Semua Bab Pesona Suami Kedua : Bab 31 - Bab 40

41 Bab

31. Istri Lumpuh dan Suami Tampan

Keenan memasang senyuman begitu dia masuk ke kamar Khanza. Tanpa banyak berkata dia mengecup kening Khanza. Khanza yang tubuhnya kaku menatap Keenan penuh arti. "Apa kata dokter, Mas?" tanya Khanza. Keenan masih tersenyum. "Kamu tenang ya, Sayang. Ada beberapa orang yang mengalami seperti kamu. Mereka sembuh dengan terapi. Aku yakin sebentar lagi kamu sembuh."Air mata Khanza meleleh tanpa bisa tertahan. "Aku sakit apa, Mas?"Keenan diam, tidak menjawab. "Jawab, Mas. Aku sakit apa, Mas?" tanya Khanza agak keras. Lagi-lagi Keenan tidak menjawab. Namun, kediaman Keenan itu justru memberikan pemahaman pada Khanza. "Huaaaaa! Aku nggak mau! Ya Allah, lebih baik cabut aja nyawaku!" teriak Khanza histeris. Keenan langsung memeluk Khanza erat. Semakin hancur merasakan tubuh yang ia peluk begitu kaku. "Aku mau mati aja, Mas!" pekik Khanza.Suster mulai berdatangan ke r
Baca selengkapnya

32. ASI Untuk Altan

Keenan tiba di rumah dalam waktu cepat sepulang kerja. Hasil dari ngebut. Kalau saja Khanza tahu, istrinya itu pasti akan marah. Atau ngambek seperti biasa. Tidak banyak waktu yang dipunyai Keenan. Sehabis melihat Altan, dia harus cepat ke rumah sakit merawat Khanza. Orang tua Khanza sudah kembali ke desanya setelah seminggu menjaga Khanza. Kasihan. Sudah sepuh dan keletihan. Sekarang Keenan hanya menjaga Khanza bergantian dengan ibu dan Hani. Mbak Suster membawa Altan yang menangis kencang dalam gendongannya. "Pak Keenan, ini Altan nangis terus dari tadi," kata Mbak Suster. Keenan segera menggendong anaknya. Sebentar saja tidak bertemu sudah rindu sekali. Namun, setiap kali melihat wajah Altan dia langsung sedih. Tidak tega. Anak sekecil Altan harusnya masih bermanja di sisi ibunya. "Kenapa, Nak? Kok nangis terus? Ada Papa di sini," ujar Keenan lembut. "Begini, Pak. Persediaan ASIP Bu Khanza habis," ujar
Baca selengkapnya

33. Jangan Rebut Suami dan Anakku

Hai, teman-temanku yang baik. Mohon dukungannya ya vote dan follow agar aku semakin semangat menulis dan melanjutkan cerita ini. Boleh juga baca cerita-ceritaku yang lain klik bioku biar kita semakin kenal. Aku berniat menulis banyak cerita roman. Mohon support-nya ya, Teman-Teman semoga dilancarkan cita-citanya bagi yang membaca ceritaku. Hani diam-diam mendekati Keenan saat Khanza selesai dipijat dan dilatih berjalan oleh Keenan. "Mas Keenan, ada masalah," bisik Hani. Keenan mengerutkan kening. "Apa?" "Altan nggak mau minum ASIP yang didapat dari pendonor." Hani kelihatan letih dan bingung. Keenan mengembuskan napas. Lelah dan emosi menyatu. "Ya ampun. Apa lagi ini?" gumam Keenan. Khanza menoleh heran melihat Keenan. "Kenapa, Mas? Ada masalah apa?" Kenan cepat menggeleng. "Nggak
Baca selengkapnya

34. Suami Terbaik

Keenan menatap Khanza yang masih terisak di kamar. Rasa sakit hati Khanza tidak dimengerti oleh Keenan. Namun, Bu Ida paham dan sudah menasihati Keenan. "Za, maafin aku ya, Sayang," ucap Keenan lembut. Khanza masih larut dalam tangisan. Enggan menyahuti Keenan. Keenan membungkuk dekat kursi roda lalu memeluk Khanza. "Maafin aku, Za. Aku salah. Aku udah ambil keputusan tentang anak kita tanpa persetujuan kamu. Maaf ya," ucap Keenan terus menerus.Khanza perlahan mengangkat pandangannya. Ia menatap Keenan sedih. Sudah berkali-kali ia bertengkar dengan Keenan, tapi selalu berakhir baikan. Kali ini, Khanza tidak tahu apa bisa memaafkan Keenan atau tidak. Keenan pasti tidak mengerti perasaannya. Tidak lebih Khanza takut kehilangan Keenan, suaminya, juga takut kehilangan Altan. "Za, maafin aku. Aku lakuin itu bukan karena maksud buruk atau seperti yang kamu pikirkan. Aku hanya ingin Altan, anak kita, sembuh. Tapi kala
Baca selengkapnya

35. Kepasrahan Khanza

Khanza dan Keenan harus menahan getir kesedihan luar biasa. Cobaan datang lagi. Altan harus dirawat di rumah sakit karena kondisi kesehatannya menurun. Dokter mendiagnosis bayi malang mereka kekurangan asupan makanan akibat tidak mau minum susu. "Altan ...." Tangis Khanza pecah menyaksikan bayi mungilnya harus ditusuk jarum infus. Memilukan, tapi langkah tersebut mesti dilakukan. "Sabar, Khanza," ucap Bu Ida menguatkan Khanza. Entah berapa kali sudah mendengar kata itu. Mungkin sudah menjadi sarapan setiap hari baginya. Menahan derita pada dirinya Khanza masih tahan. Namun, begitu mendengar jeritan tangis kesakitan bayi yang telah ia lahirkan, rasanya tak sanggup. "Kita doakan anak kita cepat pulih, Sayang. Dengan diberikan cairan infus, otomatis asupan gizi Altan bisa membaik." Keenan menyemangati Khanza meski dia sendiri ragu. Khanza melamun memandangi Altan yang kini telah tertidur setelah lelah menangi
Baca selengkapnya

36. Keputusan Mila

Mila duduk melamun di kamar tamu, tempat di mana ia menetap selama tinggal di rumah Khanza dan Keenan. Endaru dan Altan keduanya sedang bermain dengan anggota keluarga yang lain. Pikiran Mila sendiri jadi tidak menentu. Makan pun jadi tidak enak. Suasana saat ini benar-benar tidak nyaman bagi Mila. Setiap kali Mila berpapasan dengan Khanza, wanita itu pasti bertanya apa keputusannya.Masalahnya, menikah dengan lelaki beristri bukan perkara mudah. Meskipun Keenan adalah laki-laki yang dicintai Mila, bahkan hingga saat ini, tapi Mila bukan tipe wanita yang sanggup menjadi madu. "Pikirkan Endaru, Mila. Kami berjanji, kalau kamu mau menikah sama Mas Keenan, Endaru akan mendapatkan kasih sayang yang sama dengan Altan. Endaru juga akan diberikan pendidikan agama dan sekolah yang terbaik." Kata-kata Khanza itu terus terngiang-ngiang dalam pikiran Mila. Memang benar Keenan menyayangi anaknya. Namun ... setuju dipoligami? Keenan lewa
Baca selengkapnya

37. Antara Dua Wanita

Khanza masuk ke kamar Mila. Mila inisiatif menutup pintu kamar, karena Khanza ingin bicara padanya dari hati ke hati.Tidak ada senyuman di wajah Khanza. Hanya kemuraman. Begitu Mbak ART meninggalkan Khanza dan Mila berdua saja, mereka lama terdiam. Khanza tampak sulit memilih kata-kata."Mbak, doain aja ya biar pernikahanku lancar," ujar Mila memulai pembicaraan.Khanza menatap Mila penuh arti. "Tapi kenapa, Mila?"Mila tersenyum. "Aku juga ingin Endaru bahagia, Mbak. Vino menyayangi Endaru.""Lalu bagaimana dengan kamu?" Khanza menatap Mila tajam.Mila membuang pandangan. Ada kegetiran tergambar di wajahnya. Dijelaskan juga mungkin tidak akan ada yang mengerti. Itu yang dipikirkan Mila.Berat bagi Mila untuk menerima Vino. Seorang korban perkosaaan jarang menerima pemerkosanya sebagai pasangan. Namun, Mila punya alasan lain. Vino memang sudah berbuat jah
Baca selengkapnya

38. Cinta Sejati | Ending

Beberapa waktu telah berlalu. Sejak menikah dengan Vino, Mila sudah pergi dari rumah Bu Ida membawa Endaru.Seperti janji Mila, ia tetap mengirimkan ASIP untuk Altan, karena kondisi Altan membaik. Sudah mau dibujuk minum dengan dot oleh Keenan.Terbukti kekhawatiran Khanza selama ini bisa diatasi. Harus sabar dan kuat. Memang sulit, tapi jika percaya dengan kekuatan doa, semua akan selesai dengan baik.Khanza mulai tenang dan semakin sabar. Walaupun belum sembuh, masih lumpuh, dan tidak bisa berbuat apa-apa, keluarga di sekeliling Khanza tidak pernah meninggalkannya. Terutama Keenan selalu men-support-nya.Seperti hari ini, Khanza sudah mulai bisa menggerakkan telapak kakinya. Keenan teramat senang. Berulangkali dia mencium Khanza atas kemajuan itu."Alhamdulillah. Yakin sebentar lagi bisa jalan. Bismillah, Sayang," ucap Keenan menyemangati Khanza.Khanza tersenyum. "Aamii
Baca selengkapnya

Extra Part 1. Bulan Madu Kedua di Bali

Khanza memindahkan pakaian dari koper ke lemari di kamar hotel. Senyumnya merekah saat memegang lingerie merah muda dan piyama tipis berwarna hijau soft. Ia sendiri yang menyiapkan busana seksi itu untuk menghabiskan malam-malam indah bersama Keenan di Bali. Mereka memutuskan pergi berbulan madu. Altan yang sudah berusia dua tahun dititipkan bersama nenek dan tantenya. Hanya tiga hari waktu yang akan mereka lewati di Bali karena Altan tidak mau ditinggal lama oleh mama dan papanya. Khanza juga tidak bisa cuti lama-lama. Banyak pasien membutuhkan pertolongannya.Napas lembut Keenan menderu di leher Khanza. Diam-diam Keenan mengendap ke kamar dan mendekati Khanza."Sayang," bisik Keenan di telinga Khanza. "Kenapa nggak dipakai ini?" Keenan meraih lingerie di tangan Khanza.Khanza terkikik geli dan menyembunyikan lingerie dari Keenan. "Ini kan surprise buat malam. Kamu jangan lihat, Mas." Khanza dengan manja mendorong Keenan. 
Baca selengkapnya

Extra Part 2. Dia yang Baru

Sepulang dari Bali, kehidupan Keenan dan Khanza semakin bahagia. Keenan setiap hari saat di kantor merindukan Khanza dan ingin cepat bertemu. Khanza pun harus bersusah payah berkonsentrasi dengan pekerjaannya sambil mengingat Keenan. Seorang pasien, ibu berusia enam puluh tahun, akan menjalani operasi pagi ini. Operasi besar. Bukan sekadar pemasangan klep jantung. Khanza jadi teringat dengan Bu Ida, mertuanya. Awal mula ia mengenal Keenan adalah saat ia mengoperasi Bu Ida. Ia memang tidak tahu menahu  rencana awal Keenan dan mantan suaminya, Roman. Walaupun begitu, tetap saja pada akhirnya Keenan adalah jodoh terbaik untuknya. "Saya nggak mau dioperasi. Biarin saya mati aja," celetuk ibu itu terlihat lesu dan stress. "Bu, jangan ngomong begitu. Dosa, Bu," ujar anak perempuannya kesal. Kelihatan sekali sudah lelah fisik maupun batin. "Nggak mau. Buat apa hidup kalau abangmu nggak mau nurutin Ibu?" kata si ibu lagi.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status