayah senang kamu baik-baik saja."Terlihat Fernan tidak senang dengan kehadiran Wira, "Kamu pemuda aneh. Seakan-akan menganggap dirimu adalah Ayahku. Aku dengar Hafa bilang kamu pacar adikku, itu jauh lebih masuk akal. Jika kamu ingin membawaku pulang menemui keluargaku. Pergilah! Aku tidak ingin dipanggil saat lagi dibutuhkan saja." Setelah mengucapkan itu, Fernan langsung masuk ke rumah. Sepertinya Fernan terpengaruh ceritaku sebelumnya bahwa keluarganya tidak mengharapkan kehadirannya dan cuma adiknya saja. Terlihat wajah Wira yang terkejut. Aku segera bicara menenangkannya, "Mungkin Fern
Baca selengkapnya

MENCAMPAKAN

Ketika di jalan, aku kaget melihat Fernan sedang bersama seorang gadis yang masih berpakaian seragam SMA. Terdengar teriakan gadis itu sambil berlutut dan memeluk kaki Fernan, "Aku akan lakukan semuanya, asalkan kamu mau! Aku mohon!"Aku cemburu tapi kasihan dengan gadis itu saat Fernan mendorongnya hingga jatuh di jalanan. Orang-orang di sana langsung melihat ke arah Fernan dengan marah.Aku mulai menebak-nebak, gadis itu yang membelikan Fernan Hp karena tergila-gila dengan Fernan. Tapi Fernan memilih setia padaku hingga mencampakannya. Tiba-tiba pemuda lain yang ku suka mengirim pesan privat di Hpku, "Sekarang ke rumahku. Ajarin aku memasak sekalian aku ingin kamu mencoba pakaian seksi yang ku beli buat karyawatiku. Kamu bisa coba langsung di kamarku." DM Tama membuatku tercengang.Ini kesempatanku mendapatkan hati Tama. Aku jadi bingung, harus mendatangi Fernan dan membela gadis itu, tapi aku tidak suka dengan Fernan yang kasar dan pasti orang-orang akan
Baca selengkapnya

PENGUBAH TAKDIR

Sambil berjalan menuju mini market, Fernan menjawab, "Aku kerja dan rencananya aku ingin pindah dari rumahmu!"Meski kecewa tapi sepertinya itu lebih baik karena kami menjadi bahan pembicaraan negatif oleh para tetangga, jadi aku jawab, "Jika itu pilihanmu. Aku tidak bisa melarang. Kita juga tidak punya hubungan darah dan belum menikah. Memang tidak pantas satu rumah!" Sesampainya di dalam mini market kami dikejutkan dengan Polisi yang sedang memukul dan menendang seorang wanita dan dua gadis. Meski mereka memohon ampun Polisi terus memukulnya. Aku segera meminta Fernan untuk menolong mereka, "Fernan..." Tapi saat aku menoleh ke samping, Fernan sudah tidak ada. Saat aku melihat ke depan kembali, Fernan terlihat menghalangi Polisi memukul wanita itu. Segera aku menghampiri mereka. Terdengar Polisi yang marah, "Dia mencuri di Mini Market milikku, pantas untuk di hukum."Hanya satu kalimat dari Fernan, membuat suasana panas langsung dingin, "Bukan hukuman, tapi so
Baca selengkapnya

KANTOR DI TENGAH HUTAN

Tiba-tiba seluruh lampu di pasar malam mati dan membuat pengunjung panik. Termasuk kedua anak kecil itu yang menangis dan ketakutan, aku memeluk mereka dan menenangkannya, "Tidak apa dik, nanti akan nyala lagi."Seketika seluruh lampu di pasar malam menyala kembali. Saat bersamaan Fernan datang dan bicara, "Setiap pasangan menikah saat yakin yang laki-laki bisa melindungi serta menafkahi istrinya dan yang perempuan bisa mengurusi suaminya. Lihat kalian berdua, apa bisa melakukan itu." Kedua anak kecil itu terdiam. Kami lalu mengantarkan kedua anak kecil itu pulang ke rumah mereka masing-masing. Karena sudah hampir larut malam Fernan menganjurkan, "Sebaiknya aku antar kamu juga untuk pulang. Sebenarnya aku ingin membelikan apa yang kamu ingin di pasar malam tadi tapi sekarang udah terlalu malam. Besok aku akan ku ajak kamu ke Mall."Ucapan Fernan menyadarkan aku kembali tentang kemisteriusan pekerjaannya, "Kamu tiba-tiba punya banyak uang. Itu membuatku penasaran dengan
Baca selengkapnya

RUMAH DI TENGAH HUTAN

Aku pulang sendiri. Sebelum pulang aku belanja makanan di sebuah restoran, aku ingin bawakan oleh-oleh untuk Orang Tuaku sebagai permintaan maaf. Selama menunggu makanan yang ku pesan selesai di masak. Aku duduk di salah satu kursi di restoran itu yang lumayan ramai oleh pengunjung. Hal mengejutkan tiba-tiba datang. Fernan terlihat masuk ke restoran dengan seorang gadis. Aku berusaha tidak buruk sangka dan tetap di tempat dengan sabar untuk melihat mereka berdua sambil menyembunyikan wajahku dengan kertas daftar menu makanan. Aku memperhatikan Fernan yang sedang duduk di meja yang sama dengan seorang gadis yang wajahnya tidak ku kenal. Banyak sekali gadis disekitar Fernan, aku harus kuat mental. Terlihat mereka berdua sedang bicara serius. Tiba-tiba Fernan beranjak pergi dan gadis itu berteriak, “Ku mohon jangan tinggalkan aku!!!” Seketika semua pengunjung di restoran itu melihat ke arah mereka berdua. Tapi Fernan tetap melangkahkan kakinya pergi. Dengan cepa
Baca selengkapnya

FERNAN ADA DI KELAS

Di luar rumah aku menghirup udara segar untuk menenangkan diri sekaligus berpikir untuk mencari alasan agar aku bisa pergi dari sini tanpa membuat Fernan marah. Dengan cemas aku menghadap Fernan sambil memasang muka polos, "Aku baru ingat, ibu menyuruhku jangan lama-lama di luar rumah."Fernan kemudian membalasnya, "Kalau begitu, aku akan antar kamu pulang."Aku mengangguk seakan tidak berani membantahnya.Fernan mengantarku sampai ke rumah menggunakan mobilnya. Dia lalu pamit pulang. Semenjak kejadian itu. Aku tidak menghubungi atau bertemu Fernan lagi. Selama seminggu ini Fernan tidak menghubungiku. Mungkin karena banyaknya gadis di sekitar Fernan, jadi dia melupakanku. Itu membuatku senang. Tapi suasana di Sekolah menjadi hampa. Tidak ada lagi sesuatu yang ku tunggu untuk dilakukan setelah pulang Sekolah seperti menemui Fernan yang ku suka. Tapi sekarang Fernan membuatku takut dengan kemisteriusannya. Saat aku melamun di kelas. Tiba-tiba Guru masuk dan me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status