Semua Bab WHEN TEARS FALL INTO RAIN : Bab 31 - Bab 40

51 Bab

NOTE 30. SEBUAH BERITA 1

Rajendra menatap Eesha dengan tatapan tidak percaya. “Jadi. . . Bundamu sudah menceritakan hal itu kepadamu?” Eesha menganggukkan kepalanya sembari membersihkan mulutnya dengan tisu ketika kotak makanan di hadapannya telah habis dilahap. Eesha mengambil kopi yang dibawakan Rajendra untuknya dan meminumnya sebelum memberikan penjelasan kepada Rajendra yang memberikan tatapan tidak percaya ke arahnya. “Bunda sudah memberitahukan hal itu kepadaku, Paman. Karena suatu alasan akhirnya Bunda mengungkapkan kisah cinta masa lalu kepadaku semalam. . .” “Lalu bagaimana menurutmu, Eesha?” “Apanya yang bagaimana, Paman?” Eesha menatap heran ke arah Rajendra. “Kisah masa lalu Bundamu. . . bagaimana menurutmu?” “Aku hanya bisa mengatakan bahwa nasib pria bernama Varron Arvind adalah tragis. Karena tindakan beberapa orang di masa lalu yang men
Baca selengkapnya

NOTE 31 SEBUAH BERITA 2

Ravindra bergegas pergi meninggalkan Eila, Ibu Eesha di depan rumahnya setelah baru saja mengantarkan Ibu Eesha dari rumah sakit tempat bunda Eesha menjalani perawatan. Sama seperti sebelumnya, Eila menjaga dan menemani Ishya di siang hari sedangkan Eesha menemani Ishya di rumah sakit di malam hari. Karena itulah setiap pagi dan malam hari, Amartya bertugas mengantarkan Eila pulang dan pergi dari rumah sakit ke rumahnya mengingat usia Eila yang sudah jauh dari kata muda lagi. Tugas tambahan ini diberikan oleh Amartya, Tuannya yang sangat menyayangi keluarga kecil yang hanya berisi tiga wanita di dalamnya. Tiga wanita yang mengalami kejadian pahit yang sama di masa lalu. Begitu menerima panggilan yang sama seperti malam sebelumnya, Ravindra dengan tergesa – gesa berpamitan kepada Eila dan segera menginjak pedal gas mobil kerjanya menuju lokasi dari orang yang baru saja memanggilnya. Dan begitu sampai di lokasi, pemandangan yang sama dilihat oleh R
Baca selengkapnya

NOTE 32 TANDA KEPEMILIKAN

Pagi hari, Rajendra sudah menerima banyak panggilan pada ponsel miliknya. Beberapa panggilan penting yang tidak bisa ditolak membuat Rajendra yang masih dalam keadaan mengantuk berat, mau tidak mau bangkit dari tidurnya. Dengan mata yang masih setengah tertutup, Rajendra membersihkan dirinya dalam waktu singkat dan mengambil pakaian bersih yang mampu diraih oleh tangannya dalam waktu singkat. Dalam waktu kurang dari satu jam, Rajendra sudah berada di lokasi TKP.  “Apa yang terjadi?” tanya Rajendra kepada salah satu bawahannya.  “Selamat pagi, Pak. . .” bawahan itu memberikan salam kepada atasannya. “Tadi pagi, kami menerima panggilan yang mengatakan ada penemuan mayat di sekitar jalanan ini.”  “Kondisinya?” Rajendra bertanya dengan singkat.  “Sama seperti korban sebelumnya.”  “Perkiraan waktu kematiannya?”  “Diperkirakan pukul 8 malam hingga pukul 12 malam. . .”  Rajendra memasang peli
Baca selengkapnya

NOTE 33. KENCAN PERTAMA 1

“Jadi. . . kamu memberiku tanda khusus?” tanya Nanda yang tidak percaya dengan apa yang baru saja Eesha ucapkan padanya.  Eesha menganggukkan kepalanya dan menjawab, “Ya, aku memberimu tanda. . .”  Nanda hendak tersenyum namun dengan cepat menyembunyikan senyumannya dan justru memasang ekspresi heran di wajahnya. “Kamu memberiku tanda di mana tidak semua gadis bisa melihatnya. . .bagaimana mereka bisa tahu bahwa aku adalah kekasihmu?”  Tanpa mengucapkan apapun sebagai jawabannya, Eesha dengan cepat merangkul lengan Nanda dan memeluknya dan sedikit tersipu malu. “Apakah seperti ini cukup?”  Melihat lengannya dirangkul oleh Eesha, Nanda yang sempat menyembunyikan senyumannya kini tidak bisa lagi menahan senyuman di wajahnya.  “Baiklah. . . baiklah, Nona yang cantik ini menang. Tanda yang kamu berikan sudah lebih dari cukup. . .” Nanda tertawa kecil menahan dirinya yang tidak percaya dengan apa yang baru saja dilakukan Ee
Baca selengkapnya

NOTE 34. KENCAN PERTAMA 2

Pemandangan laut yang biru dan suara ombak terlihat dan terdengar oleh Eesha.Siapa yang sangka keinginan lama di masa lalu butuh dua puluh tahun lamanya agar terwujud. . . Suara pintu terbuka terdengar oleh Eesha. Dengan segera Eesha menolehkan kepalanya dan mendapati pintu mobil tempatnya duduk sudah terbuka. Nanda sudah berdiri di depannya dengan mengulurkan tangan ke arah Eesha. “Kamu tidak ingin turun dari mobil?” tanya Nanda. Eesha melepas safety beltnya dan tersenyum melihat Nanda, “Tentu saja aku ingin turun dari mobil.” “Kukira kamu tidak suka dengan laut. . .” Eesha kemudian mengulurkan tangannya di atas tangan Nanda. Dengan dibantu oleh Nanda, Eesha turun dari mobil. Setelah menutup pintu mobil, Nanda mengajak Eesha berjalan ke dekat air laut yang datang tanpa melepaskan genggaman tangannya di tangan Eesha. “Kenapa kamu m
Baca selengkapnya

NOTE 35 DUGAAN 1

Setelah hampir seharian bermain dengan Eesha, Nanda mengantarkan Eesha kembali ke rumahnya dengan selamat. Begitu sampai di depan rumahnya, awalnya Eesha berniat untuk membawa Nanda masuk ke dalam rumahnya dan mengenalkan dirinya kepada dua ibu Eesha secara resmi sebagai kekasih Eesha. Tapi, Nanda menolak dengan alasan lamanya hubungan di antara mereka yang masih belum lama. Setelah berhasil membujuk Eesha, Nanda kemudian menginjak pedal gas mobilnya dan melaju meninggalkan Eesha yang menatap kepergiannya di depan rumah Eesha. Nanda mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang lumayan kencang menuju kembali ke cafe tempatnya bekerja. Begitu tiba di cafe, Nanda sudah disambut oleh beberapa penggemarnya yang merupakan pelanggan tetap di cafe tempatnya bekerja. Tidak butuh waktu lama, Nanda langsung bersiap – siap menyanyikan lagu yang biasa dinyanyikannya untuk menghibur pengunjung cafe yang sudah menunggu kehadirannya. Nanda mengambil g
Baca selengkapnya

NOTE 36 DUGAAN 2

Nanda menggaruk kepalanya lagi dan tersenyum, “Kami adalah teman baik, kami berteman selama sepuluh tahun. Karena hubungan kami, dia memberiku pekerjaan ini. Semua staf di sini adalah teman, awalnya.”  “Aku bisa melihatnya, hubungan kalian terlihat cukup baik.”  Nanda kemudian berjalan ke mesin pembuat kopi di meja di dekat pintu ruangan tempatnya berada, “Paman ingin minum sesuatu?”  “Black coffee. . .”  Dalam waktu lima menit, Nanda telah menyiapkan dua gelas minuman dan memberikan salah satunya kepada Rajendra. “Kopi hitam untuk Paman.” Nanda mengambil kursi di depan Rajendra dan duduk di hadapan Rajendra. Sembari meminum minumannya, Nanda bertanya kepada Rajendra, “Jadi ada apa Paman datang menemuiku?”  “Ini soal Eesha. . .”  Rajendra baru saja menyebutkan nama Eesha dan belum menyelesaikan kalimatnya. Dengan cepat, Nanda memotong kalimat Rajendra. Raut wajah Nanda yang tadinya santai kini berubah menj
Baca selengkapnya

NOTE 37 HASIL YANG DITUNGGU 1

Rajendra tiba di kantornya dan melihat semua anak buahnya sedang sibuk menyusun dan memilah semua data yang diperintahkan oleh dirinya. “Bagaimana?” tanya Rajendra kepada asistennya yang sedang sibuk menyusun ulang semua data yang ada. “Mohon maaf, Pak. Karena permintaan Bapak yang sedikit mendadak, kami semua sedang menyusun ulang dan mengumpulkan semua bukti permintaan Bapak. Masing – masing dari kami masih mengumpulkan lagi semua rekaman cctv yang berhubungan dengan korban. Kami juga mulai memeriksa ulang, data panggilan di ponsel korban selama sebulan sebelum korban ditemukan tewas.” “Aku mengerti. . . permintaanku ini pasti menyulitkan semuanya. Tapi. . . ini harus dilakukan. Bisakah kamu ikut ke ruanganku sebentar?” Asisten Rajendra meletakkan semua bahan penyelidikannya dan mengikuti Rajendra masuk ke ruangannya. “Ada apa, Pak?” tanya asisten Rajendra ke
Baca selengkapnya

NOTE 38 HASIL YANG DITUNGGU 2

Eesha menari – nari begitu selesai membersihkan dirinya dan sedang memilih pakaian yang akan dikenakannya hari ini. Seperti biasa, Eesha tetap percaya diri menyanyikan beberapa lagu dengan nada sumbang yang dimilikinya. Eesha melihat dan mengambil beberapa pakaian dari dalam lemari, yang kemudian dicobanya satu persatu di depan cermin. Beberapa pakaian yang sedikit feminim dengan berbagai motif telah dicoba Eesha satu persatu. Dari pakaian dengan motif bunga, polkadot, garis, kotak dan polos, semua dirasa Eesha tidak ada yang cocok untuk dipakainya. Eesha kemudian memilih lagi dari mengenakan berbagai macam model rok yang dimilikinya, semua kombinasi pakaian yang dipilih Eesha dirasa tidak cocok dengannya. “Kenapa aku sama sekali tidak punya pakaian yang bagus. . .” keluh Eesha ketika melihat semua pakaiannya telah memenuhi tempat tidurnya dan tidak ada yang cocok dengannya. Setelah satu jam lamanya memilih pakaian, Eesha bera
Baca selengkapnya

NOTE 39 HASIL YANG DITUNGGU 3

Eesha menggelengkan kepalanya merasa ragu – ragu dan tidak yakin, “Sama seperti Paman, aku pun menanyakan hal yang sama ketika mencurigai seseorang yang mungkin adalah Kiran. Sampel itu kuberikan pada Paman untuk menguatkan dugaanku, tapi hingga hari ini aku masih belum menemukan alasan Kiran menyembunyikan identitasnya dan memilih untuk tidak kembali pulang bersama kami.”  “Lalu di mana Kiran sekarang berada?” tanya Rajendra. “Biar Paman yang bertemu dengannya dan bertanya padanya.”  Eesha menggelengkan kepalanya lagi. “Aku tidak bisa mengatakannya pada Paman.”  “Kenapa?” tanya Rajendra dengan nada sedikit meninggi karena merasa tidak bisa menerima penjelasan Eesha.  “Paman. . .” panggil Eesha dengan nada suara yang lembut.  Rajendra yang menyadari dirinya sedikit meninggikan suaranya di hadapan Eesha segera meminta maaf kepada Eesha, “Maafkan Paman. . .”  “Beri Eesha sedikit waktu, Paman. Kita semua tahu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status