Home / Romansa / DI PEMBERHENTIAN TERAKHIR / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of DI PEMBERHENTIAN TERAKHIR: Chapter 11 - Chapter 20

37 Chapters

11 TERTANGKAP BASAH

11 TERTANGKAP BASAH “Rana, tiga hari lagi kan kamu ulang tahun. Kamu mau hadiah apa? Apa mau dirayakan bersama teman-teman Kamu? Bilang aja!” kata pria itu. “Gw ditinggal sama orang yang saat itu gw anggap ayah saat ulang tahun yang keempat. Apa gw masih punya niat untuk merayakannya? Seharusnya malah berkabung.” Selama ini aku memang tidak pernah merayakan hari ulang tahunku. Aku bahkan sudah melupakannya. Pria itu terdiam mendengar perkataanku, tatapan matanya kosong, mungkin saja dia mengingat kejadian bertahun-tahun yang lalu. Saat seorang anak yang seharusnya merasa bahagia merayakan ulang tahunnya bersama kedua orang tuanya, namun hari tersebut menjadi penuh air mata antara ibu dan anak. Sang kepala rumah tangga pergi dan tak kembali. *** Di ruang klub seni. “Ini lukisan apaan sih Ra?” pertanyaan Dito menyadarkan aku dari lamunanku. “Hmmm ... itu, benang kusut.”
Read more

12 MENGINAP

12 MENGINAP Aku langsung ke ruang kerja papanya. Ruang kerja itu lebih mirip perpustakaan. Deretan rak-rak buku tersusun rapih. Tidak begitu sulit menemukan buku yang dimaksud, karena susunannya memang seperti di perpustakaan. Setelah mengambil buku itu aku melihat album foto tua. Aku penasaran ingin melihatnya. Bagaimana papanya Reno (ayahku) di masa mudanya. Sepertinya ini foto dia bersama teman-temannya saat masih kecil. Foto anak SD, SMP dan SMA. Mataku terpana pada beberapa lembar foto. Di situ ada beberapa orang pria dan wanita. Dua wanita diantaranya (setengah yakin dan setengah ragu) adalah ibuku dan ibunya Reno. Foto yang lain menunjukkan mereka berdua dan papa Reno. Foto berikutnya ada seorang pria, dan dilembar-lembar yang lain juga mereka bersama temannya yang lain. Aku langsung menutup album foto itu dan meletakkannya di tempat semula. Tidak lagi berniat untuk melihat foto selanjutnya. Jadi ibuku dan mamanya Reno meman
Read more

13 JALAN-JALAN

13 JALAN-JALAN “Enggak juga tuh. Kata siapa Gw sempurna. Gw besar di rumah yatim-piatu. Ibu Gw meninggal sejak Gw masih kecil, dan bokap Gw ... kabur! Gw sering keluar masuk panti asuhan yang berbeda. Jadi pengamen, sering dikejar-kejar satpol PP. Gw enggak ingat muka ayah  Gw kaya gimana, enggak punya fotonya. Bahkan enggak pernah tau namanya. Gw sedikit ingat muka ibu Gw, waktu dia nangis di depan pintu rumah saat suaminya pergi. Gw enggak pernah punya barang mewah, walaupun cuma dalam mimpi. Jadi, pas Gw punya barang mewah, langsung dikira simpanan om-om. Itulah, resiko yang harus Gw jalani. Sering dipandang rendah orang, bertahun-tahun, mungkin seumur hidup. Ada saatnya dimana Gw mikir kalau Gw bakalan susah nikah. Karena Gw enggak mau ngalamin hal yang sama kaya ibu Gw. Kalau suatu saat nanti Gw nikah, mungkin harus yang punya nasib sama kaya Gw, biar Kami bisa saling mengerti.” “Kok Lo ngomongnya gitu sih Ran?” tanya Reva ingin menangis. “T
Read more

14 TERLUKA

14 TERLUKA Reva pulang bersama Dito, sedangkan aku bersama Reno. HP ku dan Reno berbunyi. Reva dan Dito mengirim foto padaku (mungkin juga pada Reno). Aku melihat Reno yang senyum-senyum sendiri. Dasar sarap! Tanpa sadar aku juga tersenyum melihat foto yang dikirim Reva. “Lo kenapa sih senyum-senyum sendiri?” tanya Reno. “Lah, Lo aja senyum-senyum sendiri. Enggak nyadar apa Lo?” kataku. Dito juga mengirimiku pesan singkat. [Coba deh Lo lihat, difoto itu Lo kelihatan senang banget Ran, dan Lo kelihatan tambah manis. Sering-sering ya kita jalan-jalan, biar Lo tambah senang!] Senyumku semakin melebar membaca kata-katanya. Perhatianku yang terus tertuju pada ponsel membuat perjalanan yang jauh ini terasa singkat. Kami turun dari taksi. “Gw mau ke minimarket dulu,” kataku. “Sini Gw temani.” “Dah enggak usah.” “Eh ini tuh udah malam. Akhir-akhir ini di sini t
Read more

15 DI ANTARA DUA PILIHAN

15 DI ANTARA DUA PILIHAN Dosen pembimbing memanggilku, katanya ada hal penting yang harus dibicarakan. Aku rasa sesuatu yang akan dibicarakan itu bukan hal yang menyenangkan. Aku mengatur nafas sebelum mengetok pintu, dan berharap semuanya akan tetap berjalan lancar. Pak Alex menatapku sebelum akhirnya memulai pembicaraan. Dia membolak-balik kertas-kertas yangvada di hadapannya, dan aku dapat melihat di situ tertera namaku. “Rana, kenapa akhir-akhir ini nilai-nilai Kamu tidak begitu memuaskan seperti biasanya? Absen kamu juga banyak yang kosong. Saya tahu, ini bukan hal yang gampang. Tapi Kamu harus hati-hati, kalau Kamu masih menganggap penting beasiswa ini, kamu harus berusaha lebih keras lagi, bahkan lebih baik dari yang sebelumnya. Oya, mengenai tawaran kuliah di luar negeri, jangan lupa untuk dipertimbangkan baik-baik. Yang bapak tahu, kamu dulu juga berencana untuk kuliah di luar negeri, kan? Mulai sekarang, saya tidak mau lagi melihat nilai dan
Read more

16 MIMPI BURUK

16 MIMPI BURUK“Ra, Gw mau minta tolong sama Lo,” kata Dito.Saat ini aku dan Reva sedang duduk di bawah pohon rindang tempat favorit kami.“Apa?”“Lo mau enggak ngajar private keponakan Gw. Dia masih SD kelas lima. Entar ngajarnya di apartemen Gw, karena kalau di rumahnya, kejauhan. Terus satu lagi, kakak Gw, yang anaknya nanti private sama Lo kan mau buka toko kue, enggak jauh dari tempat Gw, nah Gw udah cerita sama dia tentang Lo. Dia minta gimana kalau Lo nanti yang ngebantu masalah management. Lo kan juga suka bikin kue, jadi lebih ngerti lah masalah ini-itu nya. Masalah waktu kerja, disesuaikan aja sama jadwal Lo. Jadi Lo enggak usah kerja lagi di kafe sama di salon. Kalau di tempat kakak Gw bisa Lo anggap praktek kerja kan. Gimana, mau enggak Lo nolongin Gw?”“Lo serius Dit?”“Iyalah, masa Gw bohong.”“Ini sih bukannya Gw
Read more

17 VIVIAN

17 VIVIAN“Ra, besok Lo ada waktu ga? Gw mau ngajak Lo makan siang,” kata Dito di telpon.“Besok Gw ada kerjaan tambahan di Dufan.”“Ya udah enggak apa-apa, kita makan di sana aja gimana?”“Ya udah.”“Sampai besok ya.”KeesokannyaAku menjaga stand es krim. Karena sekarang hari libur, pengunjung jadi lebih banyak.“Strawberry dan lemonnya satu ya. Ren, Kamu mau apa?” kata seorang wanita.“Terserah,” katanya singkat.Perempuan itu memesankan rasa yang sama. Reno terkejut melihatku, begitu juga aku.Ya ampun, sesempit ini kah dunia? Perempuan itu merangkul lengan Reno dan mengajaknya pergi.Perempuan mana lagi yang jadi korbannya dia? Dito sudah datang menjemputku, tapi aku memintanya menunggu sepuluh menit lagi karena belum waktunya istirahat.Sepuluh menit k
Read more

18 DI TEMPAT PESTA

18 DI TEMPAT PESTAKami pergi ke tempat pesta ulang tahunnya. Sebagai tuan rumah, tentunya Reva tiba lebih dulu sebelum tamu-tamu berdatangan. Dekorasinya dibuat sangat bagus.Satu persatu para tamu datang. Saat Reva sudah mulai sibuk dengan tamu-tamu yang datang, aku mencari tempat duduk yang dekat dengan lampu hias. Malam ini langit terlihat cerah.Aku melihat Dito mengobrol dengan Reva. Mereka melambaikan tangan kepada seseorang. Ya ampun, dia juga datang. Aku langsung berdiri, mencari tempat yang lebih tersembunyi. Aku menunduk dan berusaha menutupi mukaku dengan tas.“Lo kenapa?” Aku menoleh, Reno berdiri di hadapanku. Dia kaget melihat penampilanku, ingin mengatakan sesuatu tapi dibatalkannya. Mungkin tidak ingin mengacaukan acara Reva karena pertengkaran kami.“Ra, kemana aja sih Lo Gw cari-cari. Ayo sini Gw kenalin sama cowok, ganteng banget Ra,” kata Reva berbisik.Aku menurut hanya karena i
Read more

19 JADIAN

19 JADIANCuaca yang buruk membuat kondisi kesehatan pun memburuk. Reva juga dirawat di rumah sakit. Aku juga sering menginap di rumah sakit untuk menemani Reva. Reva itu lebih kaya saudara daripada teman. Akhir-akhir ini aku kurang tidur, dan sejujurnya aku takut untuk tertidur, takut untuk bermimpi. Aku juga sering bermimpi tentang foto yang kulihat di ruang baca dulu. Aku melihat Reno dan Vivian di halaman depan. Aku duduk di depan kamar dengan memejamkan mata.“Lo sakit?” tanya Reno.Aku kembali memejamkan mataku.“Kenapa sih Lo singit banget. Apalagi kalau lihat Gw sama Vivian. Lo enggak suka sama Vivian?”“Gw kasihan sama Reva.”“Mang kenapa Reva?”“Lo enggak tahu atau pura-pura enggak tahu sih?”“Iya, Gw tahu Reva sakit. Kemarin Gw habis nengokin di rumah sakit.”Aku hanya diam saja. Bodoh banget
Read more

20 BERKUNJUNG KE MAKAM DAN PANTI

20 BERKUNJUNG KE MAKAM DAN PANTISemua orang sibuk dengan urusan masing-masing. Sekarang Reva jadi lebih sering bersama Dito. Mungkin setelah Reva lulus, mereka akan menikah.Aku jadi merindukannya. Kusibukkan diriku dengan bekerja dan mengerjakan skripsi. Sudah tiga bulan aku enggak pernah ke rumah Reno.Setiap kali kesana selalu ada Vivian, dan Reno selalu melihat kearahku dengan pandangan penuh rasa iba. Itu sangat menyebalkan.Beberapa formulir beasiswa ke luar negeri berhamburan di meja. Sudah sejak SMA aku mendapat tawaran beasiswa ke luar negeri. Tapi akhirnya kutolak karena akan sulit berziarah ke makam ibu. Kalau aku kuliah di Jakarta, setidaknya aku masih bisa berziarah. Namun akhir-akhir ini, entah kenapa aku sangat ingin pergi.Bel berbunyi, saat kubuka pintu Reno langsung masuk sebelum sempat kuusir.“Lo kemana aja, enggak pernah pulang? Tiap kali Gw kesini enggak pernah ada. Telpon enggak pernah diangkat
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status