“Bukankah kamu berjanji akan pulang, Kiran? Bukankah kamu berjanji akan bermain lagi bersamaku, Kiran? Dua puluh tahun aku menunggumu, Kiran. Dua puluh tahun juga, aku mengharapkanmu pulang.”Nanda terus bernyanyi tidak mempedulikan suara Eesha. Tidak berani berharap bisa bersamamu. Hanya bisa menyembunyikan cintaku darimu. Bahkan jika air mata jatuh menjadi hujan. Bahkan jika kata – kata sedingin es. Jika kekasih tidak bisa saling melupakan, kita akan saling mengenang di dalam hati. Eesha masih terus mengeluarkan semua kata – kata yang dipendamnya di dalam hatinya selama ini. “Kiran, kamu selalu menepati janjimu padaku. Kenapa kali ini kamu tidak menepatinya? Kamu jahat, Kiran. Kamu benar – benar jahat, Kiran.” Lebih baik melihatmu dari jauh, tidak berani berharap bisa bersamamu.&nbs
Read more