Home / Fiksi Remaja / Sadena / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Sadena: Chapter 11 - Chapter 20

83 Chapters

Jutek

"Itu hape siapa, Sel?" tanya Vega, teman perempuan Selin yang duduk di belakang. Saat ia tak sengaja mendapati gadis itu mengeluarkan benda pipih dari saku seragam.Selin menoleh dan tersenyum manis. "Punya Sadena.""Ohh," Vega hanya ber-ohh biasa. Namun, beberapa detik kemudian reaksinya berubah heboh. Gadis itu menempelkan kedua tangan ke pipi lalu melebarkan mata. "WHAT?! HAPE DENA?! ASTATANG!! KENAPA ADA DI ELO?! ANJIR!""Memangnya nggak boleh?" Selin bertanya sambil memutar badannya 180° ke belakang. Menghadap Vega. Gadis itu memiringkan kepala, heran.Di tempat duduknya, Vega menghentakan kaki kesal. "Bukan nggak boleh ya Adul. Tapi itu adalah keberuntungan yang WOW!""Lebay deh," Selin terkekeh dan kembali menyempurnakan posisi duduknya seperti semula. "Cuma hape doang kok."Vega yang melihat itu berdecak sebal, ia memutar paksa kursi yang Selin duduki, membuat gadis itu
Read more

Sebuah Buku

Semua murid duduk tenang menyimak penjelasan Bu Rai tentang tugas kelompok yang akan diberikan. Tugasnya adalah melakukan resensi atau mengulas sebuah buku.Selin duduk diam di pojok belakang. Ia menopang dagu dengan kedua tangan. Matanya melirik ke arah Ankaa dan Sadena yang fokus mendengar penjelasan.Di perpustakaan seluas ini, hanya dia satu-satunya murid bahasa, dan kebetulan pelajaran yang berlangsung adalah bahasa Indonesia. Tetapi sayang, Selin lebih suka membahas tentang puisi."Bagaimana? Jelas tugasnya anak-anak? Kalau tidak, silahkan bertanya," ucap Bu Rai memberikan keringanan.Semua murid menggeleng. "PAHAM BU!!""Baguss. Tugasnya dikumpul selesai jam istirahat. Dan kerjakan secara adil. Berdua yaaa. Jangan sampai satu saja yang mengerjakan sedangkan yang lain hanya menumpang nulis nama. Mengerti anak-anak?""MENG
Read more

Silent

Pulang sekolah, tepat setelah beberapa menit Pak Marwan mengeluari kelas, Sadena dengan cepat memasang jaketnya. Meski terkesan buru-buru, cowok itu padahal berniat menunggu Ankaa yang harus melaksanakan tugas piketnya terlebih dahulu.Sebagian penghuni kelas juga sudah keluar. Menyisakan beberapa murid yang mulai bergerak untuk mengambil peralatan menyapu agar bisa melaksanakan piketnya."Na, sore nanti ke rumah gue, yuk! Kita kerjain tugas bareng-bareng," pinta Ankaa. Cowok itu sedang menyapu kolong meja di belakang Sadena."Hmm." Sadena hanya bergumam. Berikutnya, cowok itu memasang tas hitamnya ke punggung."Oke. Sekalian ajak si Selin, Na. Biar seru," ucapnya. Membuat Sadena terpaksa memandang cowok itu sambil menghela napas."Ngajak Selin mulu. Demen ya lo sama dia?" tanya Sadena sembari memicing.Ankaa menggeleng cepat. "Etdah, kita cuma temenan, Na.""Tem
Read more

Bimbang

"Jangan kasih tau siapa pun kalau gue petinju."Ungkapan Sadena barusan membuat kening Selin mengernyit. Bahkan alisnya hampir menyatu. Sebenarnya, Selin sedang berusaha melupakan hal itu, karena ia takut Sadena akan marah kalau ia terlalu mencampuri urusan cowok itu. Semalam saja, Sadena membentaknya dengan kasar. Dan itu cukup membuatnya jera.Selin mengusap dagunya sesaat, ia bingung harus bagaimana. Di satu sisi, ia kasihan pada Sadena, sementara di sisi lain. Ia merasa permintaan Sadena adalah kesempatan emas. Ya, kesempatan untuknya membalas dendam. Karena Sadena terlalu sering mengomel hingga kupingnya panas."Mau nggak ya?" celetuk Selin setelah terdiam beberapa saat. Tatapannya begitu jahil, dan ia nyengir.Sadena menghela napas berat. "Mau-mau aja napa," sahut Sadena. "Beres.""Terus untungnya apa kalau gue iyain?""Nggak ada," Sadena menggidikan bahunya acuh. "Jangan
Read more

Teka-Teki

"Makanya jangan nilai orang dari omongan. Lo punya mata, kan? Gunain yang bener." -Sadena-***Selin mengeringkan rambutnya menggunakan handuk. Ia baru selesai mandi dan rasanya itu seger banget. Tubuhnya kini berbalut kaos berwarna merah jambu, dan untuk bawahan ia mengenakan celana Ankle puff berwarna abu yang menutupi sampai ke bagian mata kaki. Membuatnya semakin terlihat cute.Selin duduk di bibir kasur, rencananya setelah mandi adalah menonton film Korea kesukaannya. Seperti biasa. Menghabiskan lima eposide sekaligus dalam beberapa jam. Maka dari itu, usai mengeringkan rambut dan membiarkannya tergerai, Selin mengambil laptop miliknya. Ia merubah posisi menjadi telungkup.Namun baru saja menyalakan benda tersebut, gawainya di samping bantal bergetar. Selin beringsut sedikit dan mengambil benda pipih itu. Pesan masuk dari Ankaa.
Read more

Marsha

 Marsha dan Sadava duduk lesehan di taman samping rumah. Beralaskan sebuah karpet berwarna coklat membuat mereka seperti sedang melakukan piknik kecil-kecilan.  Keadaan rumah sedang kosong, Sadena pergi entah kemana dan kedua orang tuanya sedang bekerja. Maka dari itu Sadava enggan membawa Marsha masuk ke dalam rumah. Takutnya, malah memicu gosip tak mengenakan.  "Ayo buka mulutnya, Sha. Aaa," pinta Sadava, sembari menyodorkan sepotong kue bolu coklat ke depan mulut Marsha. Marsha menoleh, ia tersenyum samar, meski begitu Sadava yakin pacarnya itu sedang mengkhawatirkan sesuatu. Karena sedari tadi Marsha hanya diam dan
Read more

Cemburu

Belajar bareng yang direncanakan akhirnya berlangsung. Semua sibuk berkutat pada buku masing-masing. Sadena mengajari Ankaa materi kimia yang sulit cowok itu mengerti.Lain halnya pada Selin, cewek itu malah bersandar di kaki sofa sembari menscroll gawai miliknya. Buku-buku di depannya terbuka semua tapi tidak tersentuh sama sekali."Ih lucu bangettt," gumam Selin. Ketika layarnya menampilkan foto sebuah kucing lucu yang tengah mendongak.Ya, Selin memang menyukai kucing, apalagi yang lucu dan imut seperti di foto tersebut. Ia bahkan pernah memelihara seekor kucing yang ia beri nama Petty. Namun, hanya berselang tiga bulan. Petty mati karena Selin jarang memberi makan. Alhasil, Petty mati kelaparan. Dan Selin pun malas memelihara kucing lagi.Selin tertawa mengingat kecerobohannya tersebut."Sibuk banget, ngapain, Sel?" Ankaa ya
Read more

Aneh

Menit demi menit berlalu, dan sekarang hampir menunjukkan pukul 6 sore. Selesai belajar, Sadena, Selin dan Ankaa memutuskan menonton serial kartun Spongebob.Kini, mereka duduk di sofa ruang keluarga. Sadena fokus menonton begitu pun Ankaa, ditemani cemilan keripik udang kesukaan mereka berdua. Sementara Selin, jangan ditanya, cewek yang berada di tengah itu tidur pulas."Yah, Selin ketiduran, Na," ucap Ankaa kaget.Sadena mengangguk sekilas. Ia sebenarnya tahu cewek itu tidur sedari tadi namun ia malas meladeni. "Biarin aja.""Udah hampir jam enam," peringat Ankaa sembari melirik jam dinding."Hah?!" Sadena melotot kaget. Ia melihat jam tangannya sekilas. "Bangke. Ngomong dari tadi kek.""Gue juga baru nyadar, Na. Haha." Ankaa membela diri."Yaudah bangunin tuh si lemot." Beranjak dari duduknya, Sadena mengambil tasnya yang tersandar di kaki sofa.
Read more

Jawaban

"Lo harus bersikap baik ke semua cewek. Gimana?" Skakmat. Permintaan Selin barusan benar-benar membuat Sadena melongo. Rasanya ia ingin menjitak kepala Selin habis-habisan.Ankaa yang masih anteng menguping memajukan sedikit kepalanya agar bisa mendengar apa yang kedua sahabatnya bicarakan."Lo masih waras nggak sih?" tanya Sadena, kemudian mengacak rambutnya, frustasi. "Gue nggak bisa."Selin memiringkan kepalanya, heran. "Maksud lo permintaan gue nggak masuk akal?" Lalu berdecak beberapa kali. "Nggak bisanya itu dimana Dena? Lo cuma perlu bersikap sedikit lembut ke mereka. Ngomongnya jangan galak dan nggak usah ngegas. Terus sebelum ngomong itu difilter dulu supaya nggak nyakitin hati orang. Mudah, kan? Kan kan? Mau ya? Ya ya?" Kali ini Selin memasang wajah yang sangat melas. Kedua matanya seolah memancarkan sinar berwarna putih.Sadena yang melihat itu b
Read more

Dilema Rasa

Sesampainya di UKS Sadena cepat-cepat membaringkan tubuh Selin di brankar, mukanya panik bercampur bingung. Petugas PMR yang bertugas pun tidak membuang waktu lagi, ia lantas menghampiri Selin dan bertanya pada Sadena. Cowok itu berdiri di samping brankarnya. "Dia sakit apa?" "Kena bola," jawab Sadena ketus seperti biasa. Namun tidak untuk kepanikan di wajahnya yang begitu kentara. "Cepet kasih obat." Petugas PMR itu menggeleng sambil menempelkan punggung tangan ke dahi Selin. "Nggak bisa. Paling cuma dikasih balsem atau minyak kayu putih." "Yaudah cepet kasih. Ribet amat pake mikir segala," perintah Sadena, perasaan cowok itu makin tidak karuan. Mendengar ketegasan dari cowok itu, Dinda-- petugas PMR itu bergegas mengambil balsem dari nakas obat, lalu kembali lagi untuk mengoleskan balsem tersebut ke tengkuk dan belakang telinga Selin sambil memijatnya perlahan.
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status