Home / Fantasi / Love in The Game (INDONESIA) / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Love in The Game (INDONESIA): Chapter 71 - Chapter 80

131 Chapters

Back in The Game

Leon tidak punya pilihan lain selain mengejar Claire, tapi kakinya yang masih kaku tidak mampu mencegahnya. Claire sudah berada di tangan para pria berbaju hitam itu di dalam apartemen mereka, matanya yang biru menatap Leon untuk terakhir kalinya sebelum kepalanya terpasang kabel itu lagi. Seketika itu juga Claire kembali dalam keadaan koma.“Noooo!!!” seru Leon.Namun terlambat, tubuh Claire sudah terjatuh di lantai. Pria-pria itu kemudian menangkap Leon dan menyeretnya. Leon tidak bisa menahan air mata yang jatuh ke pipinya karena keputusasaan ini. Kabel-kabel itu dipasangkan ke tubuhnya tanpa perlawanan. Leon hanya memandangi Claire yang sudah terbaring dengan kabel penuh terpasang di tubuhnya. Leon tidak ingat bagaimana prosesnya, yang jelas tiba-tiba ia merasa seluruhnya gelap.Leon merasa dirinya tersedot ke dimensi lain dan ia tahu kemana ia akan berakhir. Tiba-tiba tempat gelap itu menjadi terang.‘Welcome back to The Myth. Choos
Read more

Catching Selves

“Shit!” seru Leon sambil berusaha mengeluarkan api dari sebelah tangannya yang lain. Namun hantu itu tertawa sambil terbang dan menghembuskan napas dinginnya ke arah tangan Leon. Kini dua tangan Leon membeku. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Hantu hutan itu kini semakin mendekat ke arahnya. Kini Leon bisa melihat jelas wajahnya yang polos tanpa mata hidung maupun mulut. Entah bagaimana cara ia melihat atau berbicara. Tapi Leon ingat memang menciptakannya seperti itu.Hantu hutan itu sudah hendak merasuk ke dalam tubuh Leon, karena memang seperti itulah karakternya diciptakan. Saat ia sudah mampu merasuki tubuh seseorang, ia akan membunuhnya dari dalam. Leon bergidik saat hantu itu mendekat, sebagian tubuhnya sudah masuk ke dalam tubuh Leon. Kaki Leon tidak dapat bergerak, begitu pula dengan kedua tangannya yang membeku. Ini baru monster pertama yang ditemuinya di hutan ini dan Leon harus sudah bersiap kehilangan nyawa pertamanya sekarang.“Noo
Read more

Murder Him

“No...” gumam Claire sambil menggelengkan kepalanya dan menutupi mulutnya yang ternganga dengan sebelah tangan. Sebelah tangannya masih memegang tombak namun kini tangannya gemetar. Dengan tubuh gemetar bagai melihat hantu, Claire mulai melangkahkan kakinya yang terasa lemas ke belakang.Gadis itu mulai berdiri dan berjalan ke arah Claire. Senyum tipisnya masih menghiasi wajahnya meskipun matanya terus mengeluarkan air mata.“Aku menangis karena kamu! Kamu adalah sisi bodoh dalam diri kita!” serunya.“Siapa kamu?” tanya Claire dengan suara setengah tercekat.“Aku adalah kamu. Hanya saja, aku sisi yang lebih baik dibandingkan kamu!” serunya sambil melangkah lagi ke arah Claire.“Tidak! Kamu bukan aku!” seru Claire sambil menelan ludah. Kini ia bersiap memegang tombaknya dengan kedua tangan. Claire paling takut dengan hantu sejak kecil. Di hadapannya ini seperti cerita-cerita hantu yang memb
Read more

Claire

Leon beringsut mundur saat monyet itu mendekat. Sambil terkekeh, tiba-tiba dengan gerakan yang tidak Leon duga sebelumnya, monyet itu menghunuskan cakarnya yang panjang ke arah Leon. Secara reflek, Leon juga mengangkat pedangnya yang berada tidak jauh darinya sambil menutup mata. Saat Leon membuka matanya beberapa detik kemudian, cakar tajam monyet itu sudah berada tepat di depan matanya. Jaraknya mungkin hanya beberapa milimeter saja. Namun, cakar itu tidak menusuknya. Pandangan Leon teralih pada pedangnya sendiri yang ternyata sudah tertancap dalam di leher monyet itu. Perlahan-lahan tubuh monyet itu berkedip-kedip lalu menghilang.Leon menghela napas lega karenanya. Ia tidak menyangka, mengalahkan monyet itu akan semudah ini. Namun, hal itu menyadarkan Leon akan sesuatu. Meskipun ia menggunakan karakter Perseus, tapi dirinya sama sekali tidak sekuat Perseus pada level sebelum ini. Ia mengenakan semua peralatan perangnya, tapi kekuatannya seperti Leon yang asli.&ldq
Read more

Kill Each Other

Leon menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir kata-kata yang kini terasa nyata berbisik di telinganya itu. Ia tidak mau membunuh Claire, itu tidak akan pernah terjadi. Leon tidak akan menyalahkan Claire untuk apapun. Namun, Claire sudah benar-benar terpengaruh. Sama dengan Leon, Claire juga kini seolah hanya menggunakan kostum Athena, menggunakan senjata Athena, tapi kekuatannya bukanlah kekuatan dewata seperti sebelumnya.Claire mengejar Leon yang terguling saat menghindari serangannya. Sambil berteriak, Claire hendak melempar tombaknya ke arah Leon. Tombak itu hampir saja mengenai kepala Leon, hanya meleset sedikit saja. Ia tertancap di tanah. Leon mengambil tombak itu dan membuangnya jauh-jauh.“Claire! Dengarkan aku!” seru Leon.Namun, Claire sama sekali tidak mau mendengarkan. Sambil berteriak, Claire mengambil sebuah batu di tanah dan mulai menyerang.“Claire! Sadarlah!” seru Leon.Dengan mudah, Leon menjegal tubuh C
Read more

The Outside Realm

“Claire...” kata Leon sambil memegangi kepalanya. Pedangnya yang masih terhunus ke arah Claire perlahan-lahan diturunkan.“Leon, kamu sudah sadar?” tanya Claire.“Maafkan aku,” jawab Leon.“Leon!” seru Claire sambil memeluk Leon sekarang.“Aku yang minta maaf, Leon. Aku tahu sekarang mereka menipuku. Aku tidak tahu dimana ibuku sekarang,” jawab Claire sambil menangis di pelukan Leon.“Aku tidak pernah menyalahkanmu,” kata Leon.“Claire... Aku melihat sesuatu saat aku berada di angkasa barusan,” kata Leon lagi.“Apa itu?” tanya Claire sambil melepaskan diri dari pelukan Leon. Matanya yang biru menatap Leon dengan penuh tanda tanya.“Aku melihat aku ada di sebuah ruangan. Ada selang infus, beberapa orang ada di sana, tidak jelas. Tapi aku yakin tadi aku terbangun hanya untuk sesaat,” jawab Leon.Di luar sana, Boston
Read more

Time Bomb Again

“Shit!” seru Claire.Dengan cepat ia membantu Leon turun dari ranjang. Leon berusaha sekuat tenaga menggerakkan kakinya agar dapat berlari keluar dari ruangan. Namun sialnya satu-satunya pintu yang ada di ruangan tersebut terkunci rapat. Claire dan Leon berusaha mendobraknya namun sia-sia.“Aku bersumpah akan membunuh Boston Hopkins!” seru Leon.“Pantas saja ia menyuruh dua orang tidak berguna ini di sini. Boston ingin membunuh mereka sekalian,” kata Claire menatap tubuh tak bernyawa dua pria bersimbah darah itu di lantai putih ruangan.“Sial!” seru Leon sambil melihat sekeliling. Mencoba mencari jalan keluar lain. Tidak ada jalan lain selain pintu tersebut. Ruangan ini bahkan tidak berjendela.“Kaca besar ini,” kata Claire.Ia lalu mengambil tiang infus dan dengan cepat memukulkannya ke kaca besar itu. Leon segera membantu Claire dengan mengambil satu tiang infus lagi lalu dengan s
Read more

Awake

“Leon... Leon! Kamu bisa mendengarku?”Suara Claire terdengar samar-samar di telinga Leon. Ia mengira mungkin ia sudah mati, tapi kenapa ia masih bisa mendengar suara Claire. Semakin lama suara Claire semakin terdengar jelas, diiringi bunyi beep yang entah apa itu. Bunyi beep itu mengingatkan Leon akan bom waktu, seketika ia memaksa matanya terbuka, namun kembali menyipit akibat sinar lampu yang terang.“Leon... Syukurlah!” seru Claire yang ada di sampingnya. Gadis itu memeluknya.Leon kemudian mencoba melihat wajah Claire dengan lebih jelas dan mendapati kalau wajahnya sudah berhiaskan luka dan plester dimana-mana. Leon berbaring dalam keadaan telungkup dengan wajah menghadap ke samping.“C-Claire...” suara Leon hampir tidak terdengar, tapi Claire mengangguk-angguk.Leon tiba-tiba melihat ke sekelilingnya. Ia menyadari ia berada di atas ranjang rumah sakit, tubuhnya menegang. Selang infus terpasang di tangannya
Read more

Bad Feelings

Ketika Claire membuka matanya pagi itu, betapa terkejutnya ia saat melihat Leon sudah berusaha untuk duduk. Pria itu duduk berlutut sebab bagian bokongnya juga mengalami luka.“Leon! Kamu seharusnya tidak banyak bergerak!” seru Claire terkejut.“Aku tidak apa-apa, Claire. Kalau tidak digerakkan, aku khawatir hasil fisioterapiku selama ini menjadi gagal. Lagipula aku merasa sangat pegal,” jawab Leon.“Apakah tidak terasa sakit?” tanya Claire sambil mendekati Leon.“Sakit sekali. Tapi saat kamu tidur, suster sudah membantuku sarapan dan makan obatnya. Setelah itu aku merasa lebih baik,” jawab Leon.“Luka bakarnya hanya di derajat dua, untungnya. Ini keajaiban. Jika mendengar ceritamu ada kompor gas yang meledak dan Mr. William berada cukup dekat. Ini sebuah keajaiban.”Dokter Moris tiba-tiba datang membuat Leon dan Claire sedikit terkejut. Mereka benar-benar harus membiasakan memanggi
Read more

Out of the Hospital

“Claire! Claire!” seru Leon sambil menggoncang-goncangkan tubuh Claire malam itu. Saat Claire membuka matanya. Leon sudah memakai celana kain longgar dan kemeja longgar yang entah ia dapatkan dari mana. Ia sudah melepaskan infusnya dan membawa sebuah tas travel yang sepertinya sudah ia isi dengan barang-barang mereka yang dibeli Claire selama mereka ada di rumah sakit.“Leon? Apa yang kamu lakukan?” tanya Claire.“Kita harus pergi sekarang,” kata Leon.“Apa? Kamu belum boleh pulang, Leon!” seru Claire.“Ssshhh... Kecilkan suaramu, Claire!” seru Leon.“Ada apa sebenarnya, Leon?” tanya Claire.“Aku yakin melihat mereka,” jawab Leon.“Di mana? Kamu tidak turun dari tempat tidur, bukan?” tanya Claire.“A-aku... Aku memang turun dari tempat tidur, karena aku tidak bisa tidur. Aku harus melatih kakiku, Claire. Meskipun rasanya sangat
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status