Home / Thriller / Anathema: Back to the Past / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Anathema: Back to the Past : Chapter 31 - Chapter 40

122 Chapters

Part 30 - Queen of Genderuwo

Di masa depan, Malika beserta Nenek Sumitra dirawat di ruangan isolasi. Kondisi mereka berdua sangat memilukan, Malika hangus sementara punggung Nenek Sumitra juga hangus menggosong karena kejatuhan oleh kayu panas sewaktu kejadian tragedi kebakaran 2 hari yang lalu. Selama 2 hari ini, Malika tak sadarkan diri sementara kondisi Nenek Sumitra kian membaik. Ada baik dan ada buruknya juga jika Malika koma seperti ini. Baiknya adalah Malika tidak akan membabi buta lagi seperti kemarin. Dan buruknya, Malika harus mengalami berada di ambang kematian dan kehidupan di alam bawah sadarnya. Sumedh duduk di luar, ia meratapi kehidupan istrinya. Beberapa lama kemudian datanglah seorang suster, suster itu baru saja keluar dari ruangan isolasi Malika dan nenek Sumitra. "Pak Sumedh, kondisi Dokter Malika sangat parah. Sebelumnya saya mohon maaf, ada kabar yang buruk yang akan saya sampaikan kepada Bapak, Pak. Nampaknya Dokter Malika tidak akan bertahan dalam jangka bebera
Read more

Part 31 - The Virus Continues to Spread

Di hari itu juga Bu Iis, Sumelika, Aisyah, Desti, Tania, Romi serta Rindu membuat bendungan kecil yang mengelilingi rumah Bu Iis yang tujuannya untuk mencegah para zombie masuk ke dalam rumah, semoga saja malam nanti mereka aman dan tak ada satupun zombie yang masuk ke dalam rumah mereka. Meninggalkan hiruk pikuk Desa Tengkorak, di rumah keluarga Petni, Halimah sedang menangis di jendela rumahnya yang berada di lantai 3, Halimah melihat betapa menderita dan mengerikannya sekarang desa Tengkorak yang sudah menjadi desa zombie yang benar-benar diisi oleh para zombie di sana. Zombie di desa Tengkorak jauh mengerikan dibandingkan zombie yang lain karena seluruh wajah dan tubuh mereka dipenuhi dengan nanah cacar api. "Kak Tono, kak Tono ... kenapa kakak membuat desa ini menjadi hancur berantakan seperti ini? Apa kakak tidak tahu ganjaran yang akan kakak terima kelak di akhirat nanti, hanya demi harta dan tahta?" kata Halimah, sebari meratapi kondisi Desa Tengkor
Read more

Part 32 - Red Werewolf

Akhirnya mereka sampai juga di lapak nasi goreng, kala itu syukurlah lapak nasi goreng masih buka walaupun wabah virus zombie cacar api menyerang. Tampak lapak nasi goreng itu dihiasi dengan obor-obor, hal ini semata-mata untuk menakut-nakuti zombie agar tak menyerang tukang nasi goreng karena zombie takut sekali dengan api. Tukang nasi goreng tak terkena cacar api dan wabah zombie, karena rumah tukang nasi goreng bukan di Desa Tengkorak tetapi di ujung hutan desa Tengkorak, kebetulan dia juga membangun sebuah tempat penampungan anak jika jaman sekarang bisa dinamakan panti asuhan. "Oh, pantesan, Mang. Kirain si Emang warga desa Tengkorak juga." Sumelika yang lega sekali mendengar pernyataan tukang nasi goreng."Mang, pesan nasi goreng 7 ya, dibungkus," "Siap, Neng." Dengan sigapnya tukang nasi goreng itu membuatkan nasi goreng pesanan Sumelika."Banyak banget, Mel." Aisyah."Iya, untuk orang rumah juga.""Mang, saya
Read more

Part 33 - Met the Queen of Genderuwo, 'Mohini'

Sumelika, Aisyah dan Rindu sudah sampai di rumah Bu Iis tepat di jam 2 dini hari. Aisyah dan Rindu sangat pusing karena mereka baru saja terbangun dari pingsannya, ditambah mereka juga sangat mual akan tangan cacar api yang menutup mulut mereka berdua. Bu Iis menyambut kedatangan mereka bertiga, dan langsung menyuruh Aisyah serta Rindu tidur di ranjang kamar tempat tidur mereka. "Kalian tidur saja dulu. Ibu akan mengobati kalian supaya kalian tidak mual ataupun pusing lagi." Ucap Bu Iis, yang sudah menganggap Rindu dan Aisyah seperti anaknya sendiri. Karena sudah tak kuat lagi akan semua yang terjadi, Aisyah dan Rindu terlelap dalam beberapa menit. Bu Iis membawa jeruk nipis, lalu dia melulurkan jeruk nipis ke mulut Aisyah dan Rindu agar bau tangan cacar api dari zombie tadi tidak terasa lagi di saat mereka bangun nanti. Terlihat Sumelika masih duduk di ranjangnya, ia melamuni peristiwa yang terjadi tadi. "Neng Sumelika, kamu janga
Read more

Part 34 - Mohini's Dark Story(1)

Waktu itu, saat kondisi sudah mulai aman, Sumelika akan berubah wujud menjadi manusia biasa kembali, namun sesosok genderuwo itu datang di hadapan Sumelika. Refleks Sumelika kaget, takut genderuwo itu akan berbuat sesuatu yang tidak-tidak kepadanya. Mau bagaimana juga Sumelika tetap manusia biasa, walaupun Sumelika sangat pemberani kepada musuh-musuhnya, akan tetapi jika dia melihat sesosok yang sebegitu mengerikannya, dia akan tetap takut juga.Masih dalam keadaan menjadi manusia serigala merah, Sumelika menatap Mohini dengan penuh ketakutan."Bagaimana? Apa kau kaget dan takut dengan serangan yang aku berikan tadi?"Sumelika terkejut, pikiran yang macam-macam mulai menyeruak di benak Sumelika, pikirannya pun telah kemana-mana sekarang."Maksudnya?" Sumelika memberanikan diri untuk menayakan maksud dari penuturan Mohini kepadanya. "Haha, rupanya kau sudah bisa berbicara kepadaku. Saat kita pertama kali bertemu, kau kaku bagaikan batu, kau ju
Read more

Part 35 - Mohini's Dark Story(2)

Saat Dimas akan pergi, tangan yang berbulu hitam lebat dengan kuku tajam merauk pundak Dimas. Dimas menoleh ke arah asap tadi. Ternyata asap hitam itu mengeluarkan tangan yang merauk Dimas, Dimas yang tak tahu apa-apa mulai ketakutan lagi. "A-ada apa ya?" tanya Dimas, terbata-bata tak karuan. Tangan berbulu tadi mulai mencekik leher Dimas sampai Dimas terangkat ke udara."Lepaskan saya, tolong lepaskan saya, saya hanya penasaran dan tujuan saya melepaskan kamu hanyalah membantu saja. Tolong lepaskan saya, saya mohon, hiks-hiks-hiks." Dimas langsung menangis karena lehernya sakit, mungkin sebentar lagi jika tidak ditolong, Dimas akan habis di tangan asap hitam itu yang merupakan Mohini. "Aku bisa saja melepaskanmu, tetapi ada syarat yang harus kau penuhi!" cakap Mohini yang masih dalam wujud asap hitam. "Apa syaratnya?" tanya Dimas, yang mulai gelagapan karena lehernya semakin tercekik. "Kau harus memasukanku ke
Read more

Part 36 - Scout

Pak Kyai Iskandar dan Dimas datang ke Desa Tengkorak, mereka berdua akan menangkap Mohini yang sudah membuat kehancuran. Kehancuran pada masa itu tak jauh berbeda ketika Mohini menyebarkan wabah penyakit zombie pada tahun 1915.Pak Kyai Iskandar menantang Mohini untuk muncul di hadapan Pak Kyai Iskandar dan Dimas sekarang juga, dan beberapa lama kemudian Mohini datang ke hadapan mereka berdua dengan wujud genderuwo raksasa."Haha, setelah sekian puluh tahun, akhirnya kita bertemu lagi." Mohini tersenyum pada Pak Kyai Iskandar, dia seperti menantang Pak Kyai Iskandar untuk mengurungnya lagi di dalam botol."Kamu terus berbuat dosa, Mohini. Sekarang banyak sekali seorang Ibu yang kehilangan anaknya gara-gara kamu! Tangisan mereka semua pecah di seluruh penjuru desa karenamu, apakah hatimu sudah benar-benar membatu? Coba kau bayangkan bagaimana seorang Ibu itu menahan rasa sakit yang pedih di dalam perutnya selama 9 bulan, lalu proses melahirkannya yang perjuangann
Read more

Part 37 - First Victim

"Jangan berteriak!" Malika langsung menutup mulut Suster Riska dengan tangannya yang berbulu lebat dan memiliki kuku yang sangat tajam. Seketika Suster Riska langsung pingsan di tangan Malika. Malika mengigit leher Suster Riska, hingga lama-kelamaan tubuh Suster Riska menjadi menghitam bagaikan arang. Ternyata Malika menyedot darah Suster Riska sampai Suster Riska tewas, setelah itu Malika menggendong jasad Suster Riska, lalu Malika menghilang, dan tiba-tiba dia berada di bukit Desa Tengkorak yang di sana terdapat sebuah kerajaan genderuwo yang besar. Di depan istana itu, munculah Ratu genderuwo, dia menyambut baik kedatangan Malika yang sudah membawa tumbal untuknya itu."Hahaha, kerja yang bagus, jangan lupa besok kau harus membawa tumbal lagi kemari." Ucap Mohini. "Dan jika bisa, bawalah 2 manusia sehari, lebih cepat, lebih baik." Sambungnya. "Baiklah, Ratu."Korban pertama yang dibawa oleh Malika adalah Suster Ris
Read more

Part 38 - Irene Entry

Pagi yang cerah menyambut kota Majalengka yang berada di masa depan, sang surya menyinari kota dengan sinarnya, angin semilir terus terasa hingga menimbulkan rasa sejuk. Kenikmatan ini, dirasakan juga oleh para warga rumah sakit hingga suasananya lebih sehat daripada sebelumnya. Crik! Crik! Crik!Terdengar suara anting-anting yang saling beradu, suaranya indah dan sangat menenangkan telinga. Seorang perempuan paruh baya yang cantik jelita, memakai sari merah dan kalung perhiasan, datang ke ruangan IGD Rumah Sakit Pelita Kesehatan.Tap!Tap!Tap!Suara langkahnya yang begitu panik, membuat para suster yang melintas memerhatikan dirinya, yang kala itu sedang mendorong kursi roda yang di sana terdapat seorang anak perempuan yang masih berumur 7 tahun."Kenapa anaknya, Bu?" seorang perawat perempuan yang di saat itu ada di bagian IGD bertanya."Tolong anak saya, anak saya ini sepertinya radang tenggo
Read more

Part 39 - Powerful Weapons

"Aku rasa Sri yang mengintai Sumelika bukan Nenek Sri, karena Sri yang itu sudah berusia 730 tahun, sementara Nenek Sri baru saja berusia 90 atau 95 tahun." Irene. "Hmm, iya juga, Ren.""Biar enak dan enggak kedengeran Sabrina, yuk kita bicara aja di luar ruangan ini." Ajak Irene, yang ternyata nama anaknya adalah Sabrina. Mereka bertiga pun memutusan keluar dari sana. "Desa Tengkorak dari sini jauh enggak?" tanya Irene."Jangan ditanya, kan aku pernah kesana dulu, ternyata memakan waktu 5 jam lebih." Timpal Suster Anna."Memangnya kenapa, Ren?""Begini, aku pengen banget bantuin Sumelika untuk menyelesaikan misinya, ditambah aku juga sekarang kan lagi libur kerja, jadi ada banyak waktu luang." Ujar Irene."Ren, terlalu beresiko kalo kamu masuk di permasalahan kita. Aku kasian sama kamu, kemarin kan kamu udah kena jebakannya Nenek Sri, bertahun-tahun pula, nah sekarang ... kalo semisal kamu kena jebakan di san
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status