Home / Romansa / Hippocratic Oath / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Hippocratic Oath: Chapter 11 - Chapter 20

38 Chapters

11. No Man's Land

Sudah hampir 10 tahun dr. Bram bekerja menjadi dokter bedah. Tak pernah sekalipun melihat kemarahan dr. Richard yang seperti tadi. Dia merasa pekerjaannya terlalu sempurna dan dia layak untuk memimpin unit bedah. “Semua ini harus ada jawabannya.” Begitu batin dr. Bram. Dia melangkah ke ruang operasi di lantai dua. Ruang operasi 1 memang terpisah dari bangunan utama. Biasanya ruang operasi 1 disediakan untuk pasien VIP yang ingin privacy. Alasan kenapa pria tadi dibawa kesana sebab polisi ingin dia diamankan dan mencegahnya melarikan diri saat siuman.dr. Han terlihat berdiri di atas jembatan kaca penghubung gedung utama dan OK satu. dr. Bram menghampiri dan berdiri tepat di sebelahnya lalu bertanya. “Sebelum operasi aku mau bertanya padamu. Menurutmu aku terlalu percaya diri?”dr. Han menjawab tanpa menoleh sambil menggelengkan kepalanya. “Tidak….”
Read more

12. Menjadi Dewasa

[Diary Gina] Ingat saat kau masih kecil, dan kekhawatiran terbesarmu adalah, apakah kau akan mendapatkan sepeda untuk ulang tahunmu atau apakah kau bisa makan kue kesukaan untuk sarapan pagi? menjadi dewasa, benar-benar overrated. Maksudku, serius, jangan tertipu dengan semua sepatu mahal dan seks yang hebat atau tidak ada orang tua manapun memberitahu kamu apa yang harus dilakukan. Masa dewasa adalah tanggung jawab. Sebagai pengacara keluarga yang sudah bekerja pada keluarga Rachman selama bertahun-tahun. Berkali-kali Dewi berusaha meyakinkan Gina untuk lebih memahami situasi terburuk yang akan dihadapi ibunya. Pagi itu Almira, penanggung jawab di rumah perawatan mengajaknya bicara agar Gina mau menemui Dewi dan ibunya. Gina baru saja pulang kerja dan belum sempat tidur, suaranya serak, berkali-kali Gina
Read more

13. Stressed Out

dr. Han langsung mengkoordinasi semua anak magangnya supaya bisa membantu dr. Richard untuk menemukan orang yang bertanggung jawab atas malapraktik* 5 tahun lalu terhadap Ny. Tiara. “Gaby, tetaplah bersama pasien. Jaga agar dia bahagia … dia sepertinya menyukaimu.” Perintah dr. Han pada Gaby. “Baiklah, baiklah, um, berapa lama aku? Maksudku, secara teknis, aku pulang jam 6:00.” Dengan hati-hati Gaby meminta dr. Han agar memulangkannya tepat waktu. “Apakah aku diundang?” cetus dr. Han membahas pesta yang akan diadakan Gaby dan Izzie di rumah Gina. Gaby kaget dari mana dr. Han bisa tahu rencana pestanya. “Maaf?” cetus Gaby disambut lirikan cemas dari Cristina yang berdiri di sebelahnya. “Apakah aku diundang ke pesta?” ulang dr. Han. “Oh, yah begitulah ya, ya, tentu saja,” jawab Gaby mengiyakan permintaan dr. Han. dr. Han tersenyum puas lalu masuk ke ruangan konsulen. C
Read more

14. Penyesalan Terdalam

Cristina berjalan menuju ruang arsip. Dia membereskan beberapa berkas pasien. Kebetulan ruang arsip berseberangan dengan ruang konsulen. Dengan jelas Cristina bisa melihat, Nazi sedang bicara dengan dr. Bram di ruangan konsulen. Cristina bisa menangkap bahwa Nazi sedang berbicara tentang penemuan berkas penting operasi 5 tahun lalu. Terlihat dr. Bram tertunduk seolah terpapar penyesalan yang sangat mendalam. Cristina berusaha tidak peduli, dia bersiap-siap pulang untuk pergi ke pesta Izzie di rumah Gina. Dengan perasaan yang masih kesal karena tidak berhasil membujuk ibunya untuk menandatangani berkas dokumen penting. Akhirnya Gina pulang ke rumah untuk beristirahat. Tapi apa yang dia dapat? Halaman rumahnya dipenuhi dengan orang-orang yang berseliweran keluar masuk. Hentakan musik terdengar sayup-sayup dari dalam sana. “Izzie, aku akan membunuhmu,” gumam Gina.
Read more

15. If Tomorrow Never Comes

Pagi-pagi sebelum jam 7 Gina sudah datang ke Mandaya. Hari ini memang sangat menentukan dimana dia akan dipertemukan dengan Kepala Rumah sakit dan pengacara RS untuk membahas kesalahan yang dia lakukan pada saat operasi jantung. Tak ada lagi beban dalam hati Gina. Dia pasrah meskipun memang harus dipecat hari itu juga. Semua memang karena kesalahannya. "Paling tidak aku memiliki sahabat-sahabat yang terbaik." Begitu batin Gina.Seperti biasa, Gaby, Izzie dan Cristina menunggu kabar sambil duduk-duduk di sebuah bangku pojok RS yang jaraknya tak jauh dari ruang meeting."Apa yang kamu pikirkan?" celetuk Gaby pada Cristina yang tampak sangat tegang sekali."50 persen akan mengatakan Gina harus dilempar keluar dan Bram bersih," jawab Cristina sambil mengetuk-ngetuk ujung stetoskop supaya tidak terlihat gugup."Tolong bersikap baik padanya," sahut Izzie sambil memandang kedua sahabatnya satu persatu.Di dalam ruangan meeting semua tampak tegang. Sebenarnya Rich
Read more

16. Maafkan Aku

Diikuti semua anak didiknya, dr. Han masuk ke kamar pasien pertama nya."Selamat pagi, Nona Anie..." sapa dr. Han.Wanita berumur 40 an itu tersenyum manis."Apa itu?" IIe berbisik pada Gina"Tumor," jawab Gina pelan.Alex muncul dengan sangat percaya diri ke kamar itu. Memang dia yang bertugas untuk merawat Anie selama di RS. "Selamat pagi, Annie. Bagaimana kabarmu? Ini Dr. Bailey, dan ini semua teman-teman magangku."dr. Han melotot pada Alex, Alex dianggap tidak sopan karena telah memanggil pasien langsung dengan nama. Diluar dugaan. Annie ternyata baik-baik saja saat dipanggil hanya namanya saja."Aku yang suruh dia  panggil aku "Annie." Nona  Annie membuatku merasa tua dan gendut, memang aku gendut sih, tapi kenapa harus merasa gendut?" Annie bergumam sendiriDr Bram masuk untuk visite dokter rutin."Annie, ini Dr. Burke.
Read more

17. Walk or Ride

Gina yang ditugaskan menangani Tn. Edward tampak sangat disukai oleh pasien, pasien terlihat sangat menurut dengan apapun yang dikatakan Gina. "Oke Tuan..Kami akan membuatmu lebih nyaman, ya? aku akan kebawah dulu, dan segera kembali kesini."  "Oke." Tn Edward menjawab sambil menahan sakitnya. Gina bergegas keluar karena ada panggilan dari pasien lainnya, Tami, anak Tn. Edward memanggil Gina untuk berbicara mengenai rencana operasi yang akan dijalankan oleh ayahnya. "Permisi. Maaf, dokter..." "Gina." "Ayahku sepertinya menyukaimu. Dia selalu suka pada wanita kurus berambut lurus." Tami terdiam merasa kalau ucapannya sangatlah keterlaluan. "Apa itu tidak sopan? Maaf. Aku sangat lelah." "Apa ada sesuatu...?" Gina mencari tahu apa penyebab kegundahan yang diperlihatkan oleh Tami. "Aku ingin tahu apakah kau bisa bicara dengan ayahku." "Tentang?" "Operasi otak. Dokter t
Read more

18. Tetap Semangat

Waktu makan siang tiba, Gina mengajak Cristina makan bersamanya di cafetaria luar yang langsung bersebelahan dengan taman. Sambil berjalan mencari spot terbaik. Gina mulai bercerita pada Cristina. "Dia secara terang-terangan membantuku di depan Hitler dan lalu secara terang-terangan menolakku," keluh Gina bicara tentang perlakuan dr. Daniel dan Nazi padanya hari ini. "Bagaimana kau tahu dia membantumu?" tanya Cristina sambil menarik kursi makan di sudut yang pas. "Lihat, kau punya otak pintar. Kau masuk ke program magang ini. Daniel mengunyah kuemu bukan berarti kau tidak berhak atas apa yang kau kerjakan," sahut Cristina yang diam-diam merasa diuntungkan karena tidur dengan Bram. "Tapi dia membuatku terlihat jelek," ungkap Gina. "Aku harus mengakhirinya." Alex dan Izie muncul dan bergabung dengan mereka berdua. "Apa benar kau ikut operasi tumor itu?" tanya Izie pada Cristina. "Kau ikut operasi? Bagaimana perasaanmu?" tanya Alex meskipun dia s
Read more

19. Don’t Waste Your Time

Operasi otak Tn. Edward akan segera dilaksanakan, operasi dilakukan dengan keadaan otak yang sedang sadar. Pada kondisi-kondisi  tertentu memang diperlukan operasi otak sadar karena dokter bedah saraf membutuhkan pasien dapat merespon selama operasi berlangsung yang menentukan penanganan selama operasi … operasi dimaksudkan agar ketika operasi berlangsung dokter tidak merusak area otak yang mempengaruhi fungsi berbicara dan pergerakan. “Neuro sponge. Bagaimana keadaanmu, Tn. Edward?”  tanya dr. Daniel.“Baik,” jawab Edward sedikit tegang.“Bor diisi daya,” ucap perawat pada Daniel.“Mana si kurus cantik?” Tn. Edward mencari-cari Gina.“Aku disini. Bisa melihatku?” Gina bergeser dan berdiri tepat disamping kasur Tn Edward.“Aku
Read more

20. Kehilangan

Alarm darurat Izzie terus berbunyi tak henti-hentinya. Dia berlari ke kamar Tn Hari karena panggilannya memang dari sana. Izzie masih belum faham keadaan gawat apa yang dialami pasiennya. Karena dari pagi dia tampak  stabil dan baik-baik saja. “Tidak, tidak, tidak, Hari! Tidak, tidak, tidak!” tiba di kamar Tn. Hari, Izzie disambut oleh Ami, istrinya Tn. Hari yang sedang histeris. “Ada apa?” tanya Izie pada perawat.  “Tekanan darah jatuh ke 64 per 22, dan V-tach* berdetak sangat kencang yang tidak menyembur. Tekanan vena sentral melambung tinggi.” Izie langsung  memerintahkan pada perawat pembantunya “Beri dia dopamine* 10 ml.” “Dia sudah kelebihan dosis,” tolak perawat. “Dokter residen sudah kesini sejam yang lalu. Sekarang aku tidak bisa mengubunginya.” “Lakukan sesuatu! Ada apa?!” Ami marah d
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status